CARACEPAT
MERAIH
MERAIH
KEIMANAN
Kami
mudahkan Al-Qur’an untuk diingat.
Adakah yang mengambil perhatian?
(Surat Al-Qamar: 17)
Adakah yang mengambil perhatian?
(Surat Al-Qamar: 17)
Harun Yahya
CARA CEPAT MERAIH KEIMANAN
OLEH;HARUN YAHYA
1.
Bagaimana memahami keberadaan Allah?
2.
Bagaimana cara mengenal Allah?
3.
Mengapa kita diciptakan?
4.
Mengapa kita diuji?
5.
Bagaimana cara mengabdi kepada Allah?
6.
Mengapa agama diperlukan?
7.
Bagaimana cara menjalankan agama (dien)?
8.
Dapatkah moral tegak tanpa agama?
9. Apa yang terjadi dengan sistem sosial
jika tidak ada agama?
10.Apa
manfa’at material dan spiritual bagi masyarakat jika mereka ta’at pada Al
Qur’an?
11. Apa manfa’at keta’atan pada moral
Al-Qur’an bagi kehidupan keluarga?
12.Apa manfa’at keta’atan pada moral
Al-Qur’an bagi sistem bernegara?
13.Apa manfa’at keta’atan pada moral
Al-Qur’an bagi bidang seni?
14. Apa manfa’at keta’atan pada moral
Al-Qur’an bagi sistem pendidikan?
15. Apa
manfa’at keta’atan pada moral Al-Qur’an bagi lingkungan kerja?
16. Apa
arti “mempersekutukan” Allah atau syirik?
17. Apa
arti “memuja berhala”?
18. Bagaimana menjauhkan diri dari
penyembahan berhala?
19.Apa
yang dimaksud dengan mencari ridha Allah pada tingkatan yang tertinggi?
20. Apa
arti beriman sepenuh hati?
21. Bagaimana cara mengetahui tindakan kita
yang mana yang diridhai Allah?
22. Adakah suara lain di dalam hati
selain suara hati nurani?
23.
Bagaimana cara mata melihat?
24.Apa maksud pernyataan bahwa materi
merupakan “kumpulan pe rsepsipersepsi”?
25.Apakah
keberadaan dunia luar suatu keharusan?
26.Are
we deceived into believing perceptions, without any material correlates, to be
real?
27.If
all the material entities that we know of are actually perceptions, then what
is the brain?
28.Who
or what is the perceiver?
29.Since
what we perceive as the material world is merely comprised of perceptions seen
by our soul,then what is the source of these perceptions?
30. How
is it that Allah encompasses everything and He is closer to us than our jugular
vein?
31. Is
the love of Allah not sufficient? Is fear of Allah a must?
32.How
intense must the fear of Allah of a sincere believer be?
33.Anyone
who reads the Qur’an can understand it, can’t he?
34.I can
read the Qur’an all the time, can’t I?
35. The
Qur’an addresses every age, doesn’t it?
36.The
verses of the Qur’an have been preserved by Allah until today without any
change, haven’t they?
37.What
are the scientific miracles of the Qur’an?
38.Is
there a numeral coding system in the Qur’an?
39.How
do we know of the existence of the hereafter?
40.Is
there something called reincarnation?
41.Is
death a disappearance?
42.What
does one experience at the moment of death?
43.Is
the universe mortal too?
44. Will everyone who has ever lived until
the day of resurrection experience it or will only those who are alive at that
moment experience it?
45.What
kind of a reckoning will there be on the Day of Reckoning?
46. Can
people take the responsibility for one another’s sins?
47.Can a
human being have the chance to make up for what he has done when he
sees the truth in the hereafter?
sees the truth in the hereafter?
48. What
kind of a place is Hell?
49. What do the verses of the Qur’an tell us
about Hell?
50. What
kind of a place is Paradise?
51. Who
goes to Paradise?
52. What
is true virtue?
53. What
is the concept of love in the Qur’an?
54.What
is the reason for believers to be together all the time?
55.What
kind of a life has Allah promised the believers in this world?
56.How
does one pray to Allah? Is there a specific place, time, or form for prayer?
57. Does
Allah accept every prayer?
58.How
does one repent to Allah? Is saying “I repent” enough?
59.Does
Allah accept every act or profession of repentance?
60. Is it right to think since Allah is
going to forgive mewhen I repent, I can do anything and then repent?
61.What
does a person who starts living his religion have to change about himself?
62. After I start living Islam, will I be
responsible before Allah for the sins I have committed in my past life?
63.Is it
necessary to explain the morals of Islam to others?
64. In
what sense does Allah appreciate patience?
65. What
does “putting trust in Allah” mean?
66.What
is taqwa? Who are those who have taqwa?
67.What
is superiority based on in the eyes of Allah?
68. What
is deep thinking?
69.Religion
and science are in agreement, aren’t they?
70.Who
are the scientists who believe in Allah and religion?
71. How
does one give thanks to Allah? 70
72. What
kind of a being is Satan?
73. How
does Satan reach people? By what methods does he try to make them stray from
their course?
74.Does
Satan have independent power of his own?
75. On
whom does Satan have no influence?
76. What
is “the religion of the ignorant”?
77.Is a
system practiced by the majority always right?
78. What
does one have to do to renounce “the religion of the ignorant”?
79. It
is emphasized that believers are wise. What is the difference between wisdom
and intelligence?
80. What
are the factors clouding man’s wisdom?
81.It is
stated in the Qur’an that Allah does not like those who are boastful. What is
‘being boastful’ according to the Qur’an?
82.What
should a humble person be like according to the morals of the Qur’an?
83. Will
I be responsible for my intentions?
84.What
is meant by “the life of this world is the enjoyment of delusion”?
85.What
are the divine reasons (hiqmat) for the weaknesses people have?
86.What
is the divine reason for mentioning former nations in the Qur’an?
87. For
what purpose were the jinn created?
88. What
kind of beings are angels?
89. How
can we define time?
90. What
does the relativity of time mean?
91. What
is destiny?
92.
People cannot change the destiny determined by Allah, can they?
93. How
will resurrection come about?
94. Why
isn’t the materialistic philosophy valid?
95. How
did the universe come into being?
96.How
do materialists explain the human spirit?
97. What
does the theory of evolution claim?
98. Do
evolutionists’ claims about the formation of life have any validity?
99.What
are the other pieces of evidence that refute evolution?
100. Can
the theory of evolution explain the sudden emergence of life on earth?
101.
What are the frauds committed by evolutionists to deceive the public?
102. Is
there such a thing as “primitive man”?
103. Can
the formation of complex systems in living beings be explained by evolution?
104. Why
is the theory of evolution defended so persistently by certain circles,
although it has no scientific validity whatsoever?
PERTANYAAN 1
Tumbuhan,
binatang, lautan, gunung-gunung, dan manusia disekitar kita, dan semua jasad
renik yang tidak kasat mata – hidup ataupun mati, merupakan bukti nyata adanya
Kebijakan Agung yang menciptakannya. Demikian pula dengan kesetimbangan,
keteraturan dan penciptaan sempurna yang nampak di seluruh jagat. Semuanya
membuktikan keberadaan Pemilik pengetahuan agung, yang menciptakannya dengan
sempurna. Pemilik kebijakan dan pengetahuan agung ini adalah Allah.
Sistem-sistem
sempurna yang diciptakanNya serta sifat-sifat yang mengagumkan pada setiap
mahluk, hidup maupun mati, menimbulkan kesadaran akan keberadaan Allah. Kesempurnaan
ini tertulis dalam Al-Qur’an:
Dia menciptakan tujuh langit yang
berlapis-lapis. Tak akan ditemui sedikit cacatpun dari ciptaanNya. Perhatikan
berkali-kali - apakah engkau melihat kekurangan padanya? Lalu, perhatikanlah
sekali lagi. Matamu akan silau dan lelah! (Surat Al-Mulk: 3-4)
PERTANYAAN 2
Ciptaan
yang sempurna di seluruh jagat raya menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha
Agung.
Allah
sendiri telah memperkenalkan diriNya kepada kita melalui Al-Qur’an - wahyu yang
diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk yang benar bagi kehidupan. Semua
sifat-sifat Allah yang mulia disampaikan kepada kita di dalam Al-Qur’an. Dia
Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil, Maha
Meliputi seluruh alam, Maha Melihat dan Maha Mendengar atas segala sesuatu. Dia
lah Pemilik dan Tuhan satu-satunya atas langit dan bumi dan segala sesuatu di
antaranya. Dia lah penguasa seluruh kerajaan langit dan bumi.
Dialah Allah – tiada tuhan selain
Dia. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dia Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Dia lah Allah – tiada tuhan selain Dia. . . . MilikNya segala
nama-nama yang baik. Segala yang di langit dan di bumi bertasbih kepadaNya. Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al-Hasr: 22-24)
PERTANYAAN 3
Dalam Al-Qur’an
Allah menyebutkan mengapa kita diciptakan:
Aku ciptakan jin dan manusia
semata-mata untuk menyembahKu. (Surat
Az-Zariyat: 56)
Az-Zariyat: 56)
Seperti
disebutkan dalam ayat ini, keberadaan manusia di bumi ini semata-mata untuk
menjadi hamba Allah, untuk menyembahNya dan untuk memperoleh ridhaNya.
Penghambaan manusia kepada Allah merupakan batu ujian selama ia hidup di muka
bumi.
Allah menguji
manusia di muka bumi untuk memisahkan antara mereka yang beriman dan mereka
yang tidak beriman, serta untuk menentukan siapa yang terbaik amal
perbuatannya. Oleh karena itu, pengakuan seperti “aku beriman” tanpa bukti
tindakan yang sesuai dengannya tidak lah cukup. Di sepanjang hayatnya, manusia
diuji dalam hal keimanan dan keta’atannya kepada Allah, termasuk kegigihannya
dalam memperjuangkan agama Allah. Pendek kata, diuji dalam ketabahan sebagai
hamba Allah dalam berbagai kondisi dan lingkungan yang dikehendakiNya. Ini
dinyatakan Allah dalam ayat berikut:
Dia Yang Mematikan dan
Menghidupkan untuk menguji siapa di antara kamu yang terbaik amalnya. Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. (Surat Al-Mulk: 2)
PERTANYAAN 5
Menjadi hamba
Allah berarti menyerahkan seluruh hidup kita untuk tujuan mencapai kehendak dan
ridhaNya. Yakni beramal sebaik mungkin tanpa henti untuk mendapatkan ridha
Allah, hanya takut kepada Allah dan mengarahkan seluruh pikiran dan perkataan
serta perbuatan untuk tujuan tersebut. Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa
penghambaan kepadaNya meliputi seluruh kehidupan individu:
Katakanlah: ‘Sesungguhnya
shalatku dan ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.’ (Surat Al-An’am: 162)
PERTANYAAN 6
Yang pertama kali harus dilakukan oleh
seseorang yang meyakini keberadaan Allah adalah mempelajari apa-apa yang
diperintahkan dan hal-hal yang disukai Penciptanya. Dia lah yang memberinya ruh
dan kehidupan, makanan, minuman dan kesehatan. Selanjutnya dia harus
mengabdikan seluruh hidupnya untuk patuh kepada perintah-perintah Allah dan
mencari ridhaNya.
Agama lah yang membimbing kita kepada
moral, perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah menjelaskan
dalam Al-Qur’an bahwa orang yang patuh kepada agama berada di jalan yang benar,
sedangkan yang lainnya akan tersesat.
Dia yang dadanya terbuka untuk
Islam mendapat cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka orang-orang yang berkeras
untuk tidak mengingat Allah! Mereka dalam kesesatan yang nyata. (Surat
az-Zumar: 22)
PERTANYAAN 7
Orang yang beriman kepada Allah dan menghambakan diri
kepadaNya, mengatur hidupnya agar sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.
Dia menjadikan agama sebagai petunjuk hidupnya. Patuh kepada hal-hal yang baik
menurut hati nuraninya, dan meninggalkan segala yang buruk yang ditolak hati
nuraninya.
Allah menyatakan
dalam Al-Qur’an bahwa Dia menciptakan manusia agar siap untuk menghidupkan
agamaNya:
Maka, teguhkanlah pengabdianmu
kepada Agama yang benar yang Allah ciptakan untuk manusia. Tiada yang mampu merubah
ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya. (Surat Ar-Rum: 30)
PERTANYAAN 8
Pada
lingkungan masyarakat yang tak beragama, orang cenderung melakukan beragam
tindakan yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti penyogokkan, perjudian, iri
hati atau berbohong merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak terjadi pada
orang yang ta’at kepada agama. Mereka tidak akan melakukan semua perbuatan
buruk tadi karena mengetahui bahwa ia harus mempertanggungjawabkan semua
tindakannya di akhirat kelak.
Sukar
dipercaya jika ada orang mengatakan, “Saya ateis namun tidak menerima sogokan”,
atau “Saya ateis namun tidak berjudi”. Mengapa? Karena orang yang tidak takut
kepada Allah dan tidak mempercayai adanya pertanggungjawaban di akhirat, akan
melakukan salah satu hal di atas jika situasi yang dihadapinya berubah.
Seseorang
yang mengatakan, “Saya ateis namun tidak berjinah” cenderung melakukannya jika
perjinahan di lingkungan tertentu dianggap normal. Atau seseorang yang menerima
sogokan bisa saja beralasan, “Anak saya sakit berat dan sekarat, karenanya saya
harus menerimanya”, jika ia tidak takut kepada Allah. Di negara yang tak
beragama, pada kondisi tertentu maling pun bisa dianggap sah-sah saja.
Contohnya, masyarakat tak beragama bisa beranggapan bahwa mengambil handuk atau
perhiasan dekorasi dari hotel atau pusat rekreasi bukanlah perbuatan pencurian.
Seorang
yang beragama tak akan berperilaku demikian, karena ia takut kepada Allah dan
tak akan pernah lupa bahwa Allah selalu mengetahui niat dan pikirannya. Dia
beramal setulus hati dan selalu menghindari perbuatan dosa.
Seorang
yang jauh dari bimbingan agama bisa saja berkata “Saya seorang ateis namun
pema’af. Saya tak memiliki rasa dendam ataupun rasa benci”. Namun sesuatu hal
dapat terjadi padanya yang menyebabkannya tak mampu mengendalikan diri, lalu
mempertontonkan perilaku yang tak diinginkan. Dia bisa saja melakukan
pembunuhan atau mencelakai orang lain, karena moralnya berubah sesuai dengan
lingkungan dan kondisi tempat tinggalnya.
Sebaliknya,
orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak kan pernah menyimpang dari
moral yang baik, seburuk apapun kondisi lingkungannya. Moralnya tidak
“berubah-ubah” melainkan tetap kokoh. Orang-orang beriman memiliki moral yang
tinggi. Sifat-sifat mereka disebut Allah dalam ayatNya:
Mereka yang teguh dengan
keyakinannya kepada Allah dan tidak mengingkari janji; yang menghubungkan apa
yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya dan takut kepada Tuhan mereka
dan takut pada hisab yang buruk; mereka yang sabar untuk mencari perjumpaan
dengan Tuhan mereka, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian harta yang
kami berikan kepadanya secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, menolak
kejahatan dengan kebaikan. Merekalah yang mendapat kedudukan yang tinggi.
(Surat Ar-Ra’d: 20-22)
PERTANYAAN 9
Konsep pertama yang akan hilang pada sebuah lingkungan tak beragama
adalah konsep keluarga. Nilai-nilai yang menjaga keutuhan keluarga seperti
kesetiaan, kepatuhan, kasih-sayang dan rasa hormat akan ditinggalkan sama
sekali. Harus diingat bahwa keluarga merupakan pondasi dari sistem
kemasyarakatan. Jika tata nilai keluarga runtuh, maka masyarakat pun akan
runtuh. Bahkan bangsa dan negara pun tidak akan ada lagi, karena seluruh nilai
moral yang menyokongnya telah musnah.
Lebih jauh lagi, tak akan ada lagi rasa hormat dan kasih-sayang
terhadap orang lain. Ini mengakibatkan anarki sosial. Yang kaya membenci yang
miskin, yang miskin membenci yang kaya. Angkara murka tumbuh pada mereka yang
merasa dirintangi, hidup susah atau miskin. Atau menimbulkan agresi terhadap
bangsa lain. Karyawan bersikap agresif kepada atasannya. Demikian pula atasan
kepada bawahannya. Para bapak berpaling dari anaknya, dan anak berpaling dari
bapaknya.
Sebab dari pertumpahanan darah yang terus-menerus dan “berita-berita
kriminalitas” di surat kabar adalah ketiadaan agama. Setiap hari dapat kita
baca tentang orang-orang yang saling bunuh karena alasan yang sangat sepele.
Orang yang mengetahui bahwa ia akan diminta pertanggungjawaban di
akhirat kelak, tidak akan melakukan pembunuhan. Dia tahu bahwa Allah melarang
manusia melakukan kejahatan. Ia selalu menghindari murka Allah karena rasa
takutnya kepadaNya.
Janganlah berbuat kerusakan di
muka bumi, setelah (Allah) memperbaikinya. Dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa
takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik. (Surat al-A’raf: 56)
Tindakan bunuh diri pun disebabkan oleh ketiadaan agama. Orang yang
melakukan bunuh diri sama saja dengan melakukan pembunuhan. Orang yang hendak
bunuh diri karena ditinggal pacar, misalnya, harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut sebelum melakukannya: Apakah ia akan melakukan
bunuh diri jika pacarnya menjadi cacat? atau menjadi tua? atau jika wajah
pacarnya terbakar? Tentunya tidak. Dia terlalu berlebihan menilai pacarnya
seolah sebanding dengan Allah. Bahkan menganggap pacarnya lebih penting dari
Allah, lebih penting dari hari akhirat dan dari agama. Ia lebih mempertaruhkan
jiwanya bagi pacarnya tersebut dibanding bagi Allah.
Orang yang dibimbing Al-Qur’an tidak akan melakukan hal semacam itu,
bahkan tidak akan terlintas sedikitpun dalam benaknya. Seorang yang beriman
menyerahkan hidupnya hanya untuk keridhaan Allah, dan menjalani dengan sabar
segala kesusahan dan masalah yang Allah ujikan padanya di dunia ini. Ia pun
tidak lupa bahwa kesabarannya itu akan mendapatkan balasan berlipat ganda baik
di dunia maupun di akhirat.
Pencurian pun merupakan hal yang sangat biasa pada masyarakat yang
tak beragama. Seorang pencuri tak pernah berpikir seberapa besar kesusahan yang
ditimbulkannya terhadap orang yang dicurinya. Harta yang dikumpulkan korbannya
puluhan tahun diambilnya dalam semalam saja. Ia tak peduli seberapa besar
kesusahan yang akan diderita korbannya. Mungkin saja ia pernah sadar dan
menyesali perbuatannya yang telah menimbulkan kesusahan pada orang lain. Jika
tidak, keadaannya menjadi lebih buruk. Itu berarti bahwa hatinya telah membatu
dan selalu cenderung untuk melakukan segala tindakan yang tak bermoral.
Dalam masyarakat yang tak beragama, nilai-nilai moral seperti
keramahan, mau berkorban untuk orang lain, solidaritas dan sikap murah hati
telah lenyap sama sekali. Orang-orangnya tidak menghargai orang lain
sebagaimana layaknya manusia. Bahkan ada yang memandang orang lain sebagai
mahluk yang berevolusi dari kera. Tak satu pun dari mereka mau menerima,
melayani, menghargai atau memberikan sesuatu yang baik kepada orang lain.
Apalagi terhadap mereka yang dianggapnya sebagai berasal dari kera.
Orang-orang yang berpikiran seperti ini tidak menghargai orang lain.
Tak satu pun memikirkan kesehatan, kesejahteraan atau kenyamanan orang lain.
Mereka tak peduli jika orang lain terluka, atau pernah berusaha agar orang lain
terhindar dari kecelakaan semacam itu.
Di rumah sakit, misalnya, orang yang hampir meninggal dibiarkan
begitu saja terlentang di ranjang-gotong dalam jangka waktu yang tak tentu; tak
seorangpun pun peduli kepadanya. Contoh lain misalnya, pemilik restoran yang
menjalankan restorannya tanpa peduli dengan kebersihan. Tempatnya yang kotor
dan tidak sehat tak digubrisnya, tidak peduli dengan bahaya yang mungkin
ditimbulkan terhadap kesehatan orang lain yang makan di sana. Ia hanya peduli
kepada uang yang dihasilkannya. Ini hanya sebagian kecil contoh yang kita temui
sehari-hari.
Logikanya, orang hanya baik terhadap orang lain jika bisa mendapat
imbalan yang menguntungkan. Namun bagi mereka yang menjalankan standar moral
Al-Qur’an, menghargai orang lain merupakan pengabdian kepada Allah. Mereka tak
mengharapkan imbalan apa pun. Semuanya merupakan usaha untuk mencari ridha
Allah dengan terus-menerus melakukan amal baik, dan berlomba-lomba dalam
kebaikan.
PERTANYAAN 10
Al-Qur’an?
Perlu kami ingatkan bahwa
pengertian agama di sini adalah cara hidup yang bermoral. Cara hidup yang
disukai Allah. Cara yang dipilihNya dan yang paling tepat bagi semua jenis
manusia. Cara hidup yang terbebas dari takhyul-takhyul dan mitos-mitos, dan
sepenuhnya di bawah bimbingan Al-Qur’an.
Agama menciptakan lingkungan moral yang sangat aman dan nyaman.
Sikap anarkis yang menyebabkan kerusakan pada bangsa negara terhenti sama
sekali karena rasa takut kepada Allah. Orang tidak lagi melakukan tindakan yang
merugikan ataupun berbuat kerusuhan. Orang-orang yang memegang nilai-nilai
moral siap bangkit bagi bangsa dan negaranya serta tidak hendak berhenti untuk
berkorban. Orang-orang semacam ini selalu berusaha untuk kesejahteraan dan
keamanan negaranya.
Di dalam masyarakat yang mengamalkan moral Al-Qur’an, orang-orangnya
sangat menghargai satu sama lain. Setiap orang selalu berusaha agar orang lain
merasa nyaman dan aman, karena menurut ajaran islam, solidaritas, persatuan dan
kerjasama merupakan hal yang sangat penting. Setiap orang merasa berkewajiban
untuk mendahulukan kenyamanan dan kepentingan orang lain. Ayat berikut
merupakan contoh moralitas dari orang-orang yang beriman:
Mereka yang lebih dulu tinggal di Madinah, dan telah beriman sebelum
mereka datang, mencintai mereka yang datang kepada mereka untuk berhijrah, dan
tak terbetik keinginan di hati mereka akan barang-barang yang diberikan kepada
mereka, melainkan mendahulukan mereka dibanding dirinya sendiri meskipun mereka
sendiri sangat membutuhkannya. Siapa yang terpelihara dari ketamakan, mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (Surat Al-Hashr: 9)
Dalam lingkungan yang orang-orangnya takut kepada Allah, setiap
orang berusaha untuk kesejahteraan masyarakat. Tak seorang pun bersikap boros.
Setiap orang bekerja sama dan bersatu padu sambil memperhatikan kepentingan
orang lain. Hasilnya berupa masyarakat yang kaya dengan tingkat kesejahteraan
yang tinggi.
Masyarakat demikian kaya akan moral dan material. Kekacauan yang
mengandung sikap memberontak sama sekali sirna. Setiap orang dapat mengekang
hawa nafsunya dan setiap masalah diselesaikan dengan cara yang logis. Segala
persoalan dipecahkan dengan kepala dingin. Dan kehidupan, karenanya, selalu
aman tentram.
PERTANYAAN 11
Al-Qur’an mewajibkan sikap hormat kepada ibu dan bapak. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
Telah Kami
perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya; ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah dan masa menyapih selama dua tahun:
‘Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang-tuamu. Hanya kepada-Ku lah kamu
kembali. (Surah Luqman: 14)
Dalam keluarga yang mengamalkan moral Al-Qur’an tidak terdapat
pertengkaran ataupun pertentangan. Selalu nampak sikap hormat yang tinggi
kepada ibu, bapak dan anggota keluarga yang lain. Setiap orang hidup dalam
lingkungan yang menyenangkan.
PERTANYAAN 12
Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan bahwa keta’atan merupakan sifat
yang positif. Seseorang yang memiliki moral Qur’ani akan sepenuhnya patuh dan
hormat terhadap negaranya. Dalam masyarakat Islam, setiap orang berusaha untuk
kesejahteraan negara dan bangsanya. Tidak pernah berontak terhadap negara,
melainkan mendukung baik secara spiritual maupun material.
Dalam masyarakat yang terbentuk dari orang-orang yang takut kepada
Allah, kasus-kasus hukum tak pernah sampai ke tingkat persidangan.
Seperseribunya pun dari pelanggaran hukum yang terjadi pada masyarakat sekarang
ini tak pernah dialami.
Mengatur
negara menjadi jauh lebih mudah, karena pemerintah tidak perlu mengurus
kasus-kasus anarki, terorisme, kejahatan, pembunuhan. Seluruh kekuatan
pemerintah dipusatkan pada pengembangan dan peningkatan kesejahteraan negeri,
di sektor dalam maupun luar negeri. Karenanya, menghasilkan negara yang sangat
kuat.
PERTAnyaan 13
Apa manfa’at keta’atan pada moral
Al-Qur’an bagi bidang seni?
Orang-orang yang ta’at pada moral Al-Qur’an saling menghargai satu
dengan lainnya. Mereka akan selalu berusaha menciptakan kondisi lingkungan yang
telah disetujui bersama. Lingkungan yang indah dalam segala segi estetika.
Karena rasa rindu pada surga, sarana-sarana dunia digunakan sepenuhnya untuk
menciptakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan. Semuanya terasa indah di
mata, di telinga dan di seluruh indra lainnya. Karenanya, seni dan estetika berkembang
dalam semua aspek kehidupan mereka.
Lebih dari itu, orang yang ta’at kepada agama memiliki hati yang
bersih. Karenanya tak ada tekanan dalam pikirannya, sehingga dapat menciptakan
karya seni orisinil yang indah dan unik. Selain itu, karya mereka ditujukan
untuk menyajikan keindahan dan untuk menyenangkan sesamanya yang ta’at, secara
tulus hati dan sungguh-sungguh.
PERTANYAAN 14
Apa manfa’at keta’atan pada moral
Al-Qur’an bagi sistem pendidikan?
Pertama-tama, menjalankan moral Al-Qur’an akan menghasilkan
anak-anak dan pemuda yang dewasa dan bijaksana. Perilaku tak acuh tidak akan
dimiliki oleh anak muda yang ta’at pada Al-Qur’an. Keta’atan pada Al-Qur’an,
karenanya, menghasilkan generasi yang perilakunya baik, pikirannya terbuka,
patuh, mau mengalah serta produktif. Dinamisme, gairah serta semangat mereka
diarahkan pada perbuatan baik. Ketekunan dan daya pikir mereka berkembang.
Dalam lingkungan demikian, pelajarnya tidak hanya mengutamakan kelulusan atau
penghindaran dari hukuman, melainkan berkeinginan untuk memberikan kontribusi
pada bangsa dan negaranya.
Tak pernah terdengar adanya pelanggaran disiplin di sekolah.
Lingkungan pendidikannya sangat tentram, konstruktif dan produktif. Kerja sama
antara guru dan pelajar berlandaskan pada kepatuhan, rasa hormat dan toleransi.
Para pelajarnya menjadi sangat hormat dan patuh pada negara dan aparat
keamanan. Demonstrasi-demonstrasi pelajar yang sering kita lihat sekarang ini
tidak pernah terjadi karena memang tidak ada perlunya.
PERTANYAAN 15
Dalam masyarakat yang menjalankan moral Al-Qur’an, lingkungan
kerjanya mengandung sikap saling memahami, kerjasama dan keadilan. Pemberi
kerja memperhatikan kesehatan karyawannya dan memelihara kesehatan lingkungan
kerja dengan sangat baik. Dengan pikiran bahwa karyawan akan bekerja dalam
waktu yang cukup lama, mereka selalu berusaha menciptakan fasilitas kerja yang
indah dan menarik. Karyawannya digaji dengan upah yang layak. Tak satu
karyawanpun mengalami perlakuan buruk. Pihak atasan selalu memperhatikan
kondisi keluarga setiap karyawan. Mereka selalu bersungguh-sungguh dan berusaha
melindungi keluarga karyawan. Tak pernah ada penindasan dari yang kuat terhadap
yang lemah. Perilaku tak bermoral seperti ucapan dengki, atau mencegah
keberhasilan orang lain karena rasa cemburu, tak pernah terjadi.
Hubungan antara pemberi kerja dan karyawan bukan berdasarkan pada
kepentingan pribadi dan akal-akalan, melainkan berdasarkan kerjasama dan rasa
saling percaya. Karyawan memperhatikan kepentingan dan tujuan perusahaan.
Mereka tak pernah boros dan berpikiran bahwa “Bos memang layak membayarnya”.
Mereka akan bekerja sebaik-baiknya. Moral yang baik membuatnya tak pernah
disalahkan, bahkan dilindungi oleh atasan.
PERTANYAAN 16
Syirik berarti menganggap seseorang atau benda lain atau suatu
konsep sebagai wujud yang setara atau lebih tinggi dari Allah. Anggapan seperti
ini bisa dari segi penilaian, sifat keberartian, rasa lebih menyukai, atau
keunggulan, yang disertai dengan perbuatan-perbuatan yang mendukungnya. Hal
seperti inilah yang disebut sebagai “mempersekutukan Allah dengan Tuhan yang
lain”. Dengan kata lain, menganggap bahwa seseorang atau benda lain memiliki
sifat-sifat Allah, sama artinya dengan mempersekutukan Allah.
Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa dosa syirik tak akan
diampuni:
Allah tak mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang dikehendakiNya.
Barang siapa mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(Surat An-Nisa: 48)
PERTANYAN
17
Apa arti “memuja berhala”?
Menurut adat, kata “memuja berhala”
berarti menyembah benda atau wujud tertentu. Namun
sebenarnya, maknanya lebih luas dan tidak terbatas pada pengertian tersebut.
Di setiap masa, selalu ada manusia yang mempersekutukan Allah,
mengambil tuhan lain dan menyembah pujaannya atau patung-patung. Memberhalakan
sesuatu tidak selalu berarti bahwa pemujanya mengatakan “ini tuhan yang saya
sembah”. Tidak juga berarti bahwa ia mesti bersujud dihadapannya.
Pada dasarnya, menyembah berhala dapat berarti rasa suka seseorang
terhadap sesuatu melebihi rasa sukanya kepada Allah. Misalnya, lebih menyukai
ridha seseorang dibanding ridha Allah, atau lebih takut kepada seseorang
dibanding rasa takut kepada Allah, atau lebih mencintai seseorang dibanding
cintanya kepada Allah.
Di dalam Al-Qur’an, Allah menyatakan bahwa sesuatu yang disekutukan
dengan Allah tidak akan bisa menolong orang yang mempersekutukannya.
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah adalah berhala. Dan
kamu membuat dusta. Sungguh yang kamu sembah itu tak mampu memberikan rezki
kepadamu. Maka mintalah rezki itu dari sisi Allah dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepadaNya. KepadaNya lah engkau akan dikembalikan. (Surat
Al-Ankabut: 17)
PERTANYAAN 18
Pertama-tama, seseorang harus menegaskan dalam hatinya bahwa Allah
lah satu-satunya Tuhan. Dia lah pemilik segala kekuasaan, tak ada sesuatu pun
selain Allah yang berkuasa untuk memberi pertolongan ataupun mendatangkan
bahaya. Seseorang yang meyakini kebenaran ini, hanya mengabdi kepada Allah dan
tidak pernah mempersekutukanNya.
Allah mengingatkan manusia untuk berpaling hanya kepadaNya agar
selamat dari syirik.
Hanya Dia lah yang kamu seru, dan jika Dia menghendaki, Dia
menghilangkan kesusahan kamu; kemudian engkau tinggalkan apa yang engkau
persekutukan denganNya. (Surat al-An’am: 41)
Perubahan radikal yang dialami seseorang yang terbebas dari
mempersekutukan Allah dan kembali hanya kepada Allah, mula-mula terjadi di
dalam hatinya. Pandangan dan pikiran orang ini selanjutnya berubah seratus
delapan puluh derajat. Yang tadinya mengejar kehidupan di bawah pengaruh faham
tertentu dan bersikap tak peduli (jahil), kini menjalani hidupnya semata untuk
mengejar ridha Allah.
PERTANYAA 19
Apa yang akan Anda lakukan jika tempat tinggal Anda mengalami
bencana banjir? Apakah Anda akan naik ke lantai tertinggi dan menunggu tim
penyelamat, ataukah naik dari lantai ke lantai sejalan dengan naiknya air? Saat
Anda naik ke atap, apakah Anda akan menggunakan tangga ataukah elevator? Jelas
bahwa tindakan yang paling bijaksana pada kondisi seperti itu adalah memilih
alternatif yang akan menyelamatkan Anda, yakni alternatif yang memberikan hasil
tercepat. Alternatif lainnya tak perlu dilihat lagi. Dalam situasi ini, yang
terbaik adalah naik ke lantai teratas dengan menggunakan elevator. Demikian lah
cara “memilih jalan terbaik”.
Kaum yang beriman menggunakan semua sarana material dan spiritual
pada setiap jam, bahkan setiap detik kehidupannya sesuai dengan kehendak Allah.
Jika harus memilih di antara beberapa alternatif, dia memilihnya dengan arif
dan mendengarkan hati nuraninya. Dan pilihan yang diambilnya ditujukan untuk
mengharap ridha Allah. Dengan cara ini, ia bertindak sesuai dengan ridha Allah
pada tingkatan yang tertinggi.
PERTANYAAN 20
Setiap orang pasti tahu bahwa tangannya akan terbakar jika terkena
api. Ia tak perlu berpikir lagi apakah akan benar-benar terbakar atau tidak.
Artinya, ia memiliki keyakinan penuh bahwa api tersebut akan membakarnya.
Keyakinan seperti ini disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
Ini lah (Qur’an) pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang sungguh-sungguh meyakininya. (Surat Al-Jatsiyyah: 20)
“Memiliki keimanan sepenuh hati” artinya mempercayai keberadaan
Allah dan keesaannya, hari kebangkitan, surga dan neraka dengan
sepenuh-penuhnya keyakinan, tanpa ragu sedikitpun akan kebenarannya. Layaknya
mempercayai keberadaan orang-orang disekitar kita yang kita lihat dan kita ajak
bicara, seperti halnya pengetahuan intuitif terhadap contoh api di atas.
Keimanan penuh yang tumbuh di hati orang tersebut akan mendorongnya untuk
selalu beramal dengan cara yang diridhai Allah di setiap saat.
PERTANYAAN 21
Pada orang yang takut kepadaNya, Allah selalu memberi tahu tindakan
mana yang paling tepat melalui hati nurani. Dalam sebuah ayat, Allah berfirman:
Hai orang-orang beriman! Jika engkau takut (bertaqwa) kepada Allah,
niscaya Dia memberimu furqon (yang dengannya engkau membedakan yang benar dari
yang salah) dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar. (Surat Al-Anfal: 29)
Mesti diingat bahwa suara pertama yang didengar individu di dalam
hatinya adalah suara nurani yang membantunya membedakan yang benar dari yang
salah. Suara ini lah yang memberitahukan perbuatan yang diridhai Allah. Orang
yang takut kepada Allah sampai kepada kebenaran dengan jalan mendengarkan
kepada hati nuraninya.
PERTANYAAN 22
Semua alternatif lain yang muncul setelah kata hati adalah “suara
hawa nafsu” yang berusaha menghapus kata hati. Hawa nafsu berusaha sekuat
tenaga untuk mencegah seseorang untuk melakukan perberbuatan yang benar dan
mendorong kepada perbuatan buruk.
Suara ini mungkin tidak nampak jelas. Bisa muncul berupa serangkaian
alasan yang nampaknya masuk akal. Pengaruhnya bisa menyebabkan seseorang
berpikiran “semua ini (hati nurani) tak berarti sama sekali”. Kenyataan ini
disebutkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan jiwa yang Allah sempurnakan dan ilhamkan padanya pengetahuan
akan dosa dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang-orang yang menyucikan jiwa.”
(Surat Asy-Syams: 7-9)
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia merupakan sasaran dosa (hawa
nafsu), namun diberi kesadaran bahwa ia mempunyai kewajiban untuk
menghindarinya. Manusia diuji untuk memilih antara kebaikan dan keburukan.
PERTANYAAN 23
Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu tanpa mengetahui sesuatu
apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (Surat An-Nahl: 78)
Proses penglihatan terjadi secara
bertahap. Saat mata melihat benda, kumpulan cahaya
(foton) bergerak dari benda menuju mata. Cahaya ini menembus lensa mata yang
selanjutnya membiaskannya dan menjatuhkannya secara terbalik di retina mata –
bagian belakang mata. Sinar yang jatuh di retina mata ini di ubah menjadi
sinyal-sinyal listrik dan diteruskan oleh syaraf-syaraf neuron ke sebuah bintik
kecil di bagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan. Di dalam pusat
penglihatan inilah, sinyal listrik ini diterima sebagai sebuah bayangan setelah
mengalami sederetan proses. Dalam bintik kecil inilah sebenarnya penglihatan
terjadi, di bagian belakang otak yang sama sekali gelap dan terlindung dari
cahaya.
Saat mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita hanya melihat
efek-efek impuls yang sampai ke mata kita dan diteruskan ke otak kita setelah
diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Jadi, saat kita mengatakan “kita
melihat”, sebenarnya kita hanya melihat sinyal-sinyal listrik di dalam otak
kita.
Buku yang sedang Anda baca serta pemandangan yang terbentang di kaki
langit termuat dalam ruang kecil di dalam otak ini. Hal yang serupa terjadi
dengan persepsi lain yang Anda tangkap melalui keempat indra lainnya.
PERTANYAAN 24
Seluruh informasi yang kita miliki tentang dunia luar, sampai kepada
kita melalui kelima indra kita. Dunia yang kita tahu terdiri dari apa yang kita
lihat dengan mata, yang kita dengar lewat telinga, yang kita cium dengan
hidung, yang kita rasa dengan lidah, dan yang kita rasa lewat sentuhan kulit.
Riset modern mengungkapkan bahwa persepsi kita hanyalah respons-respons otak
terhadap sinyal-sinyal listrik. Berdasarkan hal ini, orang yang kita lihat,
warna-warna, rasa keras melalui sentuhan, dan segala sesuatu yang kita miliki
dan yang kita terima sebagai dunia luar, hanyalah sinyal-sinyal listrik yang
sampai ke otak kita.
Contohnya sebuah apel: Sinyal-sinyal listrik yang berkenaan dengan
rasa, bau, rupa dan kekerasan buah apel sampai ke otak kita melalui syaraf-syaraf
dan membentuk gambarannya di dalam otak. Jika syaraf menuju otak terputus,
persepsi yang berkenaan dengan buah apel ini akan lenyap. Yang kita indra
sebagai apel, sebenarnya merupakan kumpulan persepsi-persepsi yang sampai ke
otak kita. Kita tak pernah bisa memastikan bahwa “kumpulan persepsi-persepsi”
ini benar-benar ada di luar kita. Kita tak memiliki kesempatan untuk bisa
keluar dari otak kita dan menyentuh sesuatu yang ada di luar: yang kita miliki
hanyalah persepsi-persepsi kita.
PERTANYAAN
25
Kita tak pernah tahu apakah dunia luar benar-benar ada, karena
setiap benda hanyalah kumpulan persepsi-persepsi. Dan persepsi-persepsi ini
hanya ada dalam pikiran kita. Maka, satu-satunya dunia yang benar-benar ada
adalah dunia persepsi-persepsi. Satu-satunya dunia yang kita tahu hanyalah
dunia yang ada dalam pikiran kita; dunia yang dirancang, direkam, dan hidup di
sana. Pendek kata, dunia yang diciptakan dalam pikiran kita. Itulah
satu-satunya dunia yang kita yakini keberadaannya.
PERTANYAAN 26
Benar, kita tertipu dengan keyakinan pada persepsi-persepsi tanpa
ada korelasi material yang nyata. Demikian ini karena kita tak pernah bisa
membuktikan bahwa persepsi-persepsi yang kita tangkap melalui otak memiliki
korelasi material. Persepsi-persepsi itu bisa saja timbul dari suatu sumber
“buatan”. Kita sering mengalaminya dalam mimpi kita. Kita seolah mengalami
suatu kejadian, melihat orang-orang, benda dan susunan-susunan yang seolah
nyata. Padahal kenyataanya tidak ada, hanya persepsi-persepsi saja. Tak ada
perbedan mendasar antara mimpi dan “dunia nyata”; keduanya sama-sama dialami
dalam otak.
PERTANYAAN 27
Karena otak kita pun merupakan bagian dari dunia fisik seperti
halnya tangan, kaki, atau benda lainnya, maka otak pun merupakan persepsi
seperti yang lainnya. Mimpi merupakan contoh yang baik untuk menjelaskan
masalah ini. Anggaplah kita sedang melihat sebuah mimpi. Dalam mimpi itu, kita
memiliki tubuh khayalan, tangan khayalan, mata khayalan, dan otak khayalan.
Jika dalam mimpi ini, kita ditanya, “Di mana Anda melihat?” Kita akan menjawab
“saya melihat dalam otak saya”. Padahal sebenarnya, tidak ada otak di sana,
melainkan hanya kepala dan otak khayalan. Wujud yang melihat bukanlah otak
khayalan dalam mimpi, melainkan “wujud” yang derajatnya jauh lebih tinggi dari
itu.
PERTANYAAN 28
Sejauh ini, kita meyakini bahwa yang melakukan pengindraan adalah
otak. Namun jika kemudian kita analisis otak ini, yang kita dapatkan hanyalah
molekul-molekul lemak dan protein, yang juga ada pada organisme-organisme hidup
lain. Artinya bahwa di dalam gumpalan daging yang kita sebut sebagai “otak”
ini, tak ada sesuatu apapun yang bisa mengamati, yang memiliki kesadaran, atau
yang menciptakan wujud yang kita sebut sebagai “diri pribadi”.
Jelas bahwa wujud yang melihat, mendengar dan merasakan ini bersifat
supra-material. Wujud ini “hidup” dan tidak berupa materi ataupun gambaran dari
materi. Wujud ini bersekutu dengan persepsi-persepsi di depannya dengan
menggunakan gambaran tubuh kita.
Wujud ini adalah “ruh”. Allah menyatakannya dalam Al-Qur’an:
Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk
urusan Allah. Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan tentangnya melainkan
sedikit. (Surat Al-Isra’: 85)
PERTANYAAn 29
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, materi tidak memiliki wujud
yang dapat mengatur dirinya sendiri. Materi hanyalah sebuah persepsi, sesuatu
yang sifatnya “artifisial” (buatan). Karenanya, persepsi-persepsi ini mestinya
disebabkan oleh kekuatan lain. Dengan kata lain, persepsi adalah sesuatu yang
diciptakan. Jelas bahwa ada Sang Pencipta. Yang menciptakan seluruh alam
material, yakni kumpulan persepsi-persepsi, yang diciptakanNya tanpa henti.
Pencipta ini adalah Allah Yang Maha Kuasa. Fakta bahwa langit dan bumi bukanlah
sesuatu yang stabil, dan keberadaanya hanyalah karena diciptakan Allah.
Semuanyanya akan lenyap setelah Dia menghentikan penciptaannya. Hal ini
dijelaskan dalam ayat berikut ini:
Allah lah yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap. Sungguh
jika keduanya lenyap, tak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya kecuali
Allah. Sungguh Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Surat Fatir: 41)
PERTANYAAn 30
Materi tersusun hanya dari persepsi-persepsi. Satu-satunya wujud
nyata dan mutlak hanyalah Allah. Artinya, hanya Allah lah yang ada; segala
sesuatu selain dia hanyalah wujud semu. Karenanya Allah “ada dimana-mana” dan
meliputi segala sesuatu. Segala yang ada merupakan gambaran yang Allah
proyeksikan kepada kita.
Karena setiap wujud material merupakan persepsi, maka ia tak dapat
melihat Allah. Sebaliknya, Allah melihat seluruh materi yang diciptakannya
dalam berbagai bentuknya. Artinya, kita tak dapat menangkap wujud Allah dengan
mata kita, namun Allah meliputi kita dari dalam, dari luar, dalam pandangan dan
pikiran. Kita tak mampu mengucapkan perkataan apapun selain dengan pengetahuan
dan ijinNya, bahkan tanpa Dia bernafaspun tidak akan bisa.
Meskipun kita melihat persepsi-persepsi ini di sepanjang hidup kita,
wujud terdekat kepada kita bukanlah salah satu di antaranya, melainkan Allah
sendiri. Rahasia ayat berikut tersembunyi dalam kenyataan ini:
“Dia lah yang menciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya; karena Kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya (sendiri). (Surat Qaf: 16)
Jika manusia berpikiran bahwa tubuhnya hanya terdiri dari “materi”,
ia tidak akan dapat memahami fakta penting ini. Jika ia menganggap otaknya
sebagai “dirinya”, maka letak dunia luar adalah 20-30 cm dari dirinya. Namun
jika dia mengerti bahwa materi hanya lah imajinasi, maka pengertian luar,
dalam, jauh ataupun dekat tak memiliki arti sama sekali. Allah meliputi dirinya
dan Dia “sangat dekat” kepada dirinya.
PERTANYAAN 31
Menurut Al-Qur’an, cinta sejati menuntut kepatuhan kepada Allah dan
menghindari apa yang tidak diridhaiNya. Jika kita perhatikan kehidupan dan
perbuatan orang-orang yang merasa yakin bahwa cinta saja sudah cukup, dapat
kita lihat bahwa mereka tidak teguh dengan pendiriannya itu. Sebaliknya,
seseorang yang mencintai Allah dengan setulus hati, sangat patuh kepada
perintahNya. Ia menghindari hal-hal yang dilarangNya serta memelihara dirinya
dengan perbuatan-perbuatan yang diridhai Allah. Ia menunjukkan cintanya dengan
mencari ridha Tuhannya di setiap saat dengan rasa segan, keyakinan, kepatuhan
dan kesetiaan kepadaNya.
Karena sikap prihatinnya itu, ia sangat takut akan kehilangan
ridhaNya atau menimbulkan murkaNya. Mengungkapkan cinta hanya di bibir saja,
namun hidup dengan melewati batas-batas yang dilarang Allah, tentunya merupakan
sikap yang munafik. Allah memerintahkan manusia untuk takut kepadaNya:
Bertaubatlah kepadaNya dan takutlah kepadaNya, serta dirikanlah
shalat, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memepersekutukan Allah.
(Surat Ar-Rum: 31)
PERTANYAAn 32
Setiap orang yang menyadari keberadaan Allah dan mengenal
sifat-sifatNya yang agung merasa sangat takut kepada Allah. Selain Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, Allah juga adalah Al-Qohhar (Maha Menguasai),
Al-Hasib (Maha Membuat Perhitungan), Al-Muazzib (Maha Menghukum), Al-Muntaqim
(Maha Penyiksa), Al-Saiq (Yang Memasukkan ke neraka). Karenanya, umat Islam
takut kepada Allah yang gaib. Mereka mengetahui tak ada seorang pun yang bisa
selamat dari hukumanNya, karena mereka tahu harus mempertanggungjawabkan segala
perbuatannya. Mereka selalu berusaha menghindari perilaku yang tidak disukai
Allah.
Harus difahami bahwa takut di sini memiliki konotasi yang berbeda
dengan pengertian takut pada masyarakat tak beragama. Takut di sini memberikan
rasa aman bagi yang mengimaninya, dan memotivasi untuk beramal mencari ridha
Allah.
Berikut ini adalah perintah Allah kepada orang-orang yang beriman:
Maka takutlah kepada Allah menurut kesanggupanmu, dan dengarlah
serta ta’atlah; dan nafkahkanlah apa yang baik bagi dirimu. Barangsiapa
terpelihara dari kekikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Surat
At-Taghabun: 16)
PERTANYAAN 33
Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi semua orang.
Itulah sebabnya Al-Qur’an sangat jelas dan mudah difahami. Allah pun menekankan
sifat ini: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang terang.” (Surat Al-Maidah: 15) Ayat lain yang lebih mempertegas hal
itu adalah:
Demikianlah Kami menurunkan Al-Qur’an dengan ayat-ayat yang nyata.
Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. (Surat Al-Hajj:
16)
Namun, untuk dapat melihat kebijaksanaan dalam Al-Qur’an dan untuk
memahami kemuliaannya, seseorang harus membacanya dengan hati yang tulus dan
selalu berpikir sesuai dengan hati nuraninya.
PERTANYAAN 34
Al-Qur’an merupakan satu-satunya petunjuk bagi orang yang beriman di
sepanjang hidupnya. Dalam sebuah ayatnya, Allah memerintahkan istri-istri Rasul
untuk membaca dan mengingat ayat-ayat Allah serta hikmah (sunnah Nabi) di
rumah-rumah mereka (Surat Al-Ahzab: 34). Praktek
seperti ini diperintahkan pula kepada umat yang beriman saat itu. Ketika ayat
ini sampai kepada mereka dengan jelas, mereka membaca naskah Al-Qur’an di
rumah-rumah mereka serta menghapalnya. Bagi kita, akan lebih utama jika membaca
Al-Qur’an sambil mengamalkannya dengan rajin.
PERTANYAAN 35
Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh dunia di
sepanjang masa:
Inilah penerang bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang yang beriman. (Surat Ali Imran: 138)
Allah memberikan contoh-contoh dalam Al-Qur’an berdasarkan
peristiwa-peristiwa di masa lampau agar manusia yang hidup di sepanjang jaman
menjadi waspada dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Peristiwa-peristiwa
serupa yang disebutkan dalam Al-Qur’an bisa saja dialami seseorang, bahkan di
jaman sekarang ini.
PERTANYAAn 36
Al-Qur’an dilindungi Allah. Ia diturunkan 1400 tahun yang lalu dan tidak mengalami perubahan
sedikitpun hingga saat ini. Kebenaran
ini dinyatakan Allah dalam ayat berikut:
Kami lah yang menurunkan peringatan (Al-Qur’an) dan sungguh Kami
yang memeliharanya. (Surat Al-Hijr: 9)
Telah sempurna kalimat Tuhanmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang
benar dan adil. Tak ada yang dapat merubah kalimat-kalimatnya. Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Surat al-An‘am: 115)
Janji Allah ini sudah cukup bagi orang-orang yang beriman. Malah,
Allah telah menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab kebenaran yang
mengandung keajaiban ilmiah dan keajaiban numerik.
PERTANYAAN 37
Meskipun Al-Qur’an diwahyukan 1400 tahun yang lalu, di dalamnya
mengandung fakta-fakta ilmiah yang sama sekali tak diketahui pada saat itu.
Fakta-fakta tersebut baru ditemukan pada jaman kita melalui peralatan ilmiah
dan teknologi mutakhir. Ciri ini jelas menunjukkan keaslian Al-Qur’an sebagai
wahyu yang berasal dari Allah. Berikut adalah beberapa contoh dari keajaiban
tersebut:
Temuan terbesar abad 2000 menyatakan bahwa
alam semesta terus mengembang. Namun, fakta ini telah
Allah sampaikan kepada kita 1400 tahun yang lalu dalam ayat ke-47 Surat Az-Zariyat:
Kamilah yang membangun alam semesta dengan kekuasan Kami, dan
sungguh, Kami terus mengembangkannya. (Surat adh-Dhariyat: 47)
Pergerakan benda-benda langit dalam orbitnya yang tetap, dinyatakan
Al-Qur’an berabad-abad yang lampau:
Dan Dia lah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan,
masing-masing bergerak dalam garis edarnya. (Surat al-Anbiya: 33)
Jika kita teliti makna kata Arabnya dari ayat yang menyebutkan kata
‘matahari’ dan ‘bulan’, kita akan mendapatkan sifat-sifat yang menarik. Dalam
ayat-ayat tersebut, kata siraj (pelita) dan wahhaj (menyala terang) digunakan
untuk matahari. Sementara untuk bulan digunakan kata munir (berkilau,
menerangi). Kita tahu bahwa matahari menghasilkan panas dan sinar yang dahsyat
sebagai akibat dari reaksi-reaksi nuklir di dalamnya, sementara bulan hanya
memantulkan cahaya yang datang dari matahari. Pemisahan ini dinyatakan sebagai
berikut:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat tujuh langit dengan
penuh serasi satu dengan lainnya, dan membuat bulan sebagai cahaya, dan membuat
matahari sebagai pelita? (Surat Nuh: 15-16)
Sifat angin sebagai sarana “penyerbukan” disebutkan dalam Al-Qur’an
Surat Al-Hijr Ayat ke-22:
Dan kami tiupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami
turunkan hujan dari langit, dan kami beri minum kamu dengan air itu. (Surat
al-Hijr: 22)
Kata Arab “penyerbuk” merujuk pada efek terhadap tumbuhan maupun awan.
Sains moderen dalam bidang ini menunjukkan bahwa angin memang memiliki kedua
fungsi ini.
Keajaiban Al-Qur’an lainnya
ditegaskan dalam ayat berikut ini:
Dia menciptakan langit dan bumi untuk tujuan Kebenaran. Dia menutup
malam atas siang, dan menutup siang atas malam. . . (Surat az-Zumar: 5)
Dalam ayat ini, saling menutupnya (membungkus) antara siang dan
malam diuraikan dengan kata “takwir”. Dalam bahasa kita, kata ini berarti
membuat sesuatu bertumpang tindih, terlipat seperti kain yang digulungkan.
Dalam kamus bahasa Arab, kata ini menerangkan suatu tindakan membungkus sesuatu
dengan melilitinya, seperti halnya membungkus kepala dengan turban. Karenanya,
secara implisit ayat ini merupakan informasi akurat mengenai bentuk bumi.
Sebuah ungkapan yang tepat bagi bentuk bumi yang bulat. Artinya, bulatnya
bentuk bumi telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an pada abad ke-7.
PERTANYAAN 38
Al-Qur’an juga mengandung keajaiban
numerik. Penyisipan angka “19” secara terkode dalam
ayat-ayat tertentu, dan jumlah pengulangan kata-kata tertentu merupakan
contohnya.
Pengulangan kata: Di dalam Al-Qur’an, beberapa kata diulang-ulang
dengan jumlah pengulangan yang sama. Misalnya:
1. Frasa “tujuh langit” diulang sebanyak 7 kali.
2. Kata “dunia” dan “akhirat” sama-sama diulang sebanyak 115 kali.
3. Kata “hari” diulang sebanyak 365 kali, sementara kata “bulan”
diulang sebanyak 12 kali.
4. Kata “iman” (tanpa melihat jenis kelamin) diulang sebanyak 25
kali di sepanjang Al-Qur’an. Demikian pula kata “khianat” (suami terhadap istri
atau sebaliknya) dan kata “kufur” (menutupi kebenaran).
5. Jika kita hitung kata “katakanlah”, jumlahnya ada 332. Akan
didapat Jumlah yang sama jika kita menghitung jumlah pengulangan frase “mereka
berkata/mengatakan”.
6. Kata “setan” digunakan sebanyak 88 kali. Kata “malaikat” pun
diulang sebanyak 88 kali.
Keajaiban angka 19: Angka 19 disebut dalam Al-Qur’an dalam
pernyataan tentang neraka: “Ia dijaga oleh sembilan belas penjaga.” (Surat
Al-Mudatsir: 30). Angka ini juga dikodekan dalam
ayat Qur’an lainnya. Misalnya:
“Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Kalimat yang kita temui pada setiap permulan surat ini memiliki 19
huruf.
Al-Qur’an terdiri dari 114 surat; angka 114 merupakan kelipatan dari
19, sama dengan 6 dikali 19.
Ada banyak angka kelipatan 19 lainnya:
Jumlah kata “Allah” dalam Al-Qur’an adalah 2698 (19 x 142);
Jumlah kata “Maha Penyayang” dalam Al-Qur’an adalah 114 (19 x 6);
Jika kita tambahkan semua angka dalam Al-Qur’an (tanpa menghitung
pengulangannya), kita akan mendapatkan angka 162.146, yakni 19 x 8534;
Surat pertama yang diwahyukan terdiri dari 19 ayat.
Banyak contoh lain yang tak terhitung jumlahnya.
PERTANYAAN 39
Sekarang ini, Allah membuat manusia hidup dalam dunia persepsi.
Sebuah ciptaan yang sempurna dan indah, dengan tampilan tiga dimensi serta
penuh warna dan cahaya. Allah yang menciptakan dunia ini tentu saja mampu
menciptakan alam yang jauh lebih indah lagi.
Seperti halnya gambaran alam yang Allah bentuk dalam otak manusia,
Dia pun berkuasa untuk mengalihkan manusia ke dimensi lain setelah kematian
manusia. Dia akan menunjukkan gambaran-gambaran dalam lingkungan yang berbeda.
Alam dengan dimensi lain itu adalah alam akhirat.
PERTANYAAn 40
Reinkarnasi adalah takhyul yang tidak berdasar. Pendapat ini berasal
dari orang-orang tak beragama yang berpikiran bahwa manusia akan “menghilang
setelah kematian”. Atau timbul pada orang-orang yang merasa takut untuk
memasuki alam akhirat setelah kematian. Bagi kedua kelompok manusia ini,
kembali ke dunia lagi setelah kematian merupakan suatu harapan yang menarik.
Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an menyebutkan bahwa hanya ada sekali
kehidupan di dunia ini. Tempat dimana manusia diuji amal perbuatannya. Disebutkan
pula bahwa setelah kematian tidak ada arah kembali ke dunia ini. Manusia hanya
mati sekali saja. Ini ditegaskan dalam ayat berikut ini:
Mereka tidak akan merasakan kematian di dalamnya kecuali sekali
saja. Tuhanmu memelihara mereka dari azab api neraka. (Surat Ad-Dukhan: 56)
PERTANYAAn 41
Bagi manusia, mati tidak berarti
menghilang. Kematian merupakan suatu peralihan ke
kampung akhirat, tempat tinggal yang sebenarnya. Kematian memutuskan hubungan
seseorang dengan tatanan dunia, termasuk tubuhnya yang ada dalam tatanan ini.
Saat hubungan antara tubuh dan ruh terputus, yakni setelah kematian, ruh mulai
berhubungan dengan gambaran akhirat. Tabir di depan matanya tersingkap,
kemudian sadarlah ia bahwa mati bukan berarti menghilang seperti anggapannya.
Ia memulai kehidupan akhirat seperti memulai hari-harinya saat terbangun dari
tidurnya. Ia dibangkitkan dari kematian. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an:
“Dia lah yang memberi kehidupan dan menyebabkan kematian. Jika Dia menghendaki
sesuatu, Dia hanya mengatakan, “Jadilah” maka jadilah. (Surat Ghafir: 68) Peralihan
manusia ke alam akhirat terjadi dengan sebuah perintah Allah seperti itu.
PERTANYAAN 42
Apakah orang-orang yang berbuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami
akan menjadikan mereka seperti orang-orang beriman dan mengerjakan amal saleh,
yakni kehidupan dan kematian mereka akan sama? Amat buruklah persangkaan mereka
itu! (Surat al-Jatsiyah: 21)
Kematian spiritual yang dialami manusia telah diterangkan dalam
Al-Qur’an. Dan karenanya jelas bahwa kematian spiritual berbeda dengan kematian
tubuh secara klinis. Dinyatakan di dalam Al-Qur’an bahwa peristiwa-peristiwa
tertentu terjadi saat kematian. Peristiwa-peristiwa itu hanya bisa dilihat oleh
yang mengalaminya, namun tidak dapat dilihat orang lain.
Sebagai contoh, seorang yang kafir yang tak percaya akan keberadaan
Allah nampak seolah mati dengan tenang, layaknya sedang tidur. Padahal
kenyataannya, ruhnya yang beralih ke dimensi lain mengalami rasa sakit yang
amat berat. Sebaliknya, ruh orang beriman yang nampak menderita saat
kematiannya, dicabut nyawanya oleh malaikat maut dengan lembut perlahan-lahan.
Peristiwa yang dialami orang beriman dan orang yang kafir di saat
kematiannya berbeda sama sekali. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa orang yang
kafir akan mengalami hal berikut saat kematiannya:
Jiwanya akan dipukul di bagian punggung dan mukanya.
Mereka mengalami siksa kematian yang pedih.
Malaikat-malaikat mengabari mereka dengan siksaan yang kekal.
Ruhnya akan dicabut dengan kasar dari tubuhnya.
Sementara bagi orang-orang yang beriman:
Ruhnya dicabut dengan lembut dan perlahan-lahan dari tubuhnya.
Mereka disambut para malikat dengan ramah disertai ucapan salam.
Saat malaikat mencabut ruhnya, mereka dikabari berita surga.
PERTANYAAn 43
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa seluruh mahluk akan mengalami
kematian, termasuk alam semesta ini. Semua binatang, tumbuhan, manusia akan
mati. Planet-planet, juga bintang-bintang dan matahari akan mati. Pada hari
kiamat, semua wujud materi mati dan hancur. Peristiwa kiamat merupakan peristiwa
yang paling dahsyat yang pernah dialami manusia. Peristiwa ini dirujuk dalam
Al-Qur’an sebagai berikut:
Namun manusia masih hendak mengingkari apa yang dihadapan mereka,
dan bertanya, ‘Bilakah datangnya kiamat itu?’
Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
Dan apabila bulan telah hilang cahayanya.
dan matahari dan bulan dikumpul (bertabrakan).
Pada hari itu manusia akan bertanya: ‘Kemana tempat berlari?’
Sekali-kali tidak! Tak ada tempat berlindung.
Hanya kepada Tuhanmulah hari itu tempat kembali.
Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah
dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Surat al-Qiyamah: 5-13)
PERTANYAAn 44
Hari kiamat dimulai dengan tiupan sangkakala. Bersamaan dengan gempa
yang dahsyat dan ledakan yang memekakkan telinga, seluruh manusia di muka bumi
menyadari bahwa mereka sedang menghadapi bencana yang menakutkan. Bumi dan
langit terbelah dan alam semesta pun berakhirlah. Tak ada kehidupan yang
tersisa di muka bumi. Saat tiupan sangkakala yang kedua dibunyikan, manusia
dibangkitkan dan dicabut keluar dari kuburnya. (Surat Az-Zumar: 39,68)
Seluruh manusia menyaksikan peristiwa yang berkembang setelah
kebangkitan.
Namun Allah menjamin bahwa orang-orang yang beriman akan terjaga
dengan aman dan tentram, dan terbebas dari rasa takut terhadap hari kiamat:
Barang siapa membawa kebaikan, maka ia memperoleh balasan yang lebih
baik dan selamat dari kejutan dahsyat hari itu. (Surat An-Naml: 89)
PERTANYAAn 45
Pada Hari Perhitungan, setiap orang akan
diperiksa amalnya. Pada tahap pertama, segala hal yang
diperbuat selama hidupnya akan ditunjukkan tanpa ada yang terlewat:
“...bahkan jika ada sesuatu (perbutan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mengeluarkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Surah Luqman: 16).
Pada hari itu tak ada satu perbuatan pun yang dirahasiakan.
Orang bisa saja lupa apa yang dikerjakannya saat hidup di dunia.
Namun Allah tidak pernah lupa terhadap segala perbuatnya, bahkan Dia akan
menunjukkan kehadapannya pada hari perhitungan. Pada hari itu, setiap orang
diberi catatan amalnya. Juga hasil timbangan yang adil atas kebaikan dan
kejahatannya, tanpa dirugikan sedikitpun. Selama perhitungan, pendengaran,
penglihatan dan kulitnya menjadi saksi atas perbuatannya selama hidup di dunia.
Setelah perhitungan yang menggelisahkan itu, orang-orang yang tidak beriman
digiring ke neraka. Sedangkan orang-orang beriman menjalani perhitungan yang
mudah, dan memasuki surga dengan wajah cerah dan gembira sebagai hari
kemenangan yang besar.
PERTANYAAn 46
Allah telah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa setiap orang akan
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia. Setiap orang akan
melihat apa yang diperbuatnya, dan tak seorangpun bisa menolong orang lain. Ini
dinyatakan dalam ayat berikut:
Orang yang berdosa tidak memikul dosa
orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya
meminta tolong untuk dipikulkan dosanya, tak ada seorangpun akan memikulkan
untuknya meskipun itu kaum kerabatnya... (Surat Al-Fatir: 18)
PERTANYAAn
47
Pada hari itu, tidak ada peluang untuk memperbaiki amal. Meyakini
setelah kematian adalah hal yang sia-sia. Al-Qur’an pun menyebutkan bahwa pada
hari perhitungan, orang-orang kafir akan memohon agar diberi kesempatan untuk
mengerjakan kewajibannya. Namun permintaan mereka tak akan diterima. Mereka
berharap dapat kembali ke dunia, tetapi permintannya ditolak. Setelah menyadari
tak ada peluang untuk menebus dosa, mereka sangat menyesal. Keputusasaan dan
penyesalan yang bercampur merupakan perasaan yang menyiksa tiada bandingannya
di dunia ini. Mereka sadar akan mendapat hukuman yang kekal di akhirat, tanpa
sedikitpun peluang untuk menghindar:
Dan jika kamu melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka
berkata: ‘Kalau saja kami dikembalikan ke dunia, kami tak akan mengingkari
ayat-ayat Tuhan kami serta menjadi orang-orang yang beriman.’ Tidak, telah
nyata bagi mereka kejahatan yang dahulu selalu mereka sembunyikan. Sekiranya
mereka dikembalikan ke dunia, mereka akan kembali kepada perbuatan yang
dilarang bagi mereka. Dan sesungguhnya mereka itu pendusta-pendusta belaka. Dan
mereka akan berkata, ‘Kehidupan itu hanya di dunia saja dan kita sekali-kali
tak akan dibangkitkan kembali.’ Dan seandainya kamu melihat ketika mereka
dihadapakan kepada Tuhan mereka. Allah berfirman, ‘Bukankah kebangkitan ini
benar?’ Mereka berkata, ‘Sungguh benar, demi Tuhan kami!’ Allah berfirman,
Karena itu rasakanlah azab ini, karena kamu mengingkarinya.’ (Surat Al-An’am:
27-30)
PERTANYAAn 48
Neraka adalah tempat segala macam penderitaan, siksaan dan hukuman
yang kekal bagi orang-orang yang tidak beriman. Mengenai hal ini, Al-Qur’an
menerangkan:
Sesungguhnya neraka itu tempat yang selalu menanti – tempat kembali bagi
orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad
lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan ataupun mendapat minuman, selain air
yang mendidih dan nanah – sebagai pembalasan yang setimpal. (Surat An-Naba’:
21-26)
PERTANYAAn 49
Ayat-ayat Al-Qur’an menyebutkan adanya kehidupan di neraka. Namun
kehidupan yang dialami adalah segala macam kehinaan, penderitaan dan siksaan
lahir dan batin.
Dibandingkan dengan kehidupan di dunia, manusia tak dapat
membayangkan bagaimana beratnya siksaan di neraka. Orang-orang yang tidak
beriman mengalami siksaan berat dari berbagai segi, baik lahir maupun batin.
Lagi pula, siksanya tak pernah berhenti ataupun berkurang:
Sekali-kali tidak! Sungguh neraka itu adalah api yang bergejolak, yang mengelupaskan
kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan berpaling, serta
mengumpulkan harta dan menyimpannya (dengan kikir). (Surat Al-Ma‘arij: 15-18)
PERTANYAAn 50
Surga adalah tempat kembali bagi mereka yang memperhatikan ayat-ayat
Al-Qur’an, menta’ati perintah-perintah Allah dan hidup demi mencari ridha
Allah. Di dalamnya, mereka hidup kekal dan mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Di dalam surga, manusia bisa menikmati dengan segera segala keindahan
yang disukainya, dan kapanpun bebas melakukan apa yang diinginkannya. Di surga,
terdapat segala sesuatu yang dikehendaki manusia, bahkan lebih dari itu. Pahala
berlimpah yang diterima orang-orang yang beriman disebutkan dalam ayat-ayat
berikut:
Hamba-hambaku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini; tidak
pula kamu bersedih hati.
Yaitu orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka yang
dahulunya berserah diri.
Masuklah kamu dan istri-istri kamu ke dalam surga, dan
bergembiralah.
Diedarkan kepada mereka piring-piring dan piala dari emas, dan di
dalam surga itu terdapat segala apa yang diinginkan hati dan sedap dipandang
mata. Dan kamu kekal di dalamnya.
Itulah surga yang akan diwariskan kepadamu untuk amal-amal yang
dahulu engkau kerjakan. (Surat Az-Zukhruf: 68-72)
PERTANYAAN 51
...Allah menanamkan kedalam hati mereka keimanan dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang dari padaNya. Dan Allah masukkan mereka
kedalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadapNya.
Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah
itulah yang beruntung. (Surat Al-Mujadilah: 22)
Sifat-sifat lain dari orang beriman, yang karenanya Allah
menjanjikan surga kepada mereka, dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
mereka yang beriman dan melakukan amal saleh (Surat Al-Baqarah: 25),
mereka yang selalu takut (taqwa) kepada Allah (Surat Ali ‘Imran:
15),
mereka yang menahan amarahnya (Surat Ali ‘Imran: 134),
mereka yang tidak meneruskan perbuatan kejinya (Surat Ali ‘Imran:
135),
mereka yang menta’ati Allah dan RasulNya (Surat an-Nisa: 13),
mereka yang tetap mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta
beriman kepada Rasul-rasul Allah dan membantunya (Surat Al-Ma‘idah: 12),
mereka yang sungguh-sungguh dalam berbuat kebenaran (Surat
Al-Ma‘idah: 119),
mereka yang beramal baik (Surat Yunus: 26),
mereka yang merendahkan dirinya di hadapan Tuhannya (Surat Hud: 23),
mereka yang bertaubat (Surat Maryam: 60),
mereka yang memelihara amanat dan janjinya (Surat Al-Muminun: 8),
mereka yang tetap melaksanakan shalat (Surat Al-Muminun: 9),
mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan (Surah Fatir: 32),
mereka yang kembali kepada Allah dengan taubat yang tulus (Surat
Qaf: 32),
mereka yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah meskipun Dia tidak
kelihatan, dan datang dengan hati yang taubat. (Surah Qaf: 33).
pertanyaan 52
Dalam setiap masyarakat, ada konsep umum mengenai “kebajikan” yang
ditetapkan oleh masing-masing anggotanya. Pada masyarakat tertentu, orang yang
memberikan uang kepada pengemis, bersikap ramah kepada orang lain, atau
membantu menyelesaikan masalah-masalah orang lain dianggap sebagai “orang yang
melakukan kebajikan”. Namun yang disukai Allah tidak lah terbatas sampai di
situ. Orang yang benar-benar “berbuat kebajikan” adalah yang percaya kepada
Allah dengan hati yang tulus dan mengatur hidupnya dengan cara yang diridhai
Allah. Allah menerangkan hal ini dalam Al-Qur’an:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu
kebajikan. Melainkan kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir,
orang yang meminta-minta dan hamba sahaya; dan yang mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang
yang taqwa. (Surat al-Baqara: 177)
PERTANYAAN 53
Dalam masyarakat yang pola hidupnya tidak sesuai dengan Al-Qur’an,
rasa cinta dan rasa hormat antar sesama diukur dengan patokan nilai tertentu.
Persamaan budaya, pangkat, kecantikan, atau bahkan cara berpakaian merupakan
beberapa di antaranya.
Bagi orang-orang yang beriman, tujuan sejatinya adalah ridha Allah.
Oleh karena itu, rasa cinta kepada sesama berpatokan pada rasa cintanya kepada
Allah. Karena cintanya kepada Allah lah, mereka mencintai dan mengasihi apa
yang diciptakan Allah. Dan karenanya pula mereka tidak pernah berteman dengan
orang yang tidak disukai Allah, apalagi mencintai atau mengasihinya. Ini
dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan
RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka. (Surat Al-Mujadilah: 22)
PERTANYAAn 54
Allah memerintahkan dalam banyak ayat agar orang-orang beriman
selalu bersatu, dan tidak bercerai berai hanya karena terpikat oleh kehidupan
duniawi:
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat allah kepadamu ketika
kamu dahulu bermusuh-musuhan dan kemudian mempersatukan hatimu sehingga kamu
menjadi saudara karena anugrahNya; dan kamu ada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya
kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. (Surat Ali ‘Imran: 103)
Seperti terhadap perintah-perintah lainnya, orang yang ta’at kepada
Al-Qur’an mesti menjalankan perintah ini dengan sungguh-sungguh. Dapat bersatu
dengan mereka yang beriman merupakan suatu anugrah dan memberi kekuatan. Sebagai
contoh, Allah menjadikan Musa sebagai nabi, maka Musa memohon kepada Allah agar
Harun menjadi pembantunya.
Orang-orang beriman saling mengingatkan sesamanya tentang Allah.
Mereka mencegah saudaranya melakukan perbuatan keji atau membuat kesalahan. Mereka
selalu berusaha untuk saling tolong-menolong. Dibanding manusia lainnya,
orang-orang beriman memiliki standar moral yang tertinggi, dan selalu bertindak
dengan penuh rasa tanggung jawab. Karenanya, lingkungan yang paling aman adalah
lingkungan tempat bersatunya orang-orang beriman.
PERTANYAAn 55
Dalam segala segi, kehidupan orang-orang beriman di dunia ini selalu
indah. Demikian pula nantinya di akhirat. Kepada mereka yang beramal saleh,
Allah menyampaikan kabar gembira bahwa mereka akan mendapat imbalan yang banyak
di dunia ini:
Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Surat An-Nahl: 97)
PERTANYAAN 56
Tidak ada tempat, waktu ataupun cara khusus untuk berdo’a kepada
Allah. Allah lebih dekat kepada kita dari pada urat leher kita sendiri. Dia
mengetahui dan melihat segala sesuatu yang terlintas dalam pikiran kita, juga
yang terlintas di bawah sadar kita. Karenanya, kita dapat berdo’a kepada Allah
dan meminta pertolonganNya kapanpun – saat berjalan, saat mengerjakan sesuatu,
saat duduk, ataupun berdiri. Sikap yang layak untuk berdo’a kepadanya
disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan dengan suara
yang lembut.” (Surat al-A‘raf: 55)
Yang penting, orang yang berdo’a harus khusyu dan tulus.
PERTANYAAN 57
Apakah Allah menerima setiap do’a?
Allah mendengar permohonan semua orang dan menjawab panggilan orang
yang menyeru namaNya. Hal ini dinyatakan dalam ayat berikut:
“Jika hambaKu bertanya tentang Aku,
katakan Aku dekat (kepada mereka). Aku mengabulkan
permohonan orang-orang yang memohon kepadaKu...” (Surat Al-Baqarah: 186)
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Dia akan menjawab do’a orang
yang tertindas dan orang yang mengalami kesusahan jika mereka memohon
kepadaNya, asalkan mereka bersungguh-sungguh dan tulus dengan apa yang
dimintanya.
Namun mesti diingat bahwa orang tidak selalu mengetahui apa yang
baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Sesuatu yang kita anggap baik bagi diri
kita mungkin sebenarnya buruk.
Allah mengetahui bahwa kita tidak tahu betul apa yang baik bagi kita
dan Dia mengatur segalanya. Karenanya, Dia kadang menolak untuk mengabulkan
suatu do’a. Namun kemudian memberikan yang lebih baik dari itu jika saatnya
telah tepat. Lagipula, manusia cenderung tergesa-gesa dan kadang terlalu
semangat untuk mendapatkan segera apa-apa yang diinginkannya. Oleh sebab
itulah, Allah menunda pengabulan terhadap permohonannya. Dengan demikian, orang
yang berdo’a harus bersabar dan menanti kedatangan rahmatNya.
PERTANYAAN 58
Sudah cukup bagi seseorang jika ia mengucapkan dengan tulus bahwa ia
bertaubat kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahannya. Kemudian ia memohon
ampunanNya dan berjanji untuk tidak mengulangi hal serupa di kemudian hari.
Allah berfirman:
Maka barang siapa bertaubat setelah melakukan kejahatan dan
memperbaiki diri, sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surat Al-Ma’idah: 39)
PERTANYAAN 59
Allah menerima setiap bentuk taubat yang tulus asalkan pelakunya
berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya, dan selanjutnya memperbaiki
perbuatannya. Besar kecilnya dosa tidak menjadi perbedaan. Yang penting, ada
kesungguhan untuk membuang perilaku yang buruk. Keputusan Allah tentang
pertaubatan ini dinyatakan dalam ayat berikut:
Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubatnya orang-orang
yang mengerjakan perbuatan karena kejahilan (lalai), yang kemudian bertaubat
dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya; dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Penyayang. (Surat An-Nisa’: 17)
PERTANYAAn 60
Ini adalah pikiran yang ngawur dan mengakibatkan banyak orang
berbuat salah. Allah mengetahui setiap hati dan rahasia yang tersembunyi di
dalamnya. Allah memang mengatakan bahwa Dia akan menerima taubat orang yang
sungguh-sungguh menyesali perbuatannya serta memperbaiki perbuatannya itu.
Namun bagi orang yang berpikiran bahwa “Allah nanti akan memaafkannya”, ia
tetap harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya di akhirat kelak. Ia akan
menerima balasan atau hukuman yang setimpal dengan perbuatannya itu.
Tidak diterima Allah taubat mereka yang berbuat kejahatan setelah
tiba ajal kepada mereka, seraya mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang”. Dan tidak pula bagi mereka yang mati dalam kekafiran. Bagi mereka
itu telah kami sediakan siksa yang pedih. (Surat An-Nisa’: 18)
PERTANYAAN 61
Selain mematuhi perintah-perintah Allah dan menyembahNya, perubahan
yang paling penting bagi mereka yang baru mulai menjalani kehidupan beragama
adalah membangun kehidupan yang berlandaskan moral yang baik dengan selalu
mengikuti hati nurani. Setiap orang akan memiliki karakter dan cara hidup yang
dipilihnya sebelum menjadi terbiasa dengan aturan agama. Namun, setelah memulai
kehidupan agamanya, ia harus selalu memelihara setiap perilaku yang baik untuk
mencari ridha Allah. Dan dengan segera meninggalkan perbuatan yang tidak sesuai
dengan standar Al-Qur’an, atau merubah dan memperbaikinya agar sejalan dengan
moral-moral Al-Qur’an.
Orang yang sungguh-sungguh beriman tidak akan memiliki pandangan dan
gaya hidup yang berubah-ubah. Bagi mereka, Al-Qur’an merupakan satu-satunya
kriteria. Dan satu-satunya figur yang diteladani hanyalah para Nabi dan
orang-orang beriman, yang Allah jadikan teladan di dalam Al-Qur’an.
PERTANYAAn 62
Sebelum mendapat peringatan, seseorang dianggap bodoh (lalai) dalam
masalah agama, tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Karenanya,
jika ia bertaubat kepada Allah dan memohon ampunannya, serta tidak kembali atau
mengulangi kesalahannya itu, ia tidak harus bertanggungjawab atas dosanya di
masa lampau. Dalam pandangan Allah, yang penting kita tidak berusaha
membenarkan kesalahan atau dosa apapun.
Allah menyampaikan kabar gembira di bawah ini kepada orang-orang
yang beriman:
Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, sungguh akan Kami
hapuskan dosa-dosa mereka dan akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa
yang mereka kerjakan. (Surat Al-‘Ankabut: 7)
PERTANYAAn 63
Allah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk beragama Islam. Setiap
orang yang mengetahui keberadaan agama ini akan ditanya di akhirat kelak apakah
dia patuh kepada Al-Qur’an atau tidak. Menyeru kepada jalan benar merupakan
salah satu kandungan Al-Qur’an. Oleh karena itu, orang yang menjalankan agama
Allah harus menyampaikan moral-moral Islam kepada orang lain, mengajak mereka
ke jalan yang benar. Yakni, mengajak mereka berbuat baik dan mencegah mereka
berbuat salah. Di dalam Al-Qur’an, Allah menyampaikan perintah berikut ini:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang mendapatkan keberuntungan. (Surat Ali ‘Imran: 104)
PERTANYAAn 64
Agama Islam menyeru manusia untuk bersabar
karena Allah. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an Surat
Al-Muddatsir ayat 7: “Dan untuk Tuhanmu, bersabarlah.” Kesabaran merupakan
salah satu sifat manusia yang terpenting, dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari moral baik yang dijunjung tinggi. Juga merupakan bagian dari
amal-amal baik untuk mencari ridha Allah.
Namun demikian, kita harus membedakan antara kesabaran dengan
“toleransi”. Toleransi merupakan sifat baik yang timbul karena mau menanggung
kesusahan yang tidak menyenangkan atau menyakitkan. Sementara kesabaran,
seperti disebutkan dalam Al-Qur’an, bukan sumber kesusahan bagi mereka yang
beriman. Orang yang beriman bersabar karena mencari ridha Allah. Karenanya, ia
tidak merasa susah untuk bersikap sabar; malah sebaliknya, ia mendapatkan
kesenangan batin darinya.
Seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an, kesabaran juga meliputi seluruh
karakteristik orang yang beriman. Sebab hanya dengan disertai kesabaran lah
sifat-sifat seperti rendah hati, dermawan, mau berkorban atau keta’atan
memiliki nilai yang sebenarnya. Artinya, kesabaran merupakan sifat yang membuat
sifat-sifat lainnya menjadi berharga dan diakui.
PERTANYAAn 65
Betawakal kepada Allah artinya menggantungkan diri kepadaNya karena
menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ada di bawah
kendalinya, serta merasa yakin bahwa tak seorang pun dapat menolong atau
mencelakakan orang lain tanpa seijinNya. Orang-orang beriman mengetahui bahwa
Allah Mahakuasa, dan segala yang dikehendakiNya akan terjadi hanya dengan
mengatakan “Jadilah!”. Mereka pun tak pernah tawar hati dalam menghadapi
kesulitan. Mereka tahu bahwa Allah akan menolong mereka, dan yakin bahwa Allah
akan memberikan kemudahan di dunia ini dan di akhirat kelak. Menyadari hal itu,
hati mereka selalu tentram dan gembira.
Yang harus dilakukan seseorang yang beriman hanyalah merespons
segala kejadian dengan perbuatan yang disukai Allah, dan menanti hasilnya
sesuai kehendakNya. Rahasia besar yang hanya difahami orang-orang yang beriman
ini, dijelaskan dalam ayat berikut:
...Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia memberikan
kepadanya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak
disangka-sangka. Dan barang siap bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah menyempurnakan kehendakNya . Dan
Allah telah mengadakan ketentuan atas segala sesuatu. (Surat At-Talaq: 2-3)
PERTANYAAn 66
Taqwa artinya mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala
pikiran dan perbuatan merugikan yang dilarang Allah. Di dalam Al-Qur’an, nama
lain bagi orang beriman yang selalu ta’at kepada Allah adalah “orang yang
saleh”. Pentingnya sifat taqwa disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
...Berbekal lah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa. Dan
bertaqwa lah kepadaKu hai orang-orang yang berakal! (Surat Al-Baqarah: 197)
PERTANYAAn 67
Di mata Allah, keutamaan tidak didasarkan pada kekayaan, kedudukan,
kecantikan atau hal lain yang dimiliki manusia, melainkan didasarkan pada
kedekatan kepadaNya, yakni ketaqwaan:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah adalah yang paling taqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan
Maha Waspada. (Surat Al-Hujurat: 13)
PERTANYAAn 68
Salah satu karakteristik penting dari orang yang beriman kepada
Allah adalah kemampuan melihat tanda-tanda kekuasaan Allah melalui ciptaanNya.
Ia melihat kekuasaan dan karya seni Allah di setiap kehalusan dan kesempurnaan
ciptaanNya, seraya memuji KebesaranNya. Sikap demikian membuatnya semakin dekat
kepada Allah. Karakteristik seperti ini disebutkan dalam Al-Qur’an:
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring serta memikirkan penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’ (Surat Ali ‘Imran: 191)
Allah menekankan pentingnya tafakkur bagi orang yang beriman. Di
banyak tempat dalam Al-Qur’an, akan kita temui ayat-ayat yang berbunyi
“Tidakkah kamu mau berpikir?” atau “Terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
mereka yang mau berpikir”.
Hal yang dapat dipikirkan tidak terbatas jumlahnya. Seorang yang
beriman bisa memikirkan banyak hal, antara lain: tatanan alam semesta yang luar
biasa, mahluk-mahluk yang hidup di muka bumi, peristiwa yang ia alami, rahmat
Allah yang tiada henti, bencana yang diturunkan kepada orang-orang kafir,
surga, neraka, alam baka, dan lain sebagainya. Dengan memikirkannya secara
mendalam, ia dapat menyadari keberadaan, kekuasaan dan kebijakan Allah dengan
lebih baik, dan lebih memantapkan keimanannya.
PERTANYAAn 69
Agama tidak pernah bertentangan dengan
sains. Allah lah yang menciptakan keduanya. Maka
ketidak sesuaian ataupun pertentangan di antara keduanya merupakan hal yang
mustahil. Di dalam A-Qur’an yang diturunkan 1400 tahun yang lalu, ada
penjelasan-penjelasan ilmiah tertentu yang kini telah dibuktikan kebenarannya
dengan menggunakan peralatan teknologi abad 20. Pernyatan bahwa agama
bertentangan dengan sains merupakan kebohongan yang dibuat-buat oleh mereka
yang mengingkari Allah. Tujuan mereka adalah menciptakan keraguan terhadap
agama.
PERTANYAAn 70
Banyak yang melakukan riset ilmiah melihat dengan mata kepala
sendiri, betapa rumit dan sempurnanya struktur dan keteraturan pada mahluk
hidup. Mereka melihat betapa serasinya hubungan antara satu dengan lainnya.
Mereka tidak dapat mengelak akan keberadaan Allah yang Mahaagung. Kenyatan ini
ditunjukkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
...Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambanya
adalah mereka yang berilmu... (Surat Fatir: 28)
Tidak mengherankan jika banyak ilmuwan yang termasyur di masa kini
dan di masa lampau terkenal karena keyakinan dan kepasrahan mereka kepada Allah
dan agamaNya. Beberapa di antara mereka adalah: Einstein, Newton, Galileo, Max
Planck, Kelvin, Maxwell, Kepler, William Thompson, Robert Boyle, Iona William
Petty, Michael Faraday, Gregory Mendel, Louis Pasteur, John Dalton, Blaise
Pascal, dan John Ray.
Di jaman kita, banyak ilmuwan yang menegaskan keberadaan Allah.
Lebih dari itu, mereka melihat sains sebagai sarana untuk mengenal Allah.
Aliran “Kreasionisme” atau aliran “Rancangan Sadar” di Amerika Serikat
merupakan salah satu indikasi khusus.
PERTANYAAn 71
Menyembah Allah merupakan salah satu amal penting untuk bersyukur
atas karunia Allah. Selain diungkapkan dengan kata-kata, rasa syukur dapat
diungkapkan melalui perbuatan. Misalnya, menggunakan pemberian Allah untuk hal
yang dianjurkanNya, untuk menolong orang yang membutuhkan dan untuk
tujuan-tujuan baik tanpa pemborosan. Selain itu, ia harus menyadari pula bahwa
segala yang dibutuhkannya berasal dari Allah. Tidak ada sesuatupun yang ia
miliki. Semuanya semata-mata karena pemberian Allah. Dan ia harus bersyukur
atas semua itu. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang Allah berikan
kepadamu; dan syukurilah karunia ni’mat Allah, jika hanya kepadaNya kamu
menyembahnya. (Surat An-Nahl: 114)
PERTANYAAn 72
Setan adalah mahluk ciptaan Allah dari
jenis jin. Setelah Allah menciptakan Adam sebagai
manusia pertama, Allah memerintahkan kepada seluruh malaikat untuk bersujud
kepada Adam. Hanya setan yang tidak mengikuti perintah Allah karena
kesombongannya. Setan berkata:
Ya Tuhanku, karena Engkau memutuskan bahwa aku sesat, aku akan
membuat manusia memandang baik terhadap segala yang ada di muka bumi dan aku
akan menyesatkan mereka semua. (Surat Al-Hijr: 39)
Setelah itu setan diusir dari hadapan Allah. Ia meminta penangguhan
usia hingga hari kebangkitan untuk mempengaruhi manusia agar terjauhkan dari
jalan Allah dan menjadi sesat. Karenanya, setan merupakan penghalang
keberhasilan dan musuh yang paling berbahaya bagi setiap manusia.
PERTANYAAn 73
Allah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa setan membisikkan
anjuran-anjuran jahat ke dalam hati manusia. Karenanya manusia diperintahkan
untuk berlindung kepada Allah dari bisikan jahat itu:
Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia,
Sembahan manusia, dari bisikan jahat yang tersembunyi, yang dibisikkan ke dalam
dada manusia, dari golongan jin dan manusia.” (Surat An-Nas: 1-6).
Bisikan jahat merupakan taktik setan yang paling busuk. Kebanyakan
orang tidak menyadari bahwa pikiran-pikiran tertentu berasal dari setan. Mereka
mengiranya sebagai pikirannya sendiri.
Sebagai contoh, orang yang baru masuk agama Islam merupakan sasaran
penting bagi setan. Setan membuat agama nampak susah dipelajari bagi orang
tersebut. Atau membisikkan kepada orang tersebut bahwa apa yang diamalkannya
telah cukup dan tidak perlu lagi amal-amal lainnya. Orang yang dipengaruhi ini
bisa saja berpikir bahwa semua itu benar. Contoh lainnya, setan menimbulkan
perasaan-perasaan takut, cemas, tegang, atau kesusahan pada manusia sehingga
membuatnya kepayahan. Ia berusaha mencegah mereka dari perbuatan baik dan dari
sikap dermawan, serta dari berpikir secara sehat.
Mesti diingat bahwa setan mempengaruhi manusia agar melakukan
kebohongan pada setiap akar kejahatan di dunia ini, termasuk dalam peperangan,
pembunuhan massa dan pelanggaran susila.
PERTANYAAn 74
Hal paling penting yang harus dipegang adalah bahwa setan tidak
memiliki kekuatan sendiri. Seperti mahluk lainnya, ia pun mahluk ciptaan Allah
dan ada dibawah kekuasaanNya. Ia tak dapat melakukan apapun tanpa seijinNya.
Setan bisa menyesatkan manusia atas ijin Allah. Dengan cara ini, Allah menguji
siapa yang turut dan siapa yang menolak ajakan setan di dunia ini. Hal ini
dinyatakan Allah di dalam Al-Qur’an:
Dan tidak ada kekuasaan setan terhadap mereka, melainkan agar kami
dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dan siapa
yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu. (Surat
Saba’: 21)
PERTANYAAn 75
Godaan setan tidak berpengaruh kepada orang yang sungguh-sungguh
beriman. Kenyataan ini disampaikan Allah dalam ayat berikut:
Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan terhadap orang-orang
yang beriman dan bertawakal kepada Allah. Sesungguhnya kekuasaannya hanya atas
orang-orang yang mengambilnya sebagai temannya dan atas orang-orang yang
mempersekutukannya dengan Allah. (Surat An-Nahl: 99-100)
PERTANYAAn 76
Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakan
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Surat
Al-Ma’idah: 50)
Apapun ideologi, filosofi atau wawasan dunianya, ada “agama” yang
sama yang dipegang dan dijalankan oleh mereka yang tidak menganut agama yang
benar. Agama ini menyimpang dari agama yang benar. Masyarakatnya menerima
pertimbangan, norma-norma, dan pikiran-pikiran yang ditawarkan agama ini
melalui propaganda intensif sejak mereka lahir. Nama agama ini adalah “agama
jahiliyah”.
Ciri mendasar dari masyarakat yang menjalankan agama ini adalah
selalu mencari persetujuan masyarakatnya, bukannya mencari ridha Allah. Mereka
membangun kehidupannya di sekitar poros tujuan ini.
Yang dituntut dari individu-individu yang tinggal dalam masyarakat
demikian adalah melaksanakan moral, budaya, sikap dan perilaku tertentu yang
diterima masyarakat, serta menunjukkan perangai yang disukai anggota
masyarakatnya.
PERTANYAAn 77
Masyarakat adat yang terpisah jauh dari agama Allah beranggapan
bahwa pendapat orang banyak selalu benar. Ini merupakan kesimpulan yang sama
sekali keliru. Bahkan bertentangan dengan yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an,
“Kebanyakan manusia tidak akan beriman...” (Surat Yusuf: 103).
Dalam ayat-ayat lain, Allah juga menyatakan bahwa mereka yang
mengikuti mayoritas kafir akan mengalami kerugian. Pernyataan itu menyiratkan
bahwa di setiap jaman, orang-orang beriman selalu minoritas sedangkan yang
terjauhkan dari agama Allah selalu mayoritas. Namun karenanya, kedudukan
orang-orang beriman jauh lebih tinggi dibanding mereka yang berpegang teguh
pada “agama jahiliyah”.
PERTANYAAn 78
Agar selamat dari sistem yang ingkar kepada Allah ini, hal pertama,
dan juga yang terpenting, yang harus dilakukan adalah selalu berusaha hanya
mencari ridha Allah. Juga menjalankan dengan ketat moral-moral dan cara hidup
seperti yang disampaikan Allah dalam Al-Qur’an. Orang yang meneladani petunjuk
Al-Qur’an, secara otomatis menjauhkan dirinya dari moralitas dan perilaku buruk
yang terbentuk dalam masyarakat jahiliyah.
PERTANYAAn 79
Kebijaksanaan adalah sifat penting yang hanya dimiliki oleh umat
beriman. Namun ada perbedaan besar antara pengertian bijaksana menurut masyarakat
banyak dan bijaksana menurut agama. Kebijaksanaan yang dirujuk Al-Qur’an
merupakan konsep yang samasekali berbeda dari kecerdasan. Kecerdasan merupakan
kapasitas biologis yang dimiliki manusia. Ia tidak pernah meningkat ataupun
menurun. Sedangkan kebijasanaan merupakan karunia Allah yang diberikan kepada
orang-orang beriman yang ta’at dan takut kepadaNya. Kebijaksanaan seseorang
meningkat sesuai dengan tingkat keta’atannya.
Ciri utama dari orang yang bijaksana adalah rasa takutnya yang besar
kepada Allah dan kepatuhannya kepada perintahNya. Ia selalu mengikuti hati
nuraninya dan menilai segala sesuatu berdasarkan Al-Qur’an untuk mencari ridha
Allah. Secerdas dan sepandai apapun dia, seseorang tidak akan memiliki
kebijaksanaan tanpa memiliki sifat di atas. Tanpa kebijaksanaan, orang
cenderung kurang mampu untuk memahami dan melihat kebenaran. Allah menjelaskan
dalam Al-Qur’an bahwa kurangnya kebijaksanaan akan menimbulkan kerusakan:
Sesungguhnya mahluk terburuk di mata Allah ialah orang-orang yang
pekak dan tuli, yang tidak menggunakan akalnya. (Surat al-Anfal: 22)
Seorang yang bijaksana juga memiliki visi. Ia mampu membuat
keputusan yang benar dan tepat. Karena ebijaksanaannya, ia mampu melihat esensi
dari peristiwa dan inti kebenaran suatu perkara.
PERTANYAAn 80
Yang melemahkan hati dan pikiran manusia adalah ambisi dan hawa
nafsunya. Misalnya, takut akan masa depan, iri hati, obsesi yang sangat
terhadap hal-hal duniawi, atau hal-hal yang romantis. Hal-hal seperti ini
menyita pikirannya dan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang lebih
penting, seperti keagungan Allah dan kesempurnaan ciptaanNya.
Allah mengingatkan kita bahwa keberuntungan hanya bisa diperoleh
jika kita terbebas dari obsesi hawa nafsu:
...yaitu mereka yang terpelihara dari keserakahan dirinya. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung. (Surat Al-Hashr: 9)
PERTANYAAn 81
Menurut Al-Qur’an, karakteristik utama dari orang yang sombong
adalah lupa bahwa segala yang dimilikinya, termasuk keunggulan non fisik,
merupakan pemberian Allah. Istilah sombong di sini bukan hanya bagi sekelompok
orang tertentu yang melupakan Allah dan bersikap takabur. Seseorang bisa juga
dikatakan sombong apabila ia berpikiran bahwa kecantikannya bukan pemberian Allah,
atau jika ia bangga dengan keberhasilannya. Atau jika ia sudah merasa
berkecukupan, dan tidak pernah bertanya pada dirinya apakah ia dapat lebih
bertanggung jawab dengan apa yang dimilikinya. Atau jika ia bersikap congkak.
Oleh karena itu, setiap individu harus bersungguh-sungguh
menghindari perilaku demikian, serta harus menyadari bahwa ia sangat miskin
dibanding Allah. Di hadapan Allah, semua mahluk adalah lemah. Allah bisa saja
mengambil segalanya darinya jika Dia menghendakinya.
Nasib akhir dari orang yang sombong disebutkan Allah dalam
Al-Qur’an:
Dan apabila dikatakan kepadanya, “Takutlah kepada Allah”, bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka jahanam. Dan sungguh neraka jahanam itu seburuk-buruknya tempat tinggal.
(Surat Al-Baqarah: 206)
PERTANYAAn 82
Berbeda dengan orang yang sombong, seorang yang rendah hati
menyadari bahwa segala sesuatu yang dimilikinya merupakan anugrah Allah, atau
sebagai batu ujian dariNya. Sebagai manusia, ia menyadari bahwa dirinya lemah
dan miskin serta tidak memiliki kekuatan untuk melakukan apapun kecuali atas
kehendak Allah. Karenanya, ia selalu mengembalikan segalanya kepada Allah dan
bersyukur atas segala keruniaNya. Allah memuji sikap rendah hati dari
orang-orang yang beriman:
Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang berjalan di muka bumi
dengan rendah hati... (Surat Al-Furqan: 63)
PERTANYAAn 83
Setiap orang bertanggungjawab atas
niatnya. Ini dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an:
“...Allah akan menghukummu atas niat yang
kamu sengaja dalam hatimu...” (Surat Al-Baqarah: 225).
Niat dari setiap tindakan harus selalu ditujukan kepada Allah.
Meskipun suatu tindakan nampak baik, jika niatnya untuk mencari ridha orang
lain, atau untuk mendapatkan manfa’at duniawi lainnya, tindakan itu tidak akan
berkenan di mata Allah.
PERTANYAAn 84
Ada anggapan yang sangat keliru bahwa dunia ini merupakan
satu-satunya kehidupan bagi manusia. Padahal, dunia hanyalah tempat sementara
yang diciptakan Allah untuk menguji manusia. Dan kehidupan yang sesungguhnya
adalah kehidupan setelah kematian. Karenanya, segala sesuatu yang memikat hati
manusia dan menyita pikirannya dalam kehidupan dunia yang singkat ini merupakan
“kesenangan yang menipu”.
Dalam ayat berikut, Allah mengingatkan manusia akan tipuan ini serta
mengingatkan bahwa tempat tinggal sesungguhnya, yang jauh lebih indah, adalah
di sisi Allah:
Dijadikan indah pada pandangan manusia karena kecintaan terhadap apa
yang diinginkannya, yaitu: wanita, anak, harta yang banyak dari emas, perak,
kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia. Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang jauh lebih baik. (Surat Ali
‘Imran: 14)
PERTANYAAn 85
Banyak kekurangan fisik yang diderita manusia. Pertama sekali, manusia
harus selalu menjaga dan memelihara kebersihan badan dan lingkungannya. Untuk
urusan itu, banyak waktu yang tersita. Namun sebesar apapun usaha yang
dilakukan, hasilnya hanya berpengaruh untuk sementara waktu saja. Dalam sejam
saja, gigi yang kita sikat akan terasa kotor lagi, seolah tak pernah
dibersihkan. Seseorang yang mandi di musim panas, dalam beberapa jam saja akan
merasa seolah belum mandi.
Penting difahami bahwa kekurangan seperti ini mempunyai tujuan.
Kekurangan yang kita miliki bukanlah sifat yang diwariskan, melainkan sifat
yang sengaja diciptakan.
Pergeseran usia dan perubahan sifat tubuh yang menyertainya juga
merupakan kelemahan yang diciptakan agar manusia menyadari bahwa hidup ini
hanya sementara. Dengan demikian, manusia tidak menjadi terikat dengan
kehidupan duniawi yang penuh cacat. Kemudian lebih memusatkan tujuannya pada
kehidupan akhirat, “tempat tinggal” yang sesungguhnya.
Telah Allah ingatkan dalam Al-Qur’an bahwa tujuan terbaik bagi
manusia adalah kehidupan akhirat:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain
main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya? (Surat Al-An‘am: 32)
PERTANYAAn 86
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Dia telah menunjukkan jalan
yang benar kepada semua umat di sepanjang masa. Dia telah mengingatkan pula
kepada mereka melalui nabi-nabiNya bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara,
dan tempat tinggal sebenarnya adalah kampung akhirat. Meskipun demikian, kita
dapat pelajari bahwa kebanyakan dari mereka menolak dan tidak mendengar ajakan
nabinya. Oleh karena itu, Allah menjatuhkan hukuman yang keras dari arah yang tidak
disangka-sangka, dan menyapu sebagian dari mereka dari muka bumi.
Salah satu alasan penting dikisahkannya umat-umat yang lampau di
dalam Al-Qur’an adalah untuk meyakinkan bahwa manusia sekarang tidak mengulangi
kesalahan yang sama. Jika sekedar mempelajari dan menilai saja bencana yang
menimpa umat terdahulu serta bekas arkeologinya, tanpa mengambil hikmah dari
kejadiannya, maka itu merupakan tindakan yang sangat keliru. Allah
memerintahkan kita untuk menjadikan bencana tersebut sebagai bahan pelajaran:
Dan telah berapa banyak umat-umat yang lebih besar kekuatannya kami
binasakan sebelum mereka ini! Mereka telah menjelajahi banyak negeri, namun
apakah mereka mendapat tempat untuk berlari? Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki hati, atau yang
menggunakan pendengaran, sedang ia menyaksikan (buktinya). (Surat Qaf: 36-37)
PERTANYAAn 87
Keberadaan jin banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Seperti halnya
manusia, jin diciptakan Allah untuk menyembahNya. Mereka hidup dalam dimensi
yang berbeda dari manusia. Seperti disebutkan dalam ayat-ayat tertentu, manusia
tidak bisa melihat jin, sebaliknya jin dapat melihat manusia.
Ada keyakinan keliru yang telah meluas bahwa jin dapat memberikan
informasi mengenai masa depan. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa mereka tidak
memiliki kemampuan demikian. Juga disebutkan bahwa mereka pun bertanggung jawab
untuk menjaga keutuhan Al-Qur’an. Allah menegaskan bahwa jin diciptakan untuk
tujuan yang sama seperti halnya manusia.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
menyembahKu. (Surat Az- Zariyat: 56)
PERTANYAAn 88
Malaikat adalah mahluk yang tak pernah menyalahi perintah Allah dan
hidup dalam dimensi yang berbeda dari manusia. Tidak seperti manusia, malaikat
diciptakan bukan untuk diuji. Allah menciptakan mereka sebagai mahluk yang tidak
pernah berbuat salah. Mereka diberi tugas yang berbeda-beda yang mereka
kerjakan dengan saksama. Jibril ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu Allah
kepada nabi-nabiNya. Ada malaikat pencatat di kedua sisi manusia yang mencatat
segala perbuatan yang mereka lakukan. Ada malaikat yang ditunjuk untuk mencabut
nyawa manusia pada waktu kematiannya. Ada malaikat penjaga neraka yang bertugas
mengawasi agar penghuni neraka mengalami siksaan yang berat.
Allah menyatakan bahwa para malaikat merupakan abdi-abdiNya:
Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, tidak
pula para malaikat yang terdekat kepada Allah... (Surat An-Nisa’: 172)
Allah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Demikian pula
bersaksi para malaikat dan orang-orang yang berilmu. Tidak ada Tuhan melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Ali ‘Imran: 18)
PERTANYAAn 89
Waktu dapat didefinisikan sebagai metode dimana satu saat
dibandingkan dengan saat lainnya. Contoh berikut akan menjelaskannya. Misalnya,
jika seseorang mengetuk sebuah benda, ia akan mendengar bunyi tertentu. Jika ia
mengetuknya lagi lima menit kemudian, ia akan mendengar bunyi yang lain. Maka
ia akan merasa ada selang di antara bunyi pertama dengan bunyi kedua. Selang
antara ini disebut sebagai waktu.
Namun pada saat ia mendengar bunyi kedua, bunyi pertama yang
didengarnya hanya ada dalam imajinasinya. Ia merumuskan konsep “waktu” dengan
membandingkan saat yang sedang ia alami dengan saat yang disimpan dalam
ingatannya. Jika perbandingan ini tidak dibuat, maka tidak akan ada konsep
waktu.
PERTANYAAn 90
Seperti disebutkan di atas, istilah waktu difahami melalui
perbandingan yang dibuat di antara dua peristiwa. Namun kesimpulan ini
dihasilkan dalam otak dan sifatnya relatif. Hal ini biasa dialami dalam mimpi.
Meskipun yang kita lihat dalam mimpi rasanya berlangsung berjam-jam, sebenarnya
hanya berlangsung beberapa menit, atau bahkan beberapa detik saja.
Banyak ayat Al-Qur’an menyebutkan beragam contoh mengenai hal ini.
Beberapa ayat menerangkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan
kadang merasakan waktu yang singkat sebagai waktu yang sangat lama. Ayat
berikut merupakan contoh saat Allah menegur orang-orang yang zalim:
Allah bertanya, “Berapa lamakah kamu tinggal di bumi?”. Mereka
menjawab: “Kami tinggal sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung”. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal di bumi
melainkan sebentar saja, kalau kamu mengetahui yang sesungguhnya!”. (Surat
Al-Muminun: 112-114)
PERTANYAAn 91
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran. Dan
perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Surat Al-Qamar:
49-50)
Takdir adalah pengetahuan Allah atas semua peristiwa di masa lampau
ataupun di masa depan seolah sebagai “kejadian tunggal”. Kebanyakan orang
bertanya bagaimana Allah bisa mengetahui peristiwa yang belum terjadi. Pikiran
seperti ini membuat mereka gagal memahami kebenaran adanya takdir.
Harus disadari bahwa “peristiwa yang belum terjadi” hanya berlaku
bagi kita. Allah sendiri tidak terikat ruang ataupun waktu, karena Dia lah yang
menciptakan keduanya. Tidak ada konsep waktu bagi Allah. Karena alasan inilah,
masa lampau, masa yang akan datang dan masa sekarang, semuanya sama saja bagi
Allah. BagiNya segala sesuatu telah terjadi dan telah berakhir.
PERTANYAAn 92
Masyarakat kita keliru memahami jika berpendapat bahwa manusia dapat
merubah takdir Allah. Misalnya, kita suka mendengar ungkapan dangkal bahwa
seorang pasen telah “mengalahkan takdirnya” ketika berhasil melewati masa
kritis yang mematikan. Padahal, tak seorang pun dapat merubah takdirnya.
Seseorang tidak meninggal ketika melewati penyakit yang kritis, karena memang
tidak ditakdirkan meninggal saat itu. Sungguh ironis bahwa ia ditakdirkan
mempunyai pikiran seperti itu dan membohongi dirinya sendiri dengan mengatakan
“saya mengalahkan takdir”.
Takdir merupakan perbendaharaan ilmu Allah. Bagi Allah, waktu
hanyalah kejadian sesaat dan Dia menguasai seluruh ruang dan waktu. BagiNya,
segala sesuatu telah ditentukan dan telah berakhir sebagai takdir. Dari apa
yang disebutkan dalam Al-Qur’an, kita pun dapat memahami bahwa hanya ada satu
waktu bagi Allah. peristiwa yang akan terjadi setelah kematian kita (dalam
sudut pandang kita) disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai peristiwa lampau yang
telah terjadi. Allah tidak terbatasi kerangka relativitas waktu seperti yang
kita alami. Allah menghendaki segala sesuatu dalam kehampaan waktu: manusia
telah menjalaninya, dan semua peristiwa ini telah dilewati dan telah berakhir.
PERTANYAAn 93
Allah Maha Kuasa dan Dia lah yang menciptakan segala mahluk. Dia
menciptakan manusia dari setetes mani. Dia menciptakan segala sesuatu dari
tiada. Maka tidak diragukan bahwa Allah berkuasa untuk menciptakan kembali
semuanya dengan cara serupa. Dalam Al-Qur’an, Allah menjawab pertanyaan di atas
saat mencela orang-orang kafir yang tidak mempercayai adanya hari kebangkitan:
Itulah (neraka) balasan bagi mereka, karena mereka kafir terhadap
ayat-ayat Kami dan berkata, “Apakah bila kami telah
menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar
akan dibangkitkan kembali sebagai mahluk baru?” Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi kuasa pula
menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu
bagi mereka yang tiada keraguan padanya? Maka orang-orang yang zalim itu tidak
menghendaki kecuali kekafiran. (Surat Al-Isra:’ 98-99)
PERTANYAAn 94
Filosofi materialis adalah sistem pemikiran yang berpendapat bahwa
segala sesuatu terdiri dari materi, bahwa alam semesta tidaklah diciptakan,
melainkan sudah ada sejak lama sekali dan akan kekal abadi.
Namun perkembangan ilmiah abad terakhir telah membuktikan bahwa
pendapat ini sama sekali tidak benar. Pertama-tama, masyarakat ilmiah telah
mengakui bahwa alam semesta ini mempunyai permulaan. Ia tercipta dari tiada dan
memiliki akhir, seperti dinyatakan Al-Qur’an 1400 tahun yang lampau. Selanjutnya,
sains menemukan bahwa apa yang kita sebut sebagai “materi” hanyalah berupa
“kumpulan persepsi-persepsi”. Dua pernyataan mendasar ini menolak dan sekaIigus
membatalkan filosofis materialis.
PERTANYAAn 95
Dia Pencipta langit dan bumi... (Surat Al-An‘am: 101)
Kini, para ahli telah mencapai mufakat bahwa alam semesta terjadi
dari tiada secara tiba-tiba melalui sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang.
Bukti kuat yang menyebabkan diterimanya Teori Big Bang ini adalah sebagai
berikut:
Pengembangan alam semesta: Pada tahun 1929, Edwin Huble menemukan
bahwa semua benda langit bergerak saling menjauh satu sama lain. Ini menjadi
bukti yang meyakinkan bahwa alam semesta terjadi melalui ledakan sebuah titik
(Big Bang).
Radiasi Latar Kosmik: Karena alam semesta ini muncul melalui sebuah
ledakan, maka harus ada radiasi yang tersisa akibat ledakan tersebut. Tentunya,
radiasi ini harus tersebar merata di seluruh alam semesta. Maka bukan hal yang
mengejutkan jika kemudian radiasi ini ditemukan pada tahun 1965. Pada periode
selanjutnya, keberadaan radiasi ini ditegaskan secara meyakinkan melalui
bantuan satelit.
Perbandingan jumlah hidrogen dan helium di alam semesta: Bukti
penting lainnya bagi Teori Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di luar
angkasa. Dari hasil perhitungan terakhir diketahui bahwa konsentrasi hidrogen
dan helium ini sesuai dengan perhitungan teoritis sebagai sisa yang tertinggal
akibat Big Bang. Jika alam semesta ini tidak memiliki permulaan dan akan terus
kekal, maka unsur hidrogennya mesti telah habis dan telah berubah seluruhnya
menjadi helium.
Teori Big Bang, yang menyiratkan bahwa alam semesta terjadi dari
tiada (diciptakan), akhirnya meruntuhkan pernyataan filosofi materialis yang
berpendapat bahwa alam semesta ada sejak mula sekali dan bersifat kekal.
PERTANYAAn 96
Dengan pendapat bahwa segala sesuatu hanya terdiri dari materi yang
dapat dilihat mata dan disentuh tangan, kaum materialis tak pernah mampu
menjelaskan keberadaan ruh manusia dan kesadaran. Seperti kita tahu, atom
merupakan elemen penyusun dari setiap mahluk, termasuk tubuh manusia. Ini
berarti bahwa seluruh mahluk, hidup ataupun mati, terbentuk dari kombinasi
atom-atom dalam beragam bentuk (senyawa).
Kenyataan di atas sangat menyulitkan kaum materialis. Manusia adalah
mahluk sadar yang memiliki kehendak, kemampuan berpikir, bicara, memahami dan
mengambil keputusan. Mustahil mahluk seperti manusia terjadi karena bersatunya
atom-atom secara acak, mendadak dan kebetulan, seperti pendapat kaum
materialis. Hal demikian itu mustahil karena atom-atom tidak mampu berpikir,
menimbang dan mengambil keputusan lalu menyatu untuk tiba-tiba menjadi ruh
manusia.
Karenanya, kaum materialis tidak memiliki penjelasan bagi adanya ruh
manusia.
PERTANYAAn 97
Teori evolusi berpendapat bahwa kehidupan terbentuk secara
kebetulan. Menurut teori ini, atom mati taksadar menyatu membentuk sel, lalu
membentuk mahluk-mahluk hidup, termasuk manusia. Untuk menunjukkan dan
membuktikan kegagalan pernyataan kaum evolusionis ini, mari kita rumuskan
sebuah “eksperimen” berikut yang kita namai “Formula Darwinian”:
Biarkan kaum evolusionis memasukkan segala bahan penyusun mahluk
hidup dengan komposisi yang tepat ke dalam sebuah drum. Biarkan mereka
menambahkan bahan lain apapun yang kira-kira diperlukan. Jika mau, tambahkan
pula asam-amino dan protein-protein apapun sebanyak yang diperlukan; meskipun
dalam kondisi normal kemungkinan adanya bahan tersebut hanya satu banding 10
pangkat 950. Berikan panas dan air sesuai kebutuhan dan aduk dengan alat yang
paling mutakhir.
Jika kaum evolusionis melakukan hal di atas dengan berbagai modifikasi
yang menurut mereka perlu, lalu mereka menungguinya bermilyar-milyar atau
bahkan triliunan tahun, mereka tidak akan berhasil membuat manusia. Mereka
tidak akan mampu membuat harimau, singa, semut, bunga mawar, bunga lili, burung
merak, burung pelatuk, ikan paus, kangguru, kuda, pisang, jeruk, anggur dan
jutaan mahluk hidup lainnya seperti itu. Bahkan sebuah sel tunggal pun tidak
akan mampu mereka buat.
PERTANYAAn 98
Tidak. Pernyataan kaum evolusionis bahwa mahluk hidup terbentuk
secara kebetulan sedikitpun tidak benar. Di dunia ini tidak pernah ada proses
evolusi. Mari kita buktikan ketidakbenaran teori ini.
Kaum evolusionis mempunyai beberapa pendapat berikut:
Bahwa spesies baru terbentuk melalui seleksi alam dan mutasi.
Mekanisme seleksi alam merupakan gagasan yang mengatakan bahwa
mahluk hidup yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan habitatnya akan punah,
sedangkan yang mampu menyesuaikan diri akan terus hidup dan membentuk spesies
baru. Gagasan seperti ini mustahil terjadi. Mekanisme demikian hanya menyaring
spesies yang ada namun tidak akan pernah menghasilkan spesies baru.
Demikian pula halnya dengan mutasi. Proses mutasi hanya menimbulkan
kerusakan pada DNA. Efeknya hanya merusak. Mustahil sekali mutasi menyebabkan
terbentuknya spesies baru.
Mereka berpendapat bahwa hewan darat berasal dari hewan laut yang
pindah ke darat.
Mustahil sekali hewan laut dapat pindah ke darat dan memulai
kehidupannya di darat. Mahluk hidup tidak dapat merubah dirinya menjadi mahluk
yang sama sekali berbeda, baik dari segi bentuk, berat dan sistem tubuhnya yang
hanya cocok untuk hidup di air, dari temperatur tubuhnya, struktur ginjalnya,
sistem pernafasannya serta cara hidupnya.
Mereka berpendapat bahwa burung berevolusi dari reptil.
Hal ini mustahil karena:
Sayap burung mustahil terbentuk dan berasal dari perubahan sisik
reptil.
Cara kerja paru-paru burung sama sekali berbeda dari cara kerja
paru-paru hewan darat.
Tulang burung lebih ringan dibanding tulang hewan darat. Ini
merupakan faktor penting bagi kemampuan terbang.
Sistem otot-tulang pada burung sama sekali berbeda dengan sistem
otot-tulang hewan darat.
Mereka berpendapat bahwa hewan mamalia berevolusi dari reptil.
Ini pun merupakan pernyataan yang tak berdasar. Tubuh reptil
diliputi oleh sisik, berdarah dingin dan berkembang biak dengan bertelur.
Sedangkan hewan mamalia berdarah panas, tubuhnya ditutupi oleh bulu dan
berkembang biak dengan melahirkan.
PERTANYAAn 99
Banyak sekali bukti rinci yang dapat kita gali, namun beberapa di
antara bukti yang penting adalah sebagai berikut:
Pertama sekali, sains moderen telah membuktikan secara meyakinkan
bahwa benda hidup tidak dapat timbul dari benda mati.
Sejauh ini, tidak ditemukan (tergali) satu bentuk fosil-antara pun
yang dapat mendukung pendapat kaum evolusionis bahwa mahluk-mahluk hidup
berevolusi dari nenek moyangnya. Meski telah jutaan fosil spesies normal
ditemukan, tak ada satupun di antaranya merupakan mahluk setengah-reptil
setengah-burung, atau mahluk setengah-ikan setengah-reptil, atau mahluk
setengah-kera setengah-manusia.
Protein sebagi elemen dasar mahluk hidup tidak dapat berkembang
secara kebetulan. Peluang terbentuknya protein dari 500 asam amino secara
kebetulan adalah satu dibanding 10 pangkat 950. Pendek kata, peluangnya sama
dengan nol.
pertanyaan 100
Tidak, teori evolusi tidak mengajukan penjelasan apapun atas
timbulnya kehidupan di bumi ini.
Saat lapisan tanah dan catatan fosil diteliti, nampak bahwa
organisme hidup muncul secara tiba-tiba. Lapisan tertua tempat ditemukannya
fosil-fosil mahluk hidup adalah lapisan “Kambrium”, yang diperkirakan berusia
520-530 juta tahun.
Fosil-fosil yang ditemukan dalam lapisan Kambrium terdiri dari
beragam spesies invertebrata (tak bertulang belakang) yang kompleks. Yang
paling menarik, seluruh susunan dengan ragam yang luas ini muncul secara
tiba-tiba tanpa nenek moyang pendahulu. Itulah sebabnya dalam literatur
geologi, peristiwa ajaib ini disebut sebagai “Ledakan Kambrium”.
Terbanjirinya bumi secara tiba-tiba oleh beragam spesies yang
jumlahnya sangat banyak ini, serta tanpa nenek moyang dan tanpa periode
evolusi, merupakan pertanyaan yang tak dapat dijawab oleh kaum evolusionis.
PERTANYAAn 101
Gambar-gambar “manusia kera” yang kita lihat di koran-koran,
majalah-majalah, atau film-film, semuanya merupakan lukisan imajinasi buatan
kaum evolusionis. Kadang dari sebuah gigi saja, kaum evolusionis dapat
merekayasa bentuk tubuh lainnya, meskipun tanpa keberadaan jejak fosilnya.
Misalnya membuat struktur hidung dan bibir, bentuk rambut, bentuk alis mata dan
lainnya hanya berdasarkan khayalan saja. Kemudian, membuat ilustrasi mahluk
setengah-manusia setengah-kera, bahkan lengkap dengan gambaran yang memuat
anggota keluarga dan lingkungan sosialnya. Mereka berusaha menyesatkan publik
dengan metode ini.
Kaum evolusionis juga tidak ragu membuat fosil-fosil palsu untuk
mewakili apa-apa yang tidak mereka temukan. Pemalsuan yang paling termasyur
adalah seperti berikut ini:
Manusia Piltdown: Dengan pemalsuan ini, Kaum evolusionis membohongi
dunia sains. Mereka memasangkan rahang orang utan yang baru mati kepada
tengkorak manusia yang berusia 500 tahun. Gigi-gigi baru ditambahkan agar
tengkorak tersebut mirip manusia. Sambungan-sambungannya diratakan dengan
mengikirnya, dan seluruh bagiannya dinodai dengan natrium bikromat agar nampak
tua.
Manusia Nebraska: Pada tahun 1922, kaum evolusionis menyatakan bahwa
fosil gigi geraham yang mereka gali memiliki baik karakteristik manusia maupun
kera. Riset ilmiah yang ekstensif dilakukan pada gigi yang disebut manusia
Nebraska ini. Berdasarkan sebuah gigi ini saja, digambarlah rekonstruksi kepala
dan tubuhnya. Lebih dari itu, manusia Nebraska ini dilukis beserta istri dan
anak-anak mereka. Namun pada tahun 1927, bagian lain dari kerangka tubuhnya
ditemukan. Dan telah dipastikan bahwa gigi tersebut adalah gigi babi hutan.
PERTANYAAn 102
Apa yang disebut “manusia primitif” itu tidak pernah ada. Sangat
banyak bukti untuk itu. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Fosil yang digali di wilayah Atapuerca, Spanyol, pada tahun 1995
telah meruntuhkan kisah “evolusi manusia”. Fosil tengkorak manusia ini berusia
800.000 tahun, era dimana menurut kaum evolusionis mahluk setengah-kera
setengah-manusia berada. Pada kenyataannya, tengkorak ini sama sekali tidak
berbeda dengan manusia moderen. Artinya, tidak ada perbedaan antara manusia
800.000 tahun yang lalu dengan manusia sekarang.
Dalam majalah New Scientist terbitan 14 Maret 1998 ada artikel
berjudul “Manusia dahulu lebih pintar dari yang kita perkirakan...”. Disebutkan
di dalamnya bahwa pada 700 ribu tahun yang lalu, manusia yang dinamai Homo
Erektus telah pandai melaut. Manusia ini memiliki pengetahuan dan teknologi
yang memadai untuk membuat perahu, serta memiliki budaya menggunakan
transportasi laut. Hal demikian tidak dapat disebut sebagai “primitif”.
Fosil jarum yang berusia 26 ribu tahun milik manusia Nenderthal
menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan mengenai pakaian puluhribuan
tahun yang lalu. Ini menyingkapkan bahwa manusia Nenderthal, yang sengaja
dilukis kaum evolusionis sebagai mahluk mirip kera, pada kenyataannya tidak
berbeda dari manusia moderen.
PERTANYAAn 103
Tidak dapat. Sistem-sistem kompleks yang terdapat pada mahluk hidup,
seperti mata dan telinga, memiliki jumlah komponen yang banyak. Sistem-sistem
ini hanya dapat berfungsi jika seluruh komponennya utuh. Contohnya, agar mata
dapat melihat, semua komponen yang jumlahnya sekitar 40, harus utuh. Mata tidak
akan dapat melihat jika salah satu kompenennya, misalnya retinanya atau
kelenjar air matanya tidak ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seluruh bagian
dari sistem harus tercipta secara serentak. Ini, tentunya, membuktikan sekali
lagi ketidakbenaran teori evolusi.
Jadi, apa artinya jika suatu struktur kompleks terjadi dalam
seketika? Tak diragukan lagi bahwa timbulnya komponen yang banyak dalam waktu
yang bersamaan di tempat yang sama hanya bisa terjadi sebagai akibat penciptaan
khusus yang disengaja.
PERTANYAAn 104
Orang-orang yang menganggap sepi akan keberadaan Allah serta enggan
mengakui bahwa mereka harus bertanggungjawab kepadaNya, berusaha mencari
pembenaran atas posisi mereka. Mereka berusaha mencari berbagai cara agar orang
lain setuju terhadap pendapat mereka. Dengan menyatakan bahwa segala sesuatu
terjadi secara kebetulan, mereka berusaha agar orang lain mengakui
ketidakberadaan Sang Pencipta; dan karenanya, manusia tidak perlu
bertanggungjawab kepada siapapun.
Sekarang ini, teori evolusi berfungsi sebagai arus utama bagi
filosofi-filosofi kaum kafir. Itulah sebabnya, orang-orang yang bersikeras
menolak keberadaan Allah terus mempertahankan teori evolusi. Mereka
mempertahankan teori ini sebagai wadah ideologis dan filosofis, meskipun tidak
memiliki kebenaran ilmiah. Teori yang mereka sendiri kadang tidak peduli benar
tidaknya.
Mereka berkata: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.’
(Surat Al-Baqarah: 32)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar