DAFTAR ISI
Tentang Pengarang
Daftar Isi
Pendahuluan
Bab 1 Dari Ordo
Templar ke Mesir Kuno
• Pejuang Salib
• Ordo Templar
• Para Templar dan
Kabbalah
• Ahli-Ahli Sihir
Mesir Kuno
• Kepercayaan Mesir
Kuno dalam Evolusi Kaum Materialis
Bab 2 Kisah di
Balik Kabbalah
• Anak Sapi Emas
• Dari Mesir Kuno ke
Kabbalah
• Doktrin Pagan yang
Disisipkan ke Dalam Taurat
• Kabbalah, Doktrin
yang Bertentangan dengan Kreasionisme
• Dari para Ksatria
Templar ke Kaum Mason
Bab 3 Mengkaji
Ulang Humanisme
• Akar Humanisme di
Dalam Kabbalah
• Humanisme Masonik:
Penyembahan Manusia
• Teori Moral
Humanis
• Sasaran Masonik:
Membangun Sebuah Dunia Humanis
Bab 4 Mengkaji
Ulang Materialisme
• Kaum Mason dan
Mesir Kuno
• Simbol-Simbol
Mesir Kuno di Loge Mason
• Piramid di Bawah
Mata
• Makna Masonik dari
Bintang Segienam
• Tiang Ganda
• Terminologi Mesir
di Loge
• Suling Ajaib
Mozart
• Obelisk
• Legenda tentang
Isis — Sang Janda
• Jangka dan
Siku-siku
• Filosofi Pagan Masonry
• Materialisme di
Dalam Sumber-Sumber Masonik
I. Keyakinan akan
Materi Absolut
II. Penolakan
akan Keberadaan Ruh dan Hari Akhirat
• Keganjilan Ilmiah
dari Pengingkaran Jiwa
• Materialisme
Masonik: Penuhanan Materi
Bab 5 Mengkaji
Ulang Teori Evolusi
• Tahun 1832
• Mitos Evolusi,
dari Yunani Kuno ke Eropa Modern
• Zaman Pencerahan
dan Kebangkitan Mitos Evolusi
• Erasmus Darwin
• Kaum Mason dan
Filosofi Naturalis
• Teori Masonik
tentang Asal Usul Kehidupan
• Dogmatisme dan
Tradisionalisme Masonik
Bab 6 Perang
Masonik Melawan Agama
• Contoh Sebuah Loge
Masonik: Hell-fire Club
• Pertarungan
Melawan Agama di Prancis
• Kampanye Antiagama
di Jerman: “Kulturkampf”
• Pertarungan
Melawan Agama di Italia
• Agenda
Revolusioner Masonik di Rusia
• Masonry Abad Kedua
Puluh: Diam-diam dan dari Kejauhan
Kesimpulan
Pendahuluan
Selama
berabad-abad, Freemasonry telah memancing banyak diskusi. Sebagian orang menuduhkan aneka
kejahatan dan hal buruk yang fantastis kepada Masonry. Alih-alih mencoba
memahami “Persaudaraan” tersebut dan mengkritisinya secara objektif, mereka
bersikap sangat bermusuhan terhadapnya. Sebaliknya, para Mason kian bersikukuh
dengan tradisi tutup mulut terhadap semua tuduhan ini, dan lebih memilih untuk
tampil sebagai klub sosial biasa yang bukanlah bentuk sejati mereka.
Buku ini berisi paparan yang pas tentang Masonry sebagai suatu aliran
pemikiran. Pengaruh terpenting yang menyatukan para Mason adalah filsafat
mereka yang paling tepat dideskripsikan sebagai “materialisme” dan “humanisme
sekuler”. Namun, Masonry adalah suatu filsafat keliru yang berlandaskan pada
berbagai anggapan yang salah dan teori yang cacat. Inilah hal mendasar yang
mesti menjadi titik tolak untuk mengkritisi Masonry.
Pentingnya kritisisme semacam itu perlu diungkapkan sejak awal, tidak hanya
untuk menjelaskan subjek ini kepada non-Mason, tetapi juga untuk mengajak para
Mason sendiri memahami kebenaran. Tentu saja, sebagaimana orang lain, para
Mason bebas memilih sendiri, dan dapat mengambil cara pandang apa pun yang
mereka inginkan tentang dunia dan hidup sesuai dengannya. Ini adalah hak asasi
mereka. Tetapi, orang lain pun punya hak untuk memaparkan dan mengkritisi
kekeliruan-kekeliruan mereka, dan itulah yang coba dilakukan buku ini.
Kami
pun menggunakan pendekatan yang serupa dalam kritisisme kami terhadap komunitas
lainnya. Terhadap orang Yahudi misalnya. Sebagian buku ini juga bertalian dengan
sejarah Yahudi dan mengajukan berbagai kritisisme tertentu yang penting. Harus
dikemukakan bahwa semua ini tidak ada hubungannya dengan anti-Semitisme atau
teori konspirasi “Yahudi-Masonik”. Memang, anti-Semitisme adalah sesuatu yang
tak layak bagi seorang Muslim sejati. Orang Yahudi pada suatu masa telah menjadi
bangsa yang dipilih oleh Allah, dan kepada mereka dikirimkan-Nya banyak Nabi.
Sepanjang sejarah mereka telah ditimpa banyak kekejaman, bahkan menjadi korban
pemusnahan massal, tetapi mereka tidak pernah menanggalkan identitas mereka. Di
dalam Al Quran, Allah menyebut mereka, bersamaan dengan orang Nasrani, sebagai
ahli kitab, dan memerintahkan orang Islam memperlakukan mereka dengan baik dan
adil. Tetapi, bagian penting dari sikap adil ini adalah mengkritisi berbagai
keyakinan dan praktik yang salah dari sebagian mereka, menunjukkan kepada
mereka jalan menuju kebenaran sejati. Tetapi tentu saja, hak mereka untuk hidup
sesuai dengan apa yang mereka percayai dan kehendaki tak perlu dipertanyakan
lagi.
Buku Ancaman Global Freemasonry ini berangkat dari premis tersebut,
dan secara kritis menelusuri akar Masonry, juga sasaran dan aktivitasnya. Dalam
buku ini, pembaca juga akan menemukan ikhtisar sejarah pertarungan para Mason
melawan agama-agama ketuhanan. Freemason memainkan peranan penting dalam
alienasi Eropa dari agama, dan seterusnya, membangun ordo baru yang
berlandaskan kepada filsafat materialisme dan humanisme sekuler. Kita juga akan
memahami bagaimana pengaruh Masonry dalam penekanan dogma-dogma ini kepada
peradaban non-Barat. Akhirnya, kita akan membahas metode-metode yang digunakan
Masonry untuk membantu pengembangan dan pelestarian tatanan sosial yang
berdasarkan dogma-dogma ini. Filsafat mereka dan metode yang mereka gunakan
untuk mengembangkan filsafat ini akan didedah dan dikritisi.
Diharapkan bahwa fakta-fakta penting yang diuraikan di dalam buku ini akan
menjadi sarana bagi banyak orang, termasuk para Mason sendiri, agar mampu
melihat dunia dengan kesadaran yang lebih baik.
Setelah membaca buku ini, pembaca akan mampu mempertimbangkan banyak hal,
dari aliran filsafat hingga kepala berita surat kabar, dari lagu rock hingga
berbagai ideologi politik, dengan pemahaman yang lebih dalam, serta melihat
dengan lebih baik arti dan tujuan di belakang berbagai peristiwa dan faktor.
-I-
Dari Ordo Templar Ke Mesir Kuno
Dari Ordo Templar Ke Mesir Kuno
PEJUANG SALIB
Umumnya ahli sejarah beranggapan bahwa Freemasonry berawal mula dari Perang
Salib. Meskipun Masonry baru
terbentuk dan diakui secara res-mi di Inggris pada awal abad ke-18, sebenarnya
organisasi tersebut mengakar jauh hingga ke Perang Salib di abad ke-12. Di
pusat kisah yang umum dikenal ini terdapat suatu ordo tentara salib yang
dinamakan Ksatria Templar atau para Templar.
Enam
tahun sebelum buku ini, buku kami yang berjudul New Masonic Order (Ordo Masonik
Baru), mengkaji sejarah para Templar dengan amat terperinci. Jadi, kali ini
hanya akan diberikan ikhtisarnya. Sebab, begitu kita menganalisis akar dari
Masonry, dan pengaruhnya pada dunia, kita menemukan arti dari “Freemasonry
Global”.
Betapapun
banyaknya yang bersikeras bahwa Perang Salib adalah ekspedisi militer yang
dilakukan atas nama iman Kristiani, pada dasarnya keuntungan materilah yang
menjadi tujuannya. Pada periode Eropa dilanda kemiskinan dan kesengsaraan yang
berat, kemakmuran dan kekayaan bangsa Timur, terutama bangsa Muslim di Timur
Tengah, menarik perhatian bangsa Eropa. Walaupun menggunakan wajah agama, dan
dihiasi dengan simbol-simbol Kristiani, gagasan Perang Salib sebenarnya lahir
dari hasrat akan keuntungan duniawi. Inilah yang menyebabkan perubahan tiba-tiba
dari kebijakan cinta damai sebelumnya di kalangan Kristen Eropa pada periode
awal sejarah mereka, kepada agresi militer.
Pengagas Perang Salib adalah Paus Urban II. Pada tahun 1095, ia
menyelenggarakan Konsili Clermont, di mana doktrin Kristen sebelumnya yang
cinta damai ditinggalkan. Perang suci diserukan, dengan tujuan untuk merebut
tanah suci dari tangan bangsa Muslim. Sebagai tindak lanjut dari pertemuan
konsili, dibentuklah pasukan Pejuang Salib yang amat besar, terdiri dari para
tentara, dan puluhan ribu rakyat biasa.
Para ahli sejarah percaya bahwa upaya Urban II didorong
oleh keinginannya untuk merintangi pencalonan seorang pesaingnya dalam
kepausan. Sedangkan di balik sambutan penuh semangat dari para raja, pangeran,
dan bangsawan Eropa atas seruan Paus, tujuan mereka pada dasarnya bersifat
keduniaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Donald Queller dari Universitas
Illinois, “Ksatria-ksatria Prancis menginginkan lebih banyak tanah.
Pedagang-pedagang Italia berharap untuk mengembangkan perdagangan di
pelabuhan-pelabuhan Timur Tengah.... Sejumlah besar orang miskin bergabung
dengan ekspedisi sekadar untuk melarikan diri dari kerasnya kehidupan
sehari-hari mereka.” 1
Sepanjang jalan, massa yang serakah ini membantai banyak orang Muslim, dan
bahkan Yahudi, dengan harapan untuk menemukan emas dan permata. Pejuang-pejuang
salib bahkan membelah perut korban-korban mereka untuk menemukan emas dan
batu-batu berharga yang mungkin telah mereka telan sebelum mati. Begitu
besarnya keserakahan para pejuang salib akan harta, sehingga tanpa sesal mereka
merampok kota Kristen Konstantinopel (Istanbul) pada Perang Salib IV, dan
melucuti daun-daun emas dari lukisan-lukisan dinding Kristiani di Hagia Sophia.
Setelah
perjalanan yang panjang dan sulit, serta begitu banyak perampasan dan
pembantaian orang-orang Muslim, gerombolan campur aduk yang disebut Pejuang
Salib ini mencapai Yerusalem di tahun 1099. Ketika akhirnya kota itu jatuh,
setelah pengepungan selama hampir lima minggu, para Pejuang Salib masuk. Mereka
melakukan kebuasan hingga tingkatan yang jarang disaksikan dunia. Semua orang
Muslim dan Yahudi di kota itu mati di ujung pedang. Dalam narasi seorang ahli
sejarah, “Mereka membunuh semua orang Saraken dan Turki yang mereka temukan…
baik lelaki maupun wanita.”2
Salah seorang Pejuang Salib, Raymond of Aguiles, menyombongkan kekejaman ini:
Tampaklah pemandangan yang menakjubkan. Sebagian
orang-orang kami (dan ini lebih murah hati) memenggal kepala-kepala musuh; yang
lainnya memanah mereka, sehingga berjatuhan dari menara-menara; yang lain lagi
menyiksa lebih lama dengan melemparkan mereka ke dalam api. Gundukan kepala, tangan, dan kaki tampak di jalan-jalan kota. Orang harus
mencari jalan di antara mayat-mayat manusia dan kuda. Tetapi ini belum apa-apa
dibandingkan dengan apa yang terjadi di Kuil Sulaiman, tempat kebaktian
keagamaan biasanya dinyanyikan… di dalam Kuil dan serambi Sulaiman, orang-orang
berkuda berkubang darah hingga ke lutut dan tali kekang mereka. 3
Selama
dua hari, pasukan Pejuang Salib membunuh sekitar 40.000 Muslim dengan cara yang
sangat biadab. 4 Pejuang salib kemudian menjadikan
Yerusalem ibukota mereka, dan membangun Kerajaan Latin yang membentang dari
perbatasan Palestina hingga ke Antioch (Antakia).
Selanjutnya,
para pejuang salib mulai berupaya untuk memperjuangkan posisinya di Timur
Tengah. Untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun, mereka perlu
mengorganisirnya. Untuk itu mereka membentuk ordo-ordo militer, dalam bentuk
yang belum pernah ada sebelumnya. Anggota ordo-ordo ini datang dari Eropa ke
Palestina, dan tinggal di semacam biara, di mana mereka menerima latihan
militer untuk memerangi orang Muslim.
Secara
khusus, salah satu dari ordo-ordo ini berbeda dengan yang lainnya. Ia mengalami
transformasi yang akan memengaruhi jalannya sejarah. Namanya: Ordo Templar.
ORDO TEMPLAR
Para
Templar, atau lengkapnya, Tentara Miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil
Sulaiman, dibentuk pada tahun 1118, dua puluh tahun setelah tentara salib
merebut Yerusalem. Pendiri ordo ini adalah dua ksatria Prancis, Hugh de Payens dan Godfrey de
St. Omer. Berawal dari sembilan anggota, ordo ini terus berkembang. Nama kuil
Sulaiman dipakai karena mereka membangun basis di gunung kuil, yakni lokasi
reruntuhan kuil tersebut. Di
sini pula berdiri Dome of the Rock (Qubah As-Sakhrah) .
Para Templar menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi
dalam waktu singkat mereka menjadi sangat makmur. Mereka mengontrol penuh para
peziarah Kristen yang berdatangan dari Eropa ke Palestina, dan menjadi sangat
kaya dari uang para peziarah tersebut. Mereka pula yang pertama kali
menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank.
Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun
semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan
modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga. 5
Para Templar inilah yang paling bertanggung jawab atas serangan-serangan
pejuang salib dan pembantaian bangsa Muslim. Karena itulah, komandan besar
Islam Saladin (Shalahuddin Al Ayyubi), yang mengalahkan pasukan salib pada
tahun 1187 pada Pertempuran Hattin, dan kemudian membebaskan Yerusalem,
menghukum mati para Templar karena pembunuhan yang mereka lakukan, walaupun
sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang Kristen. Namun, sekalipun
kehilangan Yerusalem dan mengalami kekalahan besar, para Templar terus
bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen terus menyusut di Palestina, mereka
meningkatkan kekuatan di Eropa dan, pertama di Prancis, kemudian di
negara-negara lain, menjadi negara dalam negara.
Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka menyusahkan raja-raja
Eropa. Tetapi ada segi lain dari para Templar yang segera mengganggu kalangan
kependetaan: ordo tersebut sedikit demi sedikit telah menyeleweng dari iman
Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil sejumlah doktrin mistik yang
asing. Berkembang juga desas-desus bahwa mereka menyelenggarakan ritus-ritus
aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka.
Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis Philip le Bel memutuskan untuk
menangkap anggota-anggota ordo ini. Sebagiannya berhasil melarikan diri tetapi
kebanyakan mereka tertangkap. Paus Clement V juga bergabung dalam pembersihan
ini. Setelah periode panjang interogasi dan pengadilan, banyak anggota Templar
mengakui keyakinan 'bidah' mereka, bahwa mereka menolak iman Kristiani dan
menghina Yesus dalam misa mereka. Akhirnya, para pemimpin Templar, yang dinamai
“Imam Besar (Grand Master)”, mulai dari yang terpenting dari mereka, Jacques de
Molay, dihukum mati pada tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan
mereka dijebloskan ke dalam penjara, dan ordo tersebut tumpas dan secara resmi
menghilang.
Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang pengadilan para Templar
sebagai konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan para ksatria itu tak
bersalah atas segala dakwaan. Tetapi, cara interpretasi ini keliru dalam
beberapa segi. Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal dengan begitu
banyak mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek ini dalam
bukunya, Secret Societies And Subversive Movements. Menurut Webster, kecenderungan
untuk melepaskan para Templar dari bidah yang mereka akui dalam masa pengadilan
tidak tepat. Pertama, selama interogasi, walau secara umum terjadi, tidak semua
Templar disiksa:
Lagipula, apakah pengakuan mereka tampak seperti hasil
imajinasi murni orang-orang yang disiksa? Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita
tentang upacara pembaiatan — yang disampaikan dengan rinci oleh orang-orang di
berbagai negara, dituturkan dalam kalimat yang berbeda, namun semuanya saling
menyerupai — merupakan karangan semata-mata. Jika para korban dipaksa untuk
mengarang-ngarang, cerita mereka tentu akan saling bertentangan; segala macam
ritus liar dan fantastis diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi
tuntutan interogator mereka. Tetapi sebaliknya, masing-masing tampak seperti
mendeskripsikan upacara yang sama, baik lengkap maupun tidak, dengan sentuhan
personal si pembicara, dan pada dasarnya semua cerita tersebut cocok. 6
Bagaimanapun juga, sidang pengadilan para Templar
berakhir dengan tumpasnya ordo tersebut. Tetapi, walaupun sudah dibubarkan
“secara resmi”, ia tidak benar-benar musnah. Selama penangkapan tiba-tiba pada
tahun 1307, beberapa Templar lolos, dan berhasil menutupi jejak mereka. Menurut
tesis yang berdasarkan pada berbagai dokumen sejarah, sejumlah besar mereka
berlindung di satu-satunya kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan
Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia. Di sana, mereka
menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert the
Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan penyamaran yang tepat untuk
melanjutkan gerakan rahasia mereka: mereka menyusup ke dalam gilda (serikat
sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris abad pertengahan — loge (pemondokan)
para tukang batu, dan segera, mereka menguasai loge-loge ini sepenuhnya. 7
Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern, dengan “Loge
masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal mula di awal
abad keempat belas, dari para Templar yang berlindung di Skotlandia. Dan,
nama-nama yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus Skot adalah
gelar-gelar yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar berabad-abad
sebelumnya.
Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya filsafat serta berbagai
kepercayaan dan upacara mereka tetap berlangsung di balik samaran Freemasonry.
Tesis ini didukung oleh banyak bukti sejarah, dan diterima saat ini oleh banyak
ahli sejarah Barat, baik mereka anggota Freemasonry ataupun tidak. Dalam buku
kami, Ordo Masonik Baru, bukti ini dikaji secara terperinci.
Tesis yang mengusut akar Masonry ke Ordo Templar seringkali dirujuk di
dalam majalah-majalah yang diterbitkan oleh para Mason untuk kalangannya
sendiri. Para Mason sangat menerima pendapat ini. Salah satu majalah ini
bernama Mimar Sinan (terbitan Freemason Turki), yang menggambarkan hubungan
antara Ordo Templar dengan Freemasonry dalam kata-kata berikut ini:
Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di bawah tekanan Gereja, membubarkan
Ordo Templar dan memberikan hak-hak mereka kepada para Ksatria St. John di
Yerusalem, aktivitas para Templar tidak berhenti. Sebagian besar Templar
berlindung di berbagai loge Freemason yang beroperasi di Eropa pada saat itu.
Pemimpin para Templar, Mabeignac, bersama beberapa anggota lainnya, mendapatkan
perlindungan di Skotlandia dengan menyamar sebagai seorang tukang batu bernama
Mac Benach. Raja Skot, Robert the Bruce, menyambut mereka dan mengizinkan
mereka mengembangkan pengaruh besar terhadap loge-loge Mason di Skotlandia.
Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih peran penting dari sisi keahlian dan
ide-ide mereka.
Freemason masa kini menggunakan nama Mac Benach dengan
penuh hormat. Para Mason Skot, yang mewarisi pusaka para Templar,
mengembalikannya ke Prancis bertahun-tahun kemudian dan membangun dasar bagi
ritus yang dikenal sebagai Ritus Skot di sana. 8
Sekali lagi, Mimar Sinan
memberikan banyak informasi tentang hubungan antara Templar dan Freemasonry. Di dalam sebuah artikel berjudul “Templar
dan Freemason” dinyatakan bahwa “ritual-ritual upacara pembaiatan Ordo Templar
menyerupai Freemasonry masa kini.” 9 Menurut artikel yang
sama, sebagaimana di dalam Masonry, para anggota Ordo Templar saling memanggil
“saudara”. 10 Pada bagian akhir artikel tersebut, tercantum:
Ordo Templar dan organisasi Mason saling memengaruhi
dengan sangat mencolok. Bahkan ritual-ritual dari berbagai lembaga begitu mirip
sehingga bagaikan disalin dari para Templar. Dalam hal ini, para Mason telah
mengidentifikasi diri mereka kepada para Templar begitu jauh dan dapat
dikatakan bahwa apa yang dipandang sebagai esoterisme (kerahasiaan) asli
Masonik sampai tingkatan yang penting merupakan warisan dari para Templar.
Ringkasnya, sebagaimana kami sebutkan pada judul esei ini, kita dapat katakan
bahwa titik berangkat dari seni megah Freemansory dan garis esoteris—awalnya
milik para Templar dan ujung panahnya milik para Freemason.11
Akhirnya, kami katakan, jelas bahwa Freemasonry mengakar hingga ke Ordo
Templar, dan bahwa para Mason telah mengadopsi filsafat ordo ini. Para Mason
sendiri menerimanya. Tetapi sudah tentu, hal penting bagi pembahasan kita
adalah sifat dasar dari filsafat ini. Apa yang membawa mereka ke situ? Mengapa
mereka mengalami perubahan seperti itu di Yerusalem? Apa dampak dari filsafat
yang diadopsi para Templar ini, melalui perantaraan Masonry, kepada dunia?
PARA TEMPLAR DAN KABBALAH
Sebuah buku yang ditulis oleh dua orang Mason, Christopher Knight dan
Robert Lomas, yang berjudul the Hiram Key mengungkapkan beberapa fakta penting
tentang akar Freemasonry. Menurut para penulis ini, jelas sekali bahwa Masonry
adalah kesinambungan dari para Templar. Namun, selain itu para penulis juga mengkaji asal usul
para Templar.
Menurut tesis mereka, para Templar mengalami perubahan besar ketika mereka
berada di Yerusalem. Di tempat asal agama Kristen ini, mereka justru mengadopsi
doktrin-doktrin lain. Pada akarnya terdapat sebuah rahasia yang mereka temukan
di dalam kuil Sulaiman di Yerusalem, yang reruntuhannya mereka selidiki. Para
penulis menjelaskan bahwa para Templar berdalih dengan peranan mereka yang diakui
sebagai pelindung peziarah Kristen yang mengunjungi Palestina, tetapi tujuan
mereka yang sebenarnya sangat berbeda:
Tidak ada bukti bahwa para Templar pendiri ini pernah
memberi perlindungan kepada peziarah, tetapi sementara itu kita segera menemukan
bahwa terdapat bukti yang meyakinkan bahwa mereka memang melakukan penggalian
yang intensif di bawah reruntuhan Kuil Herod….12
Para penulis Kunci Hiram bukanlah satu-satunya yang menemukan bukti
tentang ini. Sejarawan Prancis, Gaetan Delaforge membuat pernyataan yang sama:
Tugas sebenarnya dari sembilan ksatria itu adalah
melakukan penyelidikan di daerah tersebut untuk mendapatkan berbagai barang
peninggalan dan naskah yang berisi intisari dari tradisi-tradisi rahasia Yahudi
dan Mesir kuno.13
Pada akhir abad kesembilan belas, Charles Wilson dari
Royal Engineers mulai melakukan riset arkeologis di Yerusalem. Dia sampai
kepada pendapat bahwa para Templar telah mendatangi Yerusalem untuk mempelajari
reruntuhan kuil tersebut. Wilson menemukan jejak-jejak penggalian dan ekskavasi
di bawah pondasi kuil tersebut, dan menyimpulkan bahwa hal ini dilakukan dengan
peralatan milik para Templar. Barang-barang ini masih ada di dalam koleksi
Robert Brydon, yang memunyai arsip yang sangat luas tentang informasi mengenai para
Templar.14
Para penulis The Hiram Key berpendapat bahwa penggalian-penggalian
para Templar ini bukannya tanpa hasil; karena di Yerusalem ordo tersebut
menemukan berbagai peninggalan tertentu yang mengubah cara mereka memandang
dunia. Selain itu, banyak peneliti berpendapat serupa. Mestilah ada sesuatu
yang menuntun para Templar, walau pada faktanya mereka sebelumnya adalah
pengikut Kristen dan datang dari bagian dunia Kristen, untuk mengadopsi suatu
sistem keimanan dan filsafat yang sepenuhnya berbeda dari agama Kristen,
merayakan misa-misa bidah, dan melakukan berbagai upacara sihir.
Menurut pandangan umum dari banyak peneliti, “sesuatu” itu adalah Kabbalah
(Qabbala).
Arti kata Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai ensiklopedia dan kamus
mendefinisikannya sebagai suatu cabang mistik agama Yahudi dan hanya dipahami
sedikit orang. Menurut definisi ini, Kabbalah mempelajari arti tersembunyi dari
Taurat dan naskah agama Yahudi. Tetapi, ketika kita mengkaji masalah ini lebih
dekat, kita menemukan berbagai faktanya adalah sesuatu yang sama sekali
berbeda. Fakta-fakta ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa Kabbalah adalah
suatu sistem yang berakar kepada penyembahan dan pemujaan berhala; bahwa ia ada
sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas bersama agama Yahudi setelah Taurat
diturunkan.
Fakta yang menarik tentang Kabbalah ini dijelaskan oleh sumber yang sama
menariknya. Murat Ozgen, seorang Freemason Turki, menulis sebagai berikut ini
di dalam bukunya, Masonluk Nedir ver Nasildir? (Apa dan Seperti Apa Freemasonry
Itu?):
Kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana Kabbalah
datang atau bagaimana ia berkembang. Ia adalah nama umum untuk sebuah filsafat
yang unik, berbentuk metafisik, esoterik, dan mistik, yang terutama berhubungan
dengan agama Yahudi. Ia diterima sebagai ilmu kebatinan Yahudi, tetapi sebagian
elemen yang dikandungnya menunjukkan bahwa ia terbentuk jauh lebih dahulu dari
Taurat.15
Ahli sejarah Prancis, Gougenot des Mousseaux, menjelaskan
bahwa Kabbalah memang jauh lebih tua daripada agama Yahudi.16
Ahli sejarah Yahudi, Theodore
Reinach, mengatakan bahwa Kabbalah merupakan “suatu racun teramat halus yang
menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi.” 17 Solomon Reinach mendefinisikan
Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran manusia yang terburuk”.18
Alasan Reinach menyatakan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran
manusia yang terburuk” adalah karena doktrinnya sebagian besar berhubungan
dengan ilmu sihir. Selama ribuan tahun, Kabbalah telah menjadi salah satu batu
pondasi bagi setiap jenis upacara sihir. Para rabbi yang mempelajari Kabbalah
dipercaya memiliki kekuatan gaib yang besar. Juga, banyak non-Yahudi yang telah
terpengaruh dengan Kabbalah, dan mencoba memraktikkan ilmu sihir dengan
menggunakan doktrin-doktrinnya. Kecenderungan esoterik yang terjadi di Eropa
selama akhir Abad Pertengahan, khususnya sebagaimana yang dipraktikkan oleh
para ahli alkimia, sangat banyak yang berakar dari Kabbalah.
Hal ini sungguh aneh, jika kita memandang Yahudi sebagai sebuah agama
Monoteistik, yang diawali dengan turunnya Taurat kepada Musa a.s. Kenyataannya,
di dalam agama ini ada sebentuk sistem yang disebut Kabbalah, yang mengadopsi
praktik-praktik dasar sihir yang dilarang oleh agama. Hal ini memperkuat apa
yang telah disebutkan sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah sebenarnya
merupakan elemen yang menyusup ke dalam agama Yahudi dari luar.
Tetapi, apa sumber dari elemen ini?
Ahli sejarah Yahudi Fabre d'Olivet menyebutkan bahwa
Kabbalah berasal dari Mesir Kuno. Menurut penulis ini, Kabbalah mengakar hingga
ke Mesir Kuno. Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian
pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut
ke mulut, dari generasi ke generasi.19
Karena itulah, kita harus menengok ke Mesir Kuno untuk menemukan sumber
utama dari rantai Kabbalah-Templar- Freemasonry ini.
AHLI-AHLI
SIHIR MESIR KUNO
Mesir Kuno dengan para fir'aunnya adalah salah satu peradaban tertua di
dunia; juga yang paling penindas. Monumen-monumen megah yang masih tersisa dari
Mesir Kuno — berbagai piramid, sphinx, dan obelisk — dibangun oleh ratusan ribu
budak, yang bekerja hingga hampir mati, di bawah lecutan cambuk dan ancaman
kelaparan. Para Fir'aun, penguasa absolut di Mesir, ingin direpresentasikan
sebagai dewa dan disembah oleh manusia.
Salah satu sumber pengetahuan tentang Mesir Kuno adalah berbagai prasasti
mereka. Prasasti-prasasti ini ditemukan di abad kesembilan belas dan setelah
kerja keras, abjad Mesir dapat diuraikan, memperjelas begitu banyak informasi
tentang negeri ini. Namun, karena ditulis oleh ahli sejarah resmi negara,
berbagai prasasti ini penuh dengan cerita-cerita yang bias yang dimaksudkan
untuk memuja-muja negara.
Bagi kita, tentu saja, sumber pengetahuan terbaik tentang masalah ini adalah
Quran.
Di dalam Al Quran, di dalam kisah Musa, kita memperoleh informasi penting
tentang sistem di Mesir. Ayat-ayat tersebut mengungkapkan bahwa terdapat dua
titik fokus kekuatan di Mesir: Fir’aun dan dewan pembesarnya. Dewan ini
memiliki pengaruh penting terhadap Fir’aun. Fir’aun sering berkonsultasi dengan
mereka dan senantiasa mengikuti anjuran mereka. Ayat yang dikutip di bawah
menunjukkan pengaruh dewan ini terhadap Fir’aun:
“Dan Musa
berkata: "Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari
Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah,
kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang
nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".
Fir’aun
menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti
itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".
Maka Musa
menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang
sebenarnya.
Dan ia
mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya
(kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.
Pemuka-pemuka
kaum Fir’aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai
yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir’aun berkata):
"Maka apakah yang kamu anjurkan?"
Pemuka-pemuka
itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke
kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya
mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al A'raaf, 7:
104-112) !
Patut diperhatikan bahwa perkataan tersebut diutarakan oleh suatu dewan
yang menasihati Fir’aun, yang menghasutnya melawan Musa, dan merekomendasikan
kepadanya metode-metode tertentu. Jika kita amati catatan sejarah Mesir, kita
melihat bahwa dua komponen utama dewan ini adalah tentara dan pendeta.
Tidak perlu dijelaskan lagi pentingnya tentara; ia merupakan kekuatan
militer utama dari rezim Fir'aun. Tetapi, kita mesti mengamati lebih dekat lagi
peranan para pendeta. Para pendeta Mesir Kuno merupakan golongan yang
disebutkan di dalam Al Quran sebagai ahli-ahli sihir. Mereka merepresentasikan
sekte yang mendukung rezim. Mereka dipercayai memiliki kekuatan khusus dan
menguasai pengetahuan rahasia. Dengan otoritas ini mereka memengaruhi rakyat
Mesir, dan mengukuhkan posisi mereka di dalam pemerintahan Fir'aun. Golongan
ini, yang diketahui dari catatan sejarah Mesir sebagai “Para Pendeta Amon”,
memusatkan perhatian mereka untuk memraktikkan ilmu sihir dan memimpin sekte
pagan mereka; selain itu, mereka juga mempelajari beragam ilmu pengetahuan
seperti astronomi, matematika, dan geometri.
Golongan pendeta ini adalah sebuah ordo tertutup yang memiliki (begitu yang
mereka anggap) pengetahuan khusus. Ordo semacam ini biasanya dikenal sebagai organisasi
esoterik. Di dalam majalah bernama Mason Dergisi (Jurnal Masonik), terbitan
yang tersebar di antara pengikut, secara khusus disebutkan tentang
pendeta-pendeta Mesir Kuno.
Bersamaan dengan berkembangnya pemikiran pada manusia,
ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan bersama itu, jumlah rahasia pun
meningkat di dalam pengetahuan pada sistem esoterik. Dalam perkembangan ini,
kegiatan esoterik, yang pertama muncul di Timur, di Cina dan Tibet, dan
kemudian menyebar ke India, Mesopotamia, dan Mesir, membentuk basis pengetahuan
kependetaan yang telah dipraktikkan selama ribuan tahun dan membentuk basis
kekuatan pendeta di Mesir.20
Bagaimana terjadinya hubungan antara filsafat esoterik para pendeta Mesir
Kuno dan Freemason saat ini? Mesir Kuno suatu contoh klasik di dalam Al Quran
tentang sistem politik tanpa tuhan musnah ribuan tahun yang lalu. Mungkinkah ia
memunyai pengaruh sekarang ini?
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini, kita harus mencermati berbagai
kepercayaan para pendeta Mesir Kuno yang berhubungan dengan asal usul alam
semesta dan kehidupan.
KEPERCAYAAN MESIR KUNO DALAM
EVOLUSI KAUM MATERIALIS
Di dalam buku mereka, The Hiram Key, penulis Mason berkebangsaan
Inggris, Christopher Knight dan Robert Lomas, berpendapat bahwa Mesir Kuno memiliki
posisi penting dipandang dari segi asal usul Masonry. Menurut kedua penulis
ini, gagasan terpenting yang telah mencapai Masonry modern dari Mesir Kuno
adalah tentang alam semesta yang ada oleh dan dari dirinya sendiri, lalu
berkembang melalui kebetulan. Mereka menjelaskan gagasan yang menarik ini
dengan kata-kata berikut:
Orang Mesir
percaya bahwa materi selalu ada; mereka menganggap tidak logis pendapat tentang
sebentuk tuhan yang membuat sesuatu dari ketiadaan mutlak. Mereka berpandangan
bahwa permulaan dunia adalah ketika keteraturan muncul dari kekacauan, dan
semenjak itu terjadi pertarungan antara kekuatan pengaturan dan kekacauan… keadaan kacau ini dinamai
Nun, dan seperti penggambaran orang Sumeria…, yang ada hanyalah adalah sebuah
jurang dalam, berair, gelap tanpa cahaya matahari yang padanya terdapat suatu
kekuatan, daya penciptaan yang memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten di dalam zat kekacauan
ini tidak mengetahui keberadaan dirinya; ia adalah suatu kemungkinan, sebuah
potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 21
Akan
teramati bahwa kepercayaan yang dideskripsi di atas selaras dengan apa yang
menjadi pendirian materialis masa kini, yang didukung oleh agenda komunitas
ilmiah dengan berbagai istilah seperti “teori evolusi”, “teori chaos”, dan
“pengaturan esensial dari materi”. Knight dan Lomas meneruskan pembahasan
terdahulu dengan mengutarakan:
Yang menakjubkan, penggambaran tentang penciptaan ini dengan
sempurna mendeskripsikan pandangan yang dipegang oleh sains modern, terutama
“teori chaos” yang telah menunjukkan berbagai desain ruwet yang berkembang dan
berulang secara matematis di dalam peristiwa-peristiwa sama sekali tak
terstruktur. 22
Knight
dan Lomas mengklaim bahwa terdapat keselarasan antara kepercayaan Mesir Kuno
dengan sains modern, tetapi apa yang mereka maksudkan dengan sains modern,
sebagaimana telah kami tekankan, adalah konsep-konsep materialis seperti teori
evolusi dan teori chaos. Walau pada kenyataannya teori-teori ini tidak memiliki
dasar ilmiah, mereka telah dipaksakan pada bidang sains selama dua abad lalu,
dan ditampilkan seakan memiliki kelayakan ilmiah. (Pada bagian berikut kita akan
mengkaji siapa yang telah memaksakan teori-teori ini pada dunia ilmiah.)
Sekarang, kita sampai ke poin penting dari tahapan buku ini. Mari kita
ringkaskan apa yang telah kita temukan sejauh ini.
1. Kita memulai pembahasan dengan membicarakan Ordo Templar yang dianggap
sebagai asal muasal Freemasonry. Kita telah melihat bahwa, walaupun didirikan
sebagai sebuah ordo Kristen, Templar dipengaruhi oleh doktrin-doktrin rahasia
yang mereka temukan di Yerusalem, lalu meninggalkan sepenuhnya agama Kristen
dan menjadi organisasi antiagama yang memraktikkan ritus-ritus bidah.
2. Ketika kita mempertanyakan doktrin apa ini yang memengaruhi Templar,
kita temukan bahwa ia pada dasarnya adalah Kabbalah.
3. Ketika kita mengkaji Kabbalah, kita menemukan bukti bahwa, betapapun
banyaknya ia mungkin menyerupai mistisisme Yahudi, ia adalah sebuah doktrin
pagan yang lebih tua dari agama Yahudi, yang kemudian menyusupinya, dan bahwa
akarnya yang sebenarnya ditemukan di Mesir Kuno.
4. Mesir Kuno diperintah oleh sistem pagan Fir'aun, dan di sana kita
temukan sebuah gagasan yang membentuk dasar dari filsafat ateistis modern: bahwa
alam semesta ada dengan sendirinya, dan berkembang oleh kebetulan.
Semua ini jelas melukis sebuah gambar yang menarik. Apakah dengan kebetulan
belaka filsafat para pendeta dari Mesir Kuno masih tumbuh pesat, dan bahwa
terdapat jejak rantai (Kabbalah-Templar-Masonry) yang bertanggung jawab
meneruskan supremasi filsafat ini ke masa kini?
Mungkinkah para Mason, yang telah membuat jejak mereka di sejarah dunia
semenjak abad kedelapan belas, dengan menimbulkan berbagai revolusi, mengemukakan
sistem-sistem filsafat dan politis, merupakan pewaris dari para ahli sihir di
Mesir Kuno?
Untuk memperjelas jawaban dari pertanyaan itu, pertama kali kita harus
mengkaji lebih dekat lagi berbagai peristiwa sejarah yang hingga sekarang hanya
kita uraikan dengan singkat.
-II-
Kisah di Balik Kabbalah
“Keluaran”
adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah
pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri dari kekejaman Fir’aun.
Fir’aun memperbudak bani Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi,
ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah melalui Musa, dan
berbagai bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu
malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka keluar dari Mesir.
Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka
dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa.
Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang paling akurat
tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak perubahan teks
dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah bukti penting tentang ini
adalah bahwa isi kelima kitab Taurat — Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
dan Ulangan — banyak yang saling bertentangan. Fakta bahwa kitab Ulangan
ditutup dengan kisah kematian dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak
dapat disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian Musa.
Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani Israil dari
Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan dengannya, tidak
ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan kembali dengan jelas.
Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak kebijaksanaan
dan rahasia di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini
dengan cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka.
ANAK SAPI EMAS
Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani Israil dari Mesir,
sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka mengingkari agama yang
diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah menyelamatkan mereka dari
kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil tidak mampu memahami ajaran tauhid
yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus cenderung kepada penyembahan berhala.
Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada ayat berikut:
“Dan Kami
seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada
suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai
Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai
beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini
adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Sesungguhnya
mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang
selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A'raaf, 7: 138-139) !
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap dalam penentangan
mereka, dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung Sinai seorang diri,
penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan memanfaatkan ketiadaan Musa,
tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup kecenderungan bani Israil
terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung seekor anak sapi
dan menyembahnya.
“Kemudian Musa
kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai
kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka
apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar
kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan
aku?".
Mereka
berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan
kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu,
maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",
kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan
Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani Israil untuk
membangun berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini bersumber?
Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak pernah menyembah
berhala tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti membangun patung
dan menyembahnya. Hanya mereka yang memiliki kecenderungan alami terhadap
berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani satu Tuhan semenjak
masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani Israil" atau "Anak-Anak
Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra Ya'kub, cucu Ibrahim,
dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan keturunannya. Bani Israil telah
menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari leluhur mereka Ibrahim, Ishak, dan
Ya'kub, 'alaihim salam. Bersama Yusuf as., mereka pergi ke Mesir dan memelihara
monoteisme mereka dalam jangka waktu yang panjang, walaupun faktanya mereka
hidup di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah dari kisah yang disebutkan di dalam
Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada mereka, bani Israil adalah kaum yang
mengimani satu Tuhan.
Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani Israil, betapapun
banyaknya mereka menganut kepercayaan Monoteistik, terpengaruh oleh kaum pagan
yang hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka, menggantikan agama yang
dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan berhala dari negeri-negeri
asing.
Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan catatan sejarah, kita
amati bahwa sekte pagan yang memengaruhi bani Israil adalah yang terdapat di
Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang
disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya
adalah tiruan dari berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the Sun, penulis
Kristen Richard Rives menulis:
Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir,
merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah
satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi
emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa
pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…. 23
Pengaruh
agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil terjadi dalam banyak tahapan yang
berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah
kepercayaan bidah ini muncul dan, sebagaimana disebutkan dalam ayat, mereka
berkata, “Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa
tuhan (berhala).” (QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan
kepada Nabi mereka, "Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang."
(QS. Al Baqarah, 2: 55) menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk
menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada
agama pagan bangsa Mesir.
Kecenderungan
bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang telah kita gambarkan di sini,
penting untuk dipahami dan memberi kita wawasan tentang perubahan dari teks
Taurat dan asal usul dari Kabbalah. Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan
hati-hati, kita akan mencermati bahwa, pada sumbernya, ditemukan paganisme
Mesir Kuno dan filsafat materialis.
DARI MESIR KUNO KE KABBALAH
Semasa
Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan dari berhala-berhala
yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, makin sedikit
yang menghalangi mereka dari penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan. Tentu
saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka
memang mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka meneruskan
doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi
pondasi bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri dengan
memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya.
Doktrin
yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah. Seperti sistem dari para
pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan berlandaskan pada
praktik sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan penuturan yang sangat berbeda
tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat, yakni penceritaan
materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno tentang keberadaan kekal
dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason berkebangsaan Turki, membahas topik
ini sebagai berikut:
Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum keberadaan
Taurat. Bagian
paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori tentang pembentukan alam
semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah penciptaan yang diterima oleh
agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada awal penciptaan, muncullah
benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya “lingkaran-lingkaran” atau
“orbit-orbit”, yang mengandung baik sifat material maupun spiritual.
Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama merepresentasikan massa
bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini menunjukkan bahwa ia
berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis kuno…. Jadi, Kabbalah
jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan agama-agama kuno yang
misterius dari Timur. 24
Dengan
mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang
berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan Taurat tentang
hal itu. Mereka
mengambil ritual sihir dari bangsa pagan lain dan seterusnya, Kabbalah menjadi
doktrin mistis di dalam agama Yahudi, tetapi bertentangan dengan Taurat. Di dalam buku berjudul Secret Societies
and Subversive Movements, penulis Inggris Nesta H. Webster menyatakan:
Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah dipraktikkan oleh bangsa
Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel; Mesir, India, dan Yunani
juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam Hukum-Hukum Musa
terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa
Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka
warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan
sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi
spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi,
Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat
kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini
tidaklah murni asli dari Yahudi. 25
Ada
ayat di dalam Al Quran yang merujuk kepada topik ini. Allah berfirman bahwa
bani Israil mempelajari ritual persihiran setan dari sumber-sumber di luar
agama mereka sendiri.
“Dan mereka mengikuti
apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya
kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari
dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan
antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir
itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2:
102) !
Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa Yahudi, walau
mengetahui bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan mengambil
praktik-praktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum yang telah
diturunkan Allah kepada mereka. Karena telah menjual jiwa mereka sendiri,
terperosoklah mereka ke dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir). “Mereka telah
menjual diri” untuk sesuatu yang jahat, dengan kata lain, meninggalkan keimanan
mereka.
Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan sifat utama dari
sebuah konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini, pada satu sisi,
adalah antara nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa Yahudi dan golongan
Yahudi yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi lain, golongan Yahudi
yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah, meniru-niru budaya pagan
dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti praktik-praktik budaya tersebut,
bukannya hukum Allah.
DOKTRIN
PAGAN YANG DISISIPKAN
KE
DALAM TAURAT
Penting
untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang ingkar seringkali
diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab
Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui
dosa mereka dan menyesal:
“Keturunan
orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya
dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Sementara mereka
berdiri di tempat dibacakanlah bagian-bagian daripada kitab Taurat TUHAN, Allah
mereka, selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan
pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. Di atas tangga tempat orang-orang
Lewi berdirilah Yesua, Bani dan Kenani. Dengan suara yang nyaring mereka
berseru kepada TUHAN, Allah mereka.
… (Mereka berkata:) “…Mereka
(nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi
hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud
membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar .
Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan
mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau
mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada
mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi begitu mereka mendapatkan
keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu. Dan Engkau menyerahkan
mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai mereka. Kembali mereka
berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mereka
berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka
berdosa terhadap peraturan-peraturan-Mu, yang justru memberi hidup kepada orang
yang melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan, mereka
bersitegang leher dan tidak mau dengar.
… Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak membinasakan mereka
sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah Allah yang pengasih
dan penyayang.
Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan dahsyat, … Tetapi
Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami, karena Engkau berlaku
setia dan kamilah berbuat fasik. Juga
raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami
tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak memerhatikan
perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kauberikan kepada
mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah kepada-Mu,
walaupun Engkau telah mengaruniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah
menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak berbalik dari
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Nehemiah, 9: 2-4, 26-29, 31-35)
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki segolongan kaum Yahudi
untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi dalam perjalanan
sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan, mendominasi kaum
Yahudi dan kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri. Karena inilah, di
dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama, terdapat elemen-elemen
yang berasal dari doktrin pagan yang bidah, di samping yang disebutkan di atas,
yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
· Pada kitab pertama
dari Taurat, disebutkan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dari
ketiadaan dalam enam hari. Ini benar dan berasal dari wahyu asli. Tetapi,
kemudian disebutkan bahwa Tuhan beristirahat di hari ketujuh, dan ini merupakan
pernyataan yang benar-benar palsu. Ini merupakan ide jahat yang berasal dari
paganisme yang memberikan sifat manusia kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam
Al Quran, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami
telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam
masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf, 50: 38) !
· Pada bagian-bagian
lain dari Taurat, terdapat gaya penulisan yang tidak menghormati kemuliaan
Tuhan, terutama pada bagian-bagian di mana kelemahan manusia disifatkan
kepada-Nya (Tuhan sudah pasti di atas itu semua). Antropomorfisme ini dibuat
untuk menyerupai kelemahan-kelemahan manusia yang diberikan penganut pagan
kepada tuhan-tuhan buatan mereka sendiri.
· Salah satu pernyataan
yang menghina itu adalah klaim bahwa Ya'kub, nenek moyang bani Israil, bergulat
dengan Tuhan, dan menang. Ini jelas sebuah cerita yang dibuat-buat untuk
memberi bani Israil keunggulan rasial, untuk menyamai perasaan rasial yang
berkembang luas di antara masyarakat pagan. (atau, di dalam kata-kata Al Quran:
“kesombongan jahiliyah”).
· Terdapat kecenderungan
di dalam Perjanjian Lama untuk menampilkan Allah sebagai tuhan kebangsaan bahwa
Dia hanyalah tuhan bagi bani Israil. Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa semesta alam serta
seluruh umat manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan ini, di dalam
Perjanjian Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di mana setiap
suku menyembah tuhannya sendiri.
· Pada
sebagian kitab dari Perjanjian Lama (misalnya, Yosua) berbagai perintah
diberikan untuk melakukan kekejaman terhadap orang-orang non-Yahudi. Pembunuhan
massal diperintahkan, tanpa memandang wanita, anak-anak, atau orang tua.
Kekejaman tanpa belas kasihan ini sepenuhnya bertentangan dengan keadilan
Tuhan, dan mengingatkan kepada kebiadaban budaya pagan, yang menyembah
dewa-dewa perang yang mistis.
Berbagai pemikiran pagan yang disusupkan ke dalam Taurat
ini tentu mempunyai asal muasal. Pastilah ada orang Yahudi yang mengambil,
menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing bagi Taurat, dan mengubah
Taurat dengan menambahkan ke dalamnya pemikiran-pemikiran yang berasal dari
tradisi yang mereka ikuti. Asal usul tradisi ini merentang jauh hingga ke para
pendeta Mesir Kuno (para ahli sihir rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah
yang dibawa dari sana oleh sejumlah orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk
yang memungkinkan Mesir Kuno dan doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama
Yahudi dan berkembang di dalamnya. Para penganut Kabbalah, tentu saja,
menyatakan bahwa Kabbalah hanyalah memperjelas secara lebih rinci
rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam Taurat, tetapi, pada kenyataannya,
sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah Yahudi tentang Kabbalah, Theodore
Reinach, Kabbalah adalah "suatu
racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi."
26
Maka,
sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari
ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.
KABBALAH,
DOKTRIN YANG
BERTENTANGAN
DENGAN KREASIONISME
Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci
yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44)
Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu
dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah,
keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tujuan
penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang
Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat
yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia).
Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran:
Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu
bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya
dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam semesta,
benda-benda langit, materi-materi tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup.
Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya.
Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang sangat berbeda di
dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan
memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan sepenuhnya
bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat yang asli
dan Al Quran. Dalam salah satu
karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan
pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini:
Pengalaman
kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan
menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan bani Israil adalah
persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahwa sementara
Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak
terlukiskan — Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak berhingga — singularitas
yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan:
suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai
Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah
mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun
dari keesaan yang tak terpahami kepada pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan
berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah
serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak
pernah sepenuhnya berhasil.
Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik,
tetapi sejak pemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak terpahami,
Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan Perempuan; sebentuk Ayah dan
Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan
yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafor seksual yang
terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah
menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…27
Ciri
yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah
diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos
ini:
Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki
sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik,
Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia.
Manusia berbagi dengan Tuhan,
baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang
organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan
didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah
dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama 45. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama
dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah
pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan. 28
Teologi
ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan agama
Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat
sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan.
Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri
dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia.
Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian
dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan
maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya
bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada
akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu sendiri.
Hal
lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah
kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah
didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa
materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa
diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan
manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka
bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri.
Untuk
diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada
dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme
sekuler.
Menarik
untuk dicatat bahwa kedua konsep ini — materialisme dan humanisme sekuler —
menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke belakang.
Sungguh
menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang telah membawa doktrin
Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah kuno ke masa kini.
DARI PARA KSATRIA TEMPLAR KE KAUM MASON
Tatkala kita menyebutkan tentang para Ksatria Templar sebelumnya, kita
mencatat bahwa ordo pejuang salib yang aneh ini dipengaruhi oleh sebuah
"rahasia" yang ditemukan di Yerusalem, yang membuat mereka
meninggalkan agama Kristen dan mulai memraktikkan ritus-ritus sihir. Kita
sebutkan bahwa banyak peneliti telah mencapai pendapat bahwa rahasia ini
berhubungan dengan Kabbalah. Misalnya, dalam bukunya Histoire de la Magie
(Sejarah Ilmu Sihir), penulis Prancis, Eliphas Levi, memberikan bukti terperinci
bahwa para Templar dibaiat ke dalam doktrin-doktrin misterius Kabbalah, yakni,
mereka secara rahasia dilatih di dalam doktrin ini.29 Begitulah, sebuah doktrin yang berakar
di Mesir Kuno diteruskan kepada para Templar melalui Kabbalah.
Dalam Foucault's
Pendulum, novelis Umberto Eco*) menceritakan fakta-fakta ini di dalam alur
cerita. Sepanjang novel tersebut, dia mengisahkan, melalui pembicaraan para
tokoh protagonisnya, bahwa para Templar dipengaruhi oleh Kabbalah dan bahwa
para pengikut Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak hingga ke
fir’aun-fir’aun Mesir Kuno. Menurut Eco, sebagian bangsa Yahudi yang terkemuka
mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir Kuno, dan
kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama
(Pantateuch). Tetapi rahasia yang diteruskan secara rahasia ini hanya dapat dipahami oleh
para pengikut Kabbalah. (Zohar, yang di kemudian hari ditulis Spanyol, dan
membentuk kitab fundamental Kabbalah, berhubungan dengan rahasia-rahasia kelima
kitab tersebut) Setelah menyatakan bahwa para penganut Kabbalah juga membaca
rahasia bangsa Mesir Kuno ini dalam pengukuran geometris haikal Sulaiman, Eco
menuliskan bahwa para Templar mempelajarinya dari para rabbi pengikut Kabbalah
di Yerusalem:
Rahasia itu yang
semuanya telah disampaikan Haikal hanya diketahui oleh sekelompok kecil rabbi
yang tetap tinggal di Palestina…. Dan dari mereka para Templar mempelajarinya. 30
Ketika para Templar mengadopsi doktrin Kabbalis-Mesir kuno ini, sudah tentu
mereka bertentangan dengan kekuasaan Kristen yang mendominasi Eropa. Pertentangan serupa juga
terjadi antara mereka dengan kekuatan bangsa Yahudi lainnya. Setelah para
Templar ditangkap oleh perintah bersama raja Prancis dan Paus di tahun 1307,
ordo ini bergerak di bawah tanah, namun pengaruhnya tetap bertahan, dan dengan
cara yang lebih radikal dan mantap.
Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah besar ksatria Templar melarikan
diri dan meminta perlindungan kepada raja Skotlandia, satu-satunya kerajaan
Eropa pada saat itu yang tidak mengakui otoritas Paus. Di Skotlandia, mereka
menyusup ke dalam gilda para tukang batu, dan perlahan mengambil alih.
Gilda-gilda tersebut mengadopsi tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan
demikian, benih Masonik ditanam di Skotlandia. Sampai hari ini, garis utama
Masonry masih merupakan “Ritus Skot yang Kuno dan Diakui”.
Sebagaimana telah dibahas secara rinci di dalam buku Ordo Masonik Baru,
jejak para Templar dapat dideteksi sejak awal abad keempat belas dan sekelompok
bangsa Yahudi berhubungan dengan mereka pada berbagai babak sejarah Eropa.
Tanpa membahas detailnya, inilah sebagian heading yang mengkaji topik ini:
· Di Provence, Prancis,
pernah terdapat sebuah tempat persembunyian penting para Templar. Selama masa
penahanan, sangat banyak yang bersembunyi di sini. Ciri-ciri penting lain daerah ini
adalah sebagai pusat Kabbalisme paling terkenal di Eropa. Di Provence tradisi lisan Kabbalah
dibukukan.
· Pemberontakan
Petani di Inggris pada tahun 1381, menurut para ahli sejarah, dikipas-kipasi
oleh sebuah organisasi rahasia. Para pakar yang mengkaji sejarah Masonry
sepakat bahwa organisasi rahasia ini adalah para Templar. Pemberontakan ini
lebih dari sekadar pemberontakan sipil, tetapi merupakan penyerangan terencana
terhadap Gereja Katolik. 31
· Setengah abad setelah
pemberontakan ini, seorang pastor di Bohemia bernama John Huss memulai
pemberontakan melawan Gereja Katolik. Lagi, di balik pemberontakan ini berdiri para Templar.
Lebih-lebih lagi, Huss sangat tertarik dengan Kabbalah. Avigdor Ben Isaac Kara
adalah salah satu nama terpenting yang berpengaruh dalam perkembangan
doktrinnya. Kara adalah seorang rabbi dari komunitas Yahudi di Praha dan
seorang pengikut Kabbalah. 32
Contoh-contoh
seperti ini menunjukkan bahwa persekutuan antara para Templar dan pengikut
Kabbalah diarahkan kepada suatu perubahan tatanan sosial Eropa. Perubahan ini
melibatkan perubahan di dalam budaya Kristen yang mendasar di Eropa, dan
penggantiannya dengan sebuah budaya berdasarkan doktrin-doktrin pagan, seperti
Kabbalah. Dan,
setelah perubahan budaya ini, berbagai perubahan politik akan mengikuti.
Revolusi Prancis dan Italia, misalnya….
Pada bagian berikutnya, kita akan mengamati beberapa titik balik penting di
dalam sejarah Eropa. Pada setiap tahap, kita akan dihadapkan kepada fakta bahwa
terdapat sebuah kekuatan yang hendak memisahkan Eropa dari warisan Kristennya,
menggantikannya dengan ideologi sekuler, dan dengan program pemikiran ini
menghancurkan lembaga-lembaga keagamaannya. Kekuatan ini berusaha memaksa Eropa
menerima doktrin yang telah diestafetkan sejak Mesir Kuno melalui Kabbalah.
Sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya, pada basis dari doktrin ini terdapat
dua konsep penting: humanisme dan materialisme.
Pertama, mari kita meninjau humanisme.
Mengkaji Ulang Humanisme
“Humanisme"
dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan
kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian,
dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan:
humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan
sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanisme mengajak
manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka, dan hanya mementingkan
keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme
sebagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai,
karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya
pada otoritas supernatural mana pun".33
Namun, definisi paling jelas tentang humanisme dikemukakan oleh
pendukungnya. Salah seorang juru bicara humanisme paling terkemuka di masa kini
adalah Corliss Lamont. Dalam bukunya, Philosophy of Humanism, ia menulis:
(Singkatnya)
humanisme meyakini bahwa alam… merupakan jumlah total dari realitas, bahwa
materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan pembentuk alam semesta,
dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketidaknyataan
supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa
supernatural dan abadi; dan pada tingkat alam semesta sebagai keseluruhan,
bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural dan abadi. 34
Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme nyaris identik dengan ateisme, dan
fakta ini dengan bebas diakui oleh kaum humanis. Terdapat dua manifesto penting
yang diterbitkan oleh kaum humanis di abad yang lalu. Yang pertama
dipublikasikan tahun 1933, dan ditandatangani oleh sebagian orang penting masa
itu. Empat puluh tahun kemudian, di tahun 1973, manifesto humanis kedua
dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi berisi beberapa tambahan yang
berhubungan dengan berbagai perkembangan yang terjadi dalam pada itu. Ribuan
pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media menandatangani manifesto kedua,
yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika yang masih sangat aktif.
Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi
dasar pada masing-masingnya: dogma ateis bahwa alam semesta dan manusia tidak
diciptakan tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab
kepada otoritas lain apa pun selain dirinya, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan
menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat. Misalnya, enam pasal pertama
dari Manifesto Humanis adalah sebagai berikut:
Kedua: Humanisme percaya bahwa manusia
adalah bagian dari alam dan bahwa dia muncul sebagai hasil dari proses yang
berkelanjutan.
Ketiga: Dengan memegang pandangan hidup
organik, humanis menemukan bahwa dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad
harus ditolak.
Keempat: Humanisme mengakui bahwa budaya
religius dan peradaban manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh
antropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan bertahap
karena interaksinya dengan lingkungan alam dan warisan sosialnya. Individu yang
lahir di dalam suatu budaya tertentu sebagian besar dibentuk oleh budaya
tersebut.
Kelima: Humanisme menyatakan bahwa
sifat alam semesta digambarkan oleh sains modern membuat jaminan supernatural
atau kosmik apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak dapat diterima…
Keenam: Kita yakin bahwa waktu telah
berlalu bagi teisme, deisme, modernisme, dan beberapa macam “pemikiran baru”. 35
Pada
pasal-pasal di atas, kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang
mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan
agnotisisme. Pada pasal pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam
semesta dikemukakan. Pasal kedua menyatakan, sebagaimana dinyatakan teori
evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan. Pasal ketiga menyangkal keberadaan
jiwa manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi. Pasal
keempat mengajukan sebuah “evolusi budaya” dan menyangkal keberadaan sifat
manusia yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang
diberikan pada penciptaan). Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam
semesta dan manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk
menolak "teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan.
Akan
teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan
yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanisme adalah pondasi
utama dari perasaan antiagama. Ini karena humanisme adalah ekspresi dari “manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, yang merupakan dasar
utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu
ayat Al Quran, Allah berfirman:
Apakah manusia mengira,
bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?
Bukankah dia dahulu
setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
kemudian mani itu
menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
lalu Allah menjadikan
daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
Bukankah (Allah) yang
berbuat demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?
(QS. Al Qiyaamah, 75:
36-40)
Allah
berfirman bahwa manusia tidak akan “dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)”, dan segera mengingatkan bahwa mereka adalah ciptaan-Nya.
Sebab, begitu menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Allah, seseorang akan
memahami bahwa dia bukannya “tanpa pertanggungjawaban”, tetapi bertanggung
jawab kepada Allah.
Karena
inilah, klaim bahwa manusia tidak diciptakan telah menjadi doktrin dasar
filsafat humanis. Dua pasal pertama dari Manifesto Humanis pertama mengungkapkan doktrin ini.
Lebih
jauh lagi, kaum humanis berpendapat bahwa sains mendukung klaim ini.
Namun, mereka keliru. Sejak Manifesto Humanis pertama
dipublikasikan, kedua premis yang dikemukakan kaum humanis sebagai fakta ilmiah
tentang gagasan bahwa alam semesta abadi dan teori evolusi, telah runtuh:
1. Gagasan
bahwa alam semesta adalah abadi digugurkan oleh serangkaian penemuan astronomis
yang dilakukan ketika Manifesto Humanis pertama tengah ditulis.
Penemuan seperti fakta bahwa alam semesta tengah berkembang, dari radiasi latar
kosmis dan kalkulasi rasio hidrogen atas helium, telah menunjukkan bahwa alam
semesta memiliki permulaan, dan muncul dari ketiadaan sekitar 15-17 miliar
tahun yang lalu dalam sebuah ledakan yang dinamai "Dentuman Besar". Walaupun mereka yang
mendukung filsafat humanis dan materialis tidak rela menerima teori Dentuman
Besar, mereka akhirnya dikalahkan. Sebagai hasil dari bukti ilmiah yang telah
diketahui, komunitas ilmiah akhirnya menerima teori Dentuman Besar, yakni bahwa
alam semesta memiliki permulaan, dan karenanya kaum humanisme tidak dapat
membantah lagi. Demikianlah pemikir ateis Anthony Flew terpaksa mengakui:
… karenanya saya mulai mengakui bahwa ateis Stratonisian telah dipermalukan
oleh konsensus kosmologis kontemporer. Karena tampaknya para ahli kosmologi
memberikan bukti ilmiah tentang apa yang oleh menurut St. Thomas tak dapat
dibuktikan secara filosofis; yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan….36
2. Teori evolusi, pembenaran ilmiah
terpenting di balik Manifesto Humanis pertama, mulai kehilangan pijakan satu
dekade setelah Manifesto itu ditulis. Saat ini diketahui bahwa
skenario yang dikemukakan sebagai asal usul kehidupan oleh kaum evolusionis
ateis (dan tak diragukan, humanis), seperti oleh A.I. Oparin dan J.B.S. Haldane
pada tahun 1930, tidak memiliki keabsahan ilmiah; makhluk hidup tidak dapat
diturunkan secara spontan dari materi tak-hidup sebagaimana diajukan oleh
skenario ini. Catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berkembang
melalui sebuah proses perubahan kecil yang kumulatif, tetapi muncul secara
tiba-tiba dengan berbagai karakteristik yang berbeda, dan fakta ini telah
diterima oleh para ahli paleontologi evolusionis sendiri sejak 1970-an. Biologi
modern telah menunjukkan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari kebetulan dan
hukum alam, tetapi bahwa pada setiap sistem kompleks dari organisme yang
menunjukkan sebuah perancangan cerdas terdapat bukti bagi penciptaan. (Untuk
lebih detail baca Harun Yahya, Darwinisme Terbantahkan: Bagaimana Teori Evolusi
Runtuh di Hadapan Ilmu Pengetahuan Modern)
Lebih-lebih
lagi, klaim keliru bahwa keyakinan religius merupakan faktor yang menghambat
manusia dari perkembangan dan membawanya kepada konflik telah digugurkan oleh
pengalaman sejarah. Kaum humanis telah mengklaim bahwa penyingkiran kepercayaan
religius akan membuat manusia bahagia dan tenteram, namun, yang terbukti justru
sebaliknya. Enam tahun setelah Manifesto Humanis dipublikasikan, Perang Dunia
II meletus, sebuah catatan malapetaka yang dibawa ke dunia oleh ideologi fasis
yang sekuler. Ideologi humanis lainnya, komunisme, mendatangkan kekejaman yang
tak terperi, pertama terhadap bangsa Uni Soviet, kemudian Cina, Kamboja,
Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan berbagai negara Afrika dan Amerika Latin.
Sebanyak 120 juta manusia terbunuh oleh rezim atau organisasi komunis. Juga
telah jelas bahwa merek humanisme Barat (sistem kapitalis) tidak berhasil
membawa kedamaian dan kebahagiaan kepada masyarakat mereka sendiri ataupun kepada
wilayah-wilayah lain di dunia.
Keruntuhan argumen humanisme tentang agama juga telah tampak pada
lapangan psikologi. Mitos Freudian, sebuah batu pijakan dari dogma ateis
semenjak awal abad kedua puluh, telah digugurkan oleh data empiris. Patrick
Glynn, dari Universitas George Washington, menerangkan fakta ini di dalam
bukunya yang berjudul God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason
in a Postsecular World:
Seperempat
abad terakhir dari abad kedua puluh tidaklah ramah terhadap pandangan psikoanalitik.
Yang paling signifikan adalah ditemukannya bahwa pandangan Freud tentang agama
(belum lagi sekumpulan besar masalah lain) adalah benar-benar keliru. Yang
cukup ironis, riset ilmiah dalam psikologi selama dua puluh lima tahun terakhir
telah menunjukkan bahwa, jauh dari sebagai penyakit saraf atau sumber dari
neuroses sebagaimana dinyatakan Freud dan murid-muridnya, keyakinan agama
adalah salah satu kolerasi yang paling konsisten dari kesehatan mental dan
kebahagiaan yang menyeluruh. Kajian demi kajian telah menunjukkan hubungan kuat
antara keyakinan dan praktik agama di satu sisi, dan tingkah laku yang sehat
sehubungan dengan masalah-masalah seperti bunuh diri, penyalahgunaan alkohol
dan obat terlarang, perceraian, depresi, bahkan mungkin mengejutkan, tingkat
kepuasan seksual di dalam perkawinan, di sisi lain. 37
Singkatnya,
apa yang dianggap sebagai pembenaran ilmiah di balik humanisme telah terbukti
tidak sahih dan janji-janjinya gagal. Namun demikian, kaum humanis tidak
meninggalkan filsafat mereka, tetapi malahan mencoba untuk menyebarkannya ke
seluruh penjuru dunia melalui metode propaganda massa. Khususnya pada periode
pascaperang terjadilah propaganda humanis yang intens di lapangan sains,
filsafat, musik, kesusasteraan, seni, dan film. Pesan menarik namun kosong yang
diciptakan oleh para ideolog humanis telah disampaikan kepada massa secara
bertubi-tubi. Lagu "Imagine" karya John Lennon, penyanyi solo dari
grup musik paling terkenal sepanjang masa, the Beatles, adalah contohnya:
Lagu ini terpilih sebagai "lagu abad ini" dalam beberapa jajak
pendapat yang diselenggarakan di tahun 1999. Ini merupakan indikasi paling tepat tentang perasaan
sentimental yang digunakan untuk menyampaikan humanisme kepada massa, karena
kurangnya landasan ilmiah atau rasional humanisme. Humanisme tidak dapat
menghasilkan keberatan rasional terhadap agama ataupun kebenaran yang
diajarkannya, tetapi berusaha menggunakan metode sugestif semacam ini.
Ketika
janji-janji Manifesto Humanis I di tahun 1933 terbukti gagal, empat puluh tahun
kemudian para humanis mengajukan konsep kedua. Pada awal teks ini ada upaya
untuk menjelaskan mengapa janji-janji pertama tidak membuahkan hasil. Walaupun
ada fakta bahwa penjelasan ini sangat lemah, ini menunjukkan keterikatan abadi
humanisme terhadap filsafat ateis mereka.
Karakteristik paling jelas dari manifesto tersebut adalah mempertahankan garis
antiagama pada manifesto tahun 1933:
Sebagaimana di tahun 1933, kaum humanis tetap memercayai bahwa teisme
tradisional adalah keimanan yang tak terbukti dan sudah ketinggalan zaman,
khususnya keimanan akan Tuhan yang mendengarkan doa, yang dianggap hidup dan
memerhatikan manusia, mendengar dan memahami, serta sanggup mengabulkan doa-doa
mereka…. Kami percaya… bahwa agama-agama otoriter atau dogmatik yang
tradisional, yang menempatkan wahyu, Tuhan, ritus, atau kredo di atas kebutuhan
dan pengalaman manusia merugikan spesies manusia…. Sebagai orang yang tidak
bertuhan, kami mengawali dengan manusia bukannya Tuhan, alam bukannya
ketuhanan. 38
Ini adalah penjelasan yang sangat dangkal. Untuk memahami agama, pertama
seseorang membutuhkan kecerdasan dan pemahaman agar mampu menangkap
gagasan-gagasan yang dalam. Ia mesti didekati dengan tulus dan tanpa prasangka.
Alih-alih, humanisme tidak lebih dari upaya dari sekumpulan orang, yang sejak
awal adalah ateis dan antiagama yang bernafsu, untuk menggambarkan prasangka
ini masuk akal.
Namun, upaya kaum humanis untuk menggambarkan keimanan kepada Tuhan dan
agama-agama Monoteistik sebagai kredo yang tidak berdasar dan ketinggalan zaman
sebenarnya bukan hal baru; hanya memperbarui sebuah klaim berusia ribuan tahun
dari mereka yang mengingkari Tuhan. Di dalam Al Quran, Allah menjelaskan
argumen seumur dunia yang dikemukakan oleh orang-orang kafir:
Tuhan kamu
adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,
hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah
orang-orang yang sombong.
Tidak
diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong.
Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu. (QS. An-Nahl, 16:
22-24)
Ayat ini mengungkapkan bahwa penyebab sebenarnya dari penolakan orang-orang
kafir terhadap agama adalah kesombongan yang tersembunyi di dalam hati mereka. Filsafat yang disebut
humanisme adalah tampak lahiriah belaka dari pengingkaran akan Tuhan di zaman
ini. Dengan kata lain, humanisme bukanlah cara berpikir yang baru, sebagaimana
mereka yang mendukung klaimnya; ia sudah seumur dunia ini, pandangan dunia yang
kuno yang umum pada mereka yang mengingkari Tuhan karena kesombongan.
Jika kita mencermati perkembangan humanisme di dalam sejarah Eropa, kita
akan menemukan banyak bukti nyata bagi pernyataan ini.
AKAR HUMANISME DI DALAM KABBALAH
Kita telah memahami Kabbalah sebagai sebuah doktrin yang berasal dari Mesir
Kuno, lalu memasuki dan mencemari agama yang diturunkan Allah kepada bani
Israil. Kita juga telah memahami bahwa ia berlandaskan pada cara berpikir yang
sesat, yang menganggap manusia sebagai makhluk agung yang tidak diciptakan
sebelumnya dan telah ada tanpa permulaan.
Humanisme memasuki Eropa dari sumber ini. Keyakinan kristiani berdasarkan
kepada keberadaan Tuhan, dan bahwa manusia adalah hamba-hamba ciptaan-Nya yang
tergantung kepada-Nya. Namun, dengan penyebaran tradisi Templar di seluruh
Eropa, Kabbalah mulai menarik banyak filsuf. Maka, di abad ke-15, arus
humanisme bermula dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di dalam kancah
pemikiran Eropa.
Hubungan antara humanisme dan Kabbalah ini telah ditegaskan dalam sejumlah
sumber. Salah satunya adalah buku dari pengarang terkenal Malachi Martin yang
berjudul The Keys of This Blood. Martin adalah seorang profesor sejarah
pada Lembaga Injil Kepausan Vatikan. Ia mengungkapkan bahwa pengaruh Kabbalah
dapat dengan jelas teramati di antara para kaum humanis:
Di dalam iklim ketidakpastian dan tantangan tidak biasa yang menandai zaman
Italia Renaisans-awal ini, bangkitlah sebuah jaringan persekutuan kaum Humanis
yang bercita-cita melepaskan diri dari kendali menyeluruh dari tatanan mapan
itu. Dengan cita-cita seperti ini, persekutuan-persekutuan ini harus berada di
dalam lindungan kerahasiaan, paling tidak pada awalnya. Namun di samping
kerahasiaan, kelompok-kelompok humanis ini ditandai oleh dua ciri utama
lainnya.
Pertama, mereka memberontak terhadap penafsiran tradisional tentang Injil
sebagaimana dipertahankan oleh otoritas gerejawi dan sipil, serta menentang
pilar-pilar filosofis dan teologis yang dikeluarkan oleh gereja bagi kehidupan sipil dan politis…
Dengan sikap permusuhan seperti itu, tidak mengagetkan jika
kelompok-kelompok ini memunyai konsepsi sendiri tentang pesan orisinil dari
Injil dan wahyu Tuhan. Mereka mengunci diri di dalam apa yang mereka sebut
sebagai bentuk pengetahuan yang sangat rahasia, sebuah gnosis, yang sebagiannya
mereka landaskan pada rantai kepemujaan dan klenik yang berasal dari Afrika
Utara khususnya Mesir dan, sebagiannya, Kabbalah Yahudi yang klasik itu….
Kaum humanis
Italia membuang bagian dari gagasan Kabbalah nyaris tanpa dikenali. Mereka merekonstruksi konsep gnosis, dan memindahkannya
ke latar duniawi yang sepenuhnya ini. Gnosis khusus yang mereka cari
adalah suatu pengetahuan rahasia tentang bagaimana menguasai kekuatan alam yang
buta untuk tujuan sosio-politis. 39
Pendeknya,
masyarakat humanis yang terbentuk pada masa itu ingin menggantikan budaya
Katolik Eropa dengan sebuah budaya baru yang berakar pada Kabbalah. Mereka
bermaksud menciptakan perubahan sosiopolitis untuk mewujudkannya. Menarik bahwa
di samping Kabbalah, pada sumber budaya baru ini terdapat doktrin-doktrin Mesir
Kuno. Prof. Martin menulis:
Para
calon anggota persekutuan humanis awal ini adalah pengikut Kuasa Agung Arsitek
Kosmos yang Agung yang mereka representasikan dalam bentuk Tetragrammaton
Sakral, YHWH…. (kaum humanis) meminjam lambang-lambang lain Piramid dan Mata
Yang Melihat Segalanya terutama dari sumber-sumber Mesir. 40
Menarik
sekali bahwa kaum humanis menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta”,
sebuah istilah yang masih digunakan oleh kaum Mason saat ini. Ini menunjukkan
bahwa pastilah terdapat hubungan antara kaum humanis dan Mason. Prof. Martin
menulis:
Sementara,
di daerah utara lainnya, berlangsung sebuah persatuan yang jauh lebih penting
dengan para humanis. Sebuah persatuan yang tak diduga siapa pun.
Di tahun
1300-an, selama masa persekutuan pengikut kaballah dan humanis mulai menemukan
bentuk-nya, telah ada terlebih dahulu terutama di Inggris, Skotlandia, dan
Prancis berbagai gilda manusia abad pertengahan….
Tidak seorang pun yang hidup di tahun 1300-an dapat memperkirakan
penggabungan pemikiran antara gilda-gilda freemasonry dan kaum humanis Italia….
Freemasonry
baru bergeser dari semua kesetiaan kepada agama Kristen gerejawi Romawi. Dan
sekali lagi, sebagaimana pada para humanis klenik Italia, kerahasiaan yang
dijamin oleh tradisi Loge sangat penting dalam keadaan tersebut. Namun selain kerahasiaan,
kedua kelompok memiliki kesamaan yang lebih banyak lagi. Dari berbagai tulisan
dan catatan Masonry yang spekulatif, jelaslah bahwa ajaran keagamaan pusat
menjadi kepercayaan kepada Arsitek Agung Alam Semesta suatu sosok yang sekarang
akrab dari pengaruh para humanis Italia…. Arsitek Agung ada dan menjadi bagian
penting dari materi kosmos, sebuah hasil dari pemikiran yang “tercerahkan.”
Tidak ada dasar konseptual yang dapat menghubungkan keyakinan seperti ini
dengan agama Kristen. Belum lagi semua gagasan seperti dosa, Neraka sebagai
hukuman dan Surga sebagai ganjaran, dan Pengorbanan abadi dari Misa, santo dan
malaikat, pendeta dan paus. 41
Singkatnya, di Eropa abad keempat belas, sebuah organisasi humanis dan
Masonik lahir dengan mengakar kepada Kabbalah. Dan bagi organisasi ini, Tuhan
tidaklah sebagaimana pandangan Yahudi, Kristen, dan Muslim: yakni sebagai
Pencipta dan Pengatur segenap alam semesta dan satu-satunya Penguasa, serta
Tuhan dari umat manusia. Alih-alih, mereka memunyai konsep sendiri, seperti
“Arsitek Agung Alam Semesta”, yang mereka pandang sebagai “bagian dari alam
materi”.
Dengan kata lain, organisasi rahasia ini menolak Tuhan,
sebaliknya, melalui konsep “Arsitektur Agung Alam Semesta” menerima alam materi
sebagai suatu bentuk ketuhanan.
Agar mendapatkan definisi yang lebih jelas dari kepercayaan yang rusak ini,
kita dapat meloncat ke abad kedua puluh dan mengamati literatur Masonik.
Misalnya, salah satu pengikut Mason Turki yang paling senior, Selami Isindag,
mengarang buku berjudul Masonluktan Esinlenmeler (Inspirasi dari Freemasonry).
Tujuan dari buku ini adalah untuk mendidik pengikut Mason muda. Mengenai kepercayaan
Mason terhadap “Arsitek Agung Alam Semesta”, ia mengungkapkan:
Masonry bukannya tanpa Tuhan. Namun konsep Tuhan mereka berbeda dari yang ada
pada agama. Tuhan Masonry
adalah sebuah prinsip agung. Ia berada pada puncak evolusi.
Dengan mengkritisi keberadaan di dalam diri kita, mengenal diri
kita, dan secara sengaja menempuh jalan sains, kecerdasan, dan kebajikan, kita
dapat mengurangi sudut antara ia dan diri kita. Kemudian, tuhan ini memiliki ciri-ciri baik dan buruk dari manusia. Ia
tidak mewujud sebagai pribadi. Ia
tidak dipandang sebagai tuntunan alam atau umat manusia. Ia adalah arsitek dari karya agung alam
semesta, kesatuan dan keselarasannya. Ia adalah totalitas dari semua makhluk di alam semesta, sebuah kekuatan total yang mencakup
segala sesuatu, dan energi. Walau begitu, tidak dapat dianggap
bahwa ia adalah suatu permulaan… ini sebuah misteri besar. 42
Di buku
yang sama, jelas jika kaum Freemason menyebut tentang “Arsitek Agung Alam
Semesta”, yang dimaksudkan adalah alam, atau, artinya mereka
menyembah alam:
Selain alam, tidak mungkin ada kekuatan yang bertanggung
jawab atas pikiran atau tindakan kita…. Prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin Masonry adalah
fakta-fakta ilmiah yang berdasarkan kepada sains dan kecerdasan. Tuhan adalah evolusi. Unsurnya adalah
kekuatan alam. Jadi realitas absolut adalah evolusi itu sendiri dan energi yang
mencakupnya. 43
Majalah
Mimar Sinan, sebuah organisasi penerbitan khusus bagi kaum Freemason
Turki juga memberikan pernyataan tentang filsafat Masonik yang sama:
Arsitek Agung Alam Semesta adalah kecenderungan menuju
keabadian. Ia adalah jalan masuk ke keabadian. Bagi
kami, ia adalah suatu pendekatan. Ia menuntut pencarian tanpa henti terhadap
kesempur-naan mutlak di keabadian. Ia membuat jarak antara saat sekarang dan
Freemason yang berpikir, atau, kesadaran. 44
Inilah kepercayaan yang dimaksudkan para Mason ketika berujar, "kami
memercayai Tuhan, kami sama sekali tidak menerima ateis di sekitar kami."
Bukannya Tuhan yang disembah para Mason, namun konsep-konsep naturalis dan
humanis semacam alam, evolusi, dan kemanusiaan yang dituhankan oleh filosofi
mereka.
Jika kita sekilas mengamati literatur Masonik, kita dapat mulai melihat
bahwa organisasi ini tidak lebih dari humanisme yang terorganisasi, juga
memahami bahwa sasarannya adalah untuk menciptakan sebuah tatanan humanis
sekuler di seluruh penjuru dunia. Berbagai
gagasan ini lahir di antara kalangan humanis dari Eropa abad keempat belas;
sementara para Mason saat ini masih mengajukan dan membelanya.
HUMANISME MASONIK: PENYEMBAHAN MANUSIA
Berbagai terbitan internal Mason secara rinci menjelaskan filosofi humanis
organisasi ini dan permusuhan mereka terhadap monoteisme. Tak terhitung
banyaknya penjelasan, penafsiran, kutipan, dan alegori yang diajukan tentang
topik ini di dalam terbitan Masonik.
Sebagaimana diungkapkan di awal, humanisme telah memalingkan wajahnya dari
Pencipta umat manusia dan menerima manusia sebagai “bentuk tertinggi dari
keberadaan di alam semesta”. Nyatanya, ini bermakna penyembahan terhadap
manusia. Keyakinan tidak rasionil ini, yang diawali dengan kaum humanis
pengikut Kabbalah di abad keempat belas dan kelima belas, berlanjut hari ini
dengan Masonry modern.
Salah satu humanis paling terkenal dari abad keempat
belas adalah Pico Della Mirandola. Karyanya yang berjudul Conclusiones
philosophicae, cablisticae, et theologicae dihujat oleh Paus Innocent VIII pada
tahun 1489 sebagai mengandung pemikiran-pemikiran bidah. Mirandola menulis
bahwa tidak ada yang lebih tinggi di dunia selain kegemilangan manusia. Gereja
memandang ini sebagai gagasan bidah dan tidak pelak lagi adalah penyembahan
terhadap manusia. Memang, ini merupakan gagasan bidah karena tidak ada sesuatu
pun yang patut dimuliakan selain Allah. Manusia hanyalah ciptaan-Nya.
Dewasa ini, kaum Mason memroklamirkan pemikiran bidah
Mirandola tentang penyembahan manusia secara jauh lebih terbuka. Misalnya, pada
sebuah buku kecil Masonik dikatakan:
Masyarakat-masyarakat primitif dahulu lemah, dan karena
kelemahan ini, mereka menuhankan kekuatan dan fenomena di sekitar mereka. Namun
Masonry menuhankan manusia saja 45
Di dalam The Lost Key of Freemasonry, Manly P. Hall menjelaskan
bahwa doktrin humanis Masonik ini berakar dari Mesir Kuno:
Manusia adalah
tuhan dalam proses penciptaan, dan sebagaimana di dalam mitos-mitos mistik
Mesir, di atas jentera pembuat tembikar, dia dibentuk. Ketika cahayanya bersinar
untuk mengangkat dan melindungi segala sesuatu, dia menerima mahkota rangkap
tiga ketuhanan, dan bergabung dengan rombongan Pemimpin Mason, yang dengan
jubah Biru dan Emas mereka, berupaya untuk menghalau kegelapan malam dengan
cahaya rangkap tiga dari Loge Masonik. 46
Satu-satunya
diri Tuhan yang diterima Freemasonry adalah kemanusiaan sempurna…. Karenanya
kemanusiaan adalah satu-satunya tuhan. 47
Jelaslah bahwa Masonry adalah suatu bentuk agama. Namun, agama di sini tidaklah
Monoteistik; melainkan suatu agama humanis, dan karenanya merupakan agama yang
keliru. Ia
mencakup penyembahan atas manusia, bukan Tuhan. Tulisan-tulisan Masonik
menekankan poin ini. Pada sebuah artikel di majalah Turk Mason (Mason Turki),
disebutkan, “Kita selalu
menyatakan bahwa cita-cita tinggi Masonry terletak pada doktrin 'Humanisme'.”
48
Terbitan
Turki lainnya menerangkan bahwa humanisme adalah sebuah agama:
Sama
sekali bukan upacara kering dari dogma-dogma keagamaan, melainkan sebuah agama
yang murni. Dan humanisme
kita, ke mana arti hidup mengakar, akan memenuhi kerinduan yang tidak disadari
kaum muda. 49
Bagaimana
kaum Mason melayani agama palsu yang mereka percayai ini? Untuk memahaminya,
kita harus mengamati sedikit lebih dekat pada pesan-pesan yang mereka sebarkan
kepada masyarakat.
TEORI MORAL HUMANIS
Dewasa
ini, kaum Masonry di banyak negara sibuk memperkenalkan diri kepada anggota
masyarakat lainnya. Melalui berbagai konferensi pers, situs internet, iklan
koran dan pernyataan, mereka menunjukkan diri sebagai sebuah organisasi yang
semata mengabdikan diri untuk kebaikan masyarakat. Dalam beberapa negara bahkan
terdapat organisasi-organisasi amal yang didukung oleh kaum Mason.
Hal
serupa diutarakan oleh organisasi Rotary dan Lion's Club, yang merupakan versi
“ringan” dari Masonry. Semua organisasi ini bersikeras bahwa mereka bekerja
untuk kebaikan masyarakat.
Tentu saja, bekerja untuk kebaikan masyarakat tidak untuk
diremehkan, dan kami tidak berkeberatan dengannya. Namun, di balik klaim mereka
terdapat sebuah pesan yang memerdaya. Kaum Mason mengklaim bahwa moralitas
dapat terwujud tanpa agama, dan bahwa sebuah dunia yang bermoral dapat dibina
tanpa agama. Pada situs internet milik Mason, kemungkinan “moralitas tanpa
agama” dijelaskan sebagai berikut:
Apakah
manusia itu? Dari mana ia datang dan ke mana ia menuju?... Bagaimana seseorang hidup? Bagaimana ia
seharusnya hidup? Agama-agama mencoba menjawab aneka pertanyaan ini dengan
bantuan prinsip-prinsip moral yang mereka pegang. Namun mereka menghubungkan prinsip-prinsipnya dengan konsep metafisis
seperti Tuhan, surga, neraka, ibadah. Dan manusia harus menemukan
prinsip-prinsip hidupnya tanpa melibatkan masalah-masalah metafisis, yang harus
mereka percayai tanpa pemahaman. Freemasonry telah menyatakan prinsip-prinsip ini selama
berabad-abad sebagai kemerdekaan, kesetaraan, persaudaraan, kecintaan terhadap
kerja dan perdamaian, demokrasi, dan seterusnya. Semua ini membebaskan manusia
sepenuhnya dari berbagai kredo agama namun tetap memberikan sebuah prinsip
hidup. Mereka mencari landasan-landasan mereka tidak pada konsep-konsep metafisis
tetapi di dalam diri seorang manusia dewasa yang hidup di bumi ini. 50
Kaum Mason yang berpikir seperti ini sepenuhnya bertolak belakang
dari manusia yang beriman kepada Tuhan dan beramal saleh untuk menggapai
ridha-Nya. Bagi
mereka, segala sesuatu harus dilakukan semata-mata demi kemanusiaan. Kita dapat
mengamati cara berpikir ini pada sebuah buku terbitan komunitas Turki:
Moralitas Masonik didasarkan atas cinta
terhadap kemanusiaan. Ia sepenuhnya menolak kebajikan karena harapan di masa
depan, suatu ganjaran, suatu pahala, dan surga, karena ketakutan terhadap orang lain,
suatu lembaga agama atau politik, kekuatan supranatural yang tidak diketahui…
Ia hanya mendukung dan memuliakan kebaikan yang berhubungan dengan cinta
terhadap keluarga, negara, umat manusia, dan kemanusiaan. Inilah salah satu
sasaran terpenting dari evolusi Masonik. Mencintai manusia dan berbuat baik
tanpa mengharapkan balasan dan mencapai tingkat ini adalah evolusi besar. 51
Klaim-klaim
pada kutipan di atas sangat menyesatkan. Tanpa disiplin moral agama tidak akan
ada rasa pengorbanan pada masyarakat. Dan, di mana hal ini tampaknya terwujud, hubungan lebih
bersifat permukaan. Mereka yang tidak memiliki rasa moralitas agama tidak takut
ataupun menghormati Tuhan, dan di mana tidak hadir rasa takut akan Tuhan,
manusia hanya memedulikan tujuan-tujuan mereka sendiri. Tatkala manusia merasa
kepentingan pribadinya terancam, mereka tidak dapat menunjukkan cinta sejati,
kesetiaan, ataupun kasih sayang. Mereka menunjukkan cinta dan rasa hormat hanya
terhadap siapa yang membawa keuntungan bagi diri mereka. Hal ini karena,
menurut pemahaman mereka yang keliru, mereka hanya ada di dunia satu kali, dan
karenanya, akan mengambil sebanyak-banyaknya. Lagi pula, menurut keyakinan
keliru ini, tidak ada balasan bagi kecurangan maupun kejahatan yang mereka
lakukan di dunia.
Literatur Masonik penuh dengan upacara moral yang berupaya menutupi fakta
ini. Namun sebenarnya, moralitas
ini tanpa agama tidak lebih dari retorika pura-pura. Sejarah
penuh dengan contoh untuk menunjukkan bahwa, tanpa disiplin diri yang diberikan
agama atas jiwa manusia, dan tanpa hukum tuhan, moralitas sejati tidak dapat
dibangun dengan cara apa pun juga.
Sebuah contoh yang mengguncangkan tentang hal ini adalah revolusi besar
Prancis pada tahun 1789. Kaum Mason, yang menggerakkan revolusi tersebut, maju
dengan slogan-slogan yang meneriakkan cita-cita moral berupa “kemerdekaan,
kesetaraan, dan persaudaraan”. Namun, ratusan ribu orang yang tak bersalah dikirim
ke guillotine, dan negeri berkubang darah. Bahkan para pemimpin revolusi
sendiri tidak dapat melarikan diri dari kekejaman ini, dan dikirim ke
guillotine, satu per satu.
Pada abad kesembilan belas, sosialisme lahir dari gagasan
tentang kemungkinan moralitas tanpa agama, dan membawa malapetaka yang jauh
lebih dahsyat. Sosialisme menurut dugaan menuntut sebuah masyarakat yang sama
rata, adil, tanpa eksploitasi dan, pada akhirnya, mengajukan penghapusan agama.
Namun, pada abad kedua puluh, ia membawa manusia kepada kesengsaraan yang
mengerikan di tempat-tempat seperti Uni Soviet, Blok Timur, China, Indochina,
beberapa negara di Afrika dan Amerika Tengah. Rezim-rezim komunis membunuh tak
terhitung banyaknya manusia; jumlah totalnya mendekati 120 juta jiwa. 52
Apalagi, berlawanan dengan apa yang diklaimkan, keadilan dan kesetaraan tidak
pernah terwujud di rezim komunis mana pun; para pemimpin komunis yang
bertanggung jawab atas negara terdiri dari segolongan kaum elit. (Dalam buku
klasiknya, The New Class, pemikir Yugoslavia Milovan Djilas, menjelaskan bahwa
para pemimpin komunis, yang dikenal sebagai “nomenklatur” membentuk sebuah
“golongan dengan hak-hak istimewa” yang bertentangan dengan klaim-klaim
sosialisme.)
Begitu
pula di masa kini, ketika kita mengamati Masonry itu sendiri, yang
terus-menerus menegaskan cita-citanya tentang “pelayanan masyarakat” dan
“pengorbanan untuk kemanusiaan”, kita tidak menemukan catatan yang terlalu
bersih. Di banyak negara, Masonry telah
menjadi fokus bagi hubungan demi perolehan kebendaan secara buruk. Pada skandal
Loge Masonik P2 di Italia pada tahun 1980, jelaslah bahwa Masonry
menjalin hubungan erat dengan mafia, dan bahwa para direktur “loge” terlibat
dalam aktivitas seperti penyelundupan senjata, perdagangan obat terlarang, atau
pencucian uang. Juga terungkap bahwa mereka merancang penyerangan terhadap saingan-saingan
mereka dan orang-orang yang mengkhianati mereka. Pada “Skandal Loge Timur Raya”
di Prancis pada tahun 1992, dan pada operasi “Tangan Bersih” di Inggris, yang
dilaporkan oleh pers Inggris pada tahun 1995, aktivitas-aktivitas loge Masonik
demi kepentingan keuntungan ilegal menjadi jelas. Gagasan kaum Mason tentang
“moralitas humanis” hanyalah kepura-puraan.
Terjadinya hal semacam itu tak terhindarkan, karena, sebagaimana disebutkan
di awal, moralitas hanya terbina di masyarakat berdisiplin agama. Pada landasan
moralitas tiada arogansi dan egoisme, dan satu-satunya yang dapat mewujudkan
keadaan ini adalah mereka yang menyadari tanggung jawab mereka terhadap Tuhan.
Di dalam Al Quran, setelah Allah menceritakan tentang pengorbanan diri orang
beriman, Dia memerintahkan, “...Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Al Hasyr, 59: 9).
Inilah landasan sejati bagi moralitas.
Di dalam Al Quran surat Al Furqan, ciri moralitas orang mukmin sejati
digambarkan sebagai berikut:
Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
Dan orang yang
melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
Dan
orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal."
Sesungguhnya
Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara
yang demikian.
Dan
orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan orang yang
bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada
Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
Dan
orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS. Al
Furqan, 25: 63-73)
Jadi, tugas utama orang-orang mukmin adalah beribadah kepada Allah dengan
merendah, “untuk tidak berpaling, seakan mereka tuli dan buta tatkala
diingatkan akan tanda-tanda-Nya”. Oleh karena tugas ini, seseorang selamat dari
egoisme, nafsu keduniaan, ambisi, dan keinginan untuk menjadikan dirinya
seperti orang lain. Jenis moralitas yang disebutkan pada ayat-ayat di atas
hanya dapat dicapai dengan cara ini. Karena itulah, di dalam masyarakat tanpa
rasa cinta dan takut akan Tuhan dan keimanan kepada-Nya, tidak ada moralitas.
Karena tidak ada sesuatu pun yang dapat ditentukan secara mutlak, masing-masing
orang menentukan apa yang benar atau salah sesuai dengan nafsunya sendiri.
Sebenarnya, tujuan utama dari filosofi moral humanis-sekuler Masonry
adalah, bukannya untuk membangun sebuah dunia yang bermoral, tetapi membangun
sebuah dunia sekuler. Dengan kata lain, kaum Mason tidak mendukung filosofi
humanisme karena mereka mengakui amat pentingnya moralitas, namun hanya untuk
menyampaikan kepada masyarakat gagasan bahwa agama tidak penting.
SASARAN MASONIK: MEMBANGUN
SEBUAH DUNIA HUMANIS
Filosofi humanis, yang dipandang
tinggi oleh kaum Mason berlandaskan pada penolakan keimanan kepada Tuhan, dan
penyembahan manusia, atau pemujaan ”kemanusiaan” sebagai pengganti-Nya. Namun,
hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah kaum Mason memakai keyakinan ini
untuk diri mereka saja, atau mereka ingin untuk diambil oleh orang lain juga?
Jika kita mengamati tulisan-tulisan Masonik, tampak jelas jawabannya:
tujuan organisasi ini adalah untuk menyebarkan filosofi humanis ke seluruh
penjuru dunia, dan menyingkirkan agama-agama Monoteistik (Islam, Kristen, dan
Yahudi).
Misalnya, dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam
majalah Masonik Mimar Sinan, disebutkan, “Kaum Mason tidak mencari asal usul
pemikiran tentang kejahatan, keadilan, dan kejujuran di
luar dunia fisik, mereka meyakini bahwa hal-hal ini timbul dari
berbagai kondisi dan hubungan sosial seseorang, serta apa yang ia perjuangkan
di dalam hidupnya.” dan ditambahkan, “Masonry
berusaha menyebarluaskan gagasan ini ke seluruh penjuru dunia.”
"53
Selami Isindag, seorang Mason Turki senior, menulis:
Menurut Masonry, untuk
menyelamatkan kemanusiaan dari moralitas supranatural yang berdasarkan
sumber-sumber agamis, perlu dikembangkan moralitas yang
berdasarkan cinta kepada kemanusiaan yang tidak relatif. Di dalam
prinsip-prinsip moral tradisionalnya, Masonry telah memperhitungkan berbagai
kecenderungan organisme manusia, kebutuhan, hati nurani, kebebasannya untuk
berpikir dan berbicara, serta pada akhirnya, semua hal yang terlibat dalam
pembentukan hidup secara alamiah. Oleh karena itu, tujuannya
adalah untuk membentuk dan mendorong berkembangnya moralitas manusia di dalam
semua masyarakat.54
Selami
Isindag, seorang Mason Turki senior, menulis:
Yang
dimaksudkan oleh Pemimpin Mason Isindag dengan “menyelamatkan umat manusia dari
sebuah moralitas yang berdasarkan pada sumber-sumber agamis” adalah pengasingan
semua orang dari agama. Di buku itu juga, Isindag menjelaskan tujuan ini dan
“prinsip-prinsipnya untuk pembentukan sebuah peradaban yang maju”:
Prinsip-prinsip
positif Masonry penting dan cukup untuk pembentukan sebuah peradaban maju.
Prinsip-prinsip itu adalah:
-
Pengakuan bahwa Tuhan yang impersonal (Arsitek Agung Alam Semesta) adalah
evolusi itu sendiri.
-
Penolakan terhadap kepercayaan akan wahyu, kebatinan, dan keyakinan-keyakinan
kosong.
-
Superioritas humanisme rasional dan tenaga kerja.
Pasal
pertama dari ketiga pasal di atas mensyaratkan penolakan terhadap keberadaan
Tuhan. (Kaum Mason tidak beriman kepada Tuhan, melainkan kepada Arsitek Agung
Alam Semesta, dan kutipan di atas menunjukkan bahwa yang mereka maksudkan
dengan istilah ini adalah evolusi.) Pasal kedua menolak wahyu dari Tuhan dan pengetahuan
agama yang dilandaskan kepadanya. (Isindag sendiri menyebutkannya sebagai
“keyakinan-keyakinan kosong”) Sedangkan pasal ketiga memuliakan humanisme dan
konsep humanis tentang “tenaga kerja” (sebagaimana di dalam Komunisme).
Jika kita ingat betapa telah mengakarnya gagasan-gagasan ini di dunia saat
ini, kita dapat memahami pengaruh Masonry atasnya.
Ada hal penting lainnya untuk dicatat: bagaimana Masonry
menggerakkan misinya melawan agama? Jika kita mencermati tulisan-tulisan
Masonik, kita melihat bahwa mereka ingin menghancurkan agama, khususnya pada
tingkat kemasyarakatan, melalui “propaganda” massa. Pemimpin Mason Selami
Isindag memperjelas perihal ini di dalam bagian bukunya ini:
…Bahkan rezim-rezim yang sangat
represif belum berhasil dalam upaya mereka menghancurkan lembaga agama.
Memang, kekasaran metoda politis yang berlebihan, dalam usaha mereka untuk
mencerahkan masyarakat dengan menyelamatkan manusia dari iman dan dogma-dogma
agama, malahan menghasilkan reaksi yang berlawanan: hari ini, tempat-tempat
ibadah yang ingin mereka tutup lebih penuh dari sebelumnya, sementara iman dan
dogma-dogma yang mereka larang malahan semakin banyak pengikutnya. Dalam kuliah
lainnya kita menunjukkan bahwa dalam hal yang menyentuh hati dan emosi seperti
ini, larangan dan paksaan
tidak berpengaruh. Satu-satunya cara untuk membawa manusia dari kegelapan
menuju pencerahan adalah sains positif serta prinsip-prinsip logika dan
kebijaksanaan. Jika dididik
dengan cara ini, seseorang akan menghormati sisi humanis dan positif dari agama
tetapi menyelamatkan diri mereka dari kegagalan berbagai kepercayaan dan
dogmanya.55
Untuk
memahami apa yang dimaksudkan di sini, kita harus menganalisisnya dengan
hati-hati. Isindag menyebutkan bahwa represi atas agama akan membuat
orang-orang religius jauh lebih termotivasi dan akan memperkuat agama. Oleh
karena itu, untuk mencegah agama menguat, Isindag berpendapat seharusnya kaum
Mason menghancurkan agama pada tingkat intelektual. Yang ia maksudkan dengan
“sains positif dan prinsip-prinsip logika dan kebijaksanaan” bukanlah
benar-benar sains, logika, atau kebijaksanaan. Yang ia maksudkan adalah filosofi
materialis humanis semata, yang menggunakan berbagai ungkapan menarik sebagai
kamuflase, seperti halnya dengan Darwinisme. Isindag menegaskan bahwa, tatkala
berbagai pemikiran ini tersebar di tengah masyarakat, “hanya unsur-unsur
humanis di dalam agama yang akan dihormati”, artinya, yang akan tersisa dari
agama hanyalah unsur-unsur yang disetujui oleh filosofi humanis. Dengan kata
lain, mereka hendak menolak kebenaran-kebenaran dasar yang terkandung pada
pondasi agama Monoteistik (Isindag menyebutnya keyakinan-keyakinan dan
dogma-dogma yang gagal). Kebenaran-kebenaran ini adalah berbagai realitas pokok
seperti bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan bertanggung jawab kepada-Nya.
Singkatnya, kaum Mason bermaksud menghancurkan unsur-unsur keimanan
yang merupakan esensi agama. Mereka ingin mereduksi peranan agama sekadar
sebagai unsur kultural yang menyampaikan gagasannya melalui sejumlah pertanyaan
moral yang bersifat umum. Caranya, menurut kaum Mason, adalah dengan memaksakan
ateisme kepada masyarakat di balik kedok sains dan logika. Namun pada akhirnya,
tujuan mereka adalah menyingkirkan agama dari posisinya walau sebagai unsur
kultural belaka, dan membangun sebuah dunia yang sepenuhnya ateis.
Di
dalam artikelnya yang berjudul “Sains Positif - Hambatan Pemikiran dan Masonry”
pada majalah Mason, Isindag berkata:
Sebagai
hasil dari semua ini, saya ingin katakan bahwa tugas humanistik dan Masonik
kita semua adalah untuk tidak berpaling dari sains dan logika, untuk mengakui
bahwa inilah cara terbaik dan satu-satunya menurut evolusi, untuk menyebarkan
keimanan kita ini di tengah masyarakat, dan untuk mendidik manusia di dalam
sains positif. Kata-kata dari Ernest Renan sangat penting: “Jika manusia
dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan logika, kepercayaan-kepercayaan
yang gagal dari agama akan runtuh dengan sendirinya.” Kata-kata
Lessing mendukung pandangan ini, “Jika
manusia dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan logika, suatu hari
agama tidak akan dibutuhkan lagi.” 56
Inilah
sasaran utama Masonry. Mereka ingin menghancurkan agama seluruhnya, dan
membangun sebuah dunia humanis yang berdasarkan pada “kesakralan” manusia.
Tepatnya, mereka ingin mengembangkan sebuah tatanan baru kejahilan, di mana
manusia mengingkari Tuhan yang menciptakannya, dan mempertuhankan dirinya.…
Inilah maksud keberadaan Masonry. Di dalam majalah Masonry bernama Ayna
(Cermin), hal ini disebut “Kuil Pemikiran”:
Kaum
Mason modern telah mengubah tujuan Masonry kuno untuk membangun sebuah kuil
secara fisik menjadi gagasan untuk membangun “Kuil Pemikiran”. Pembangunan sebuah Kuil Pemikiran
mungkin terjadi jika prinsip-prinsip dan kebajikan-kebajikan Masonik terbina
dan orang-orang bijak bertambah di dunia.57
Untuk
mencapai tujuan ini, kaum Mason bekerja tanpa lelah di berbagai negara di
dunia. Organisasi Masonik berpengaruh di banyak universitas, lembaga-lembaga
pendidikan lainnya, media, dunia seni dan pemikiran. Ia tidak pernah berhenti
berupaya menyebarkan filosofi humanisnya dalam masyarakat dan mendiskreditkan
kebenaran tentang iman yang menjadi basis agama. Kita akan cermati selanjutnya
bahwa teori evolusi adalah salah satu sarana propaganda utama Mason.
Lebih-lebih lagi, mereka bermaksud membangun sebuah masyarakat yang tidak
memedulikan sama sekali Tuhan atau agama, tetapi hanya memenuhi kesenangan,
nafsu, dan ambisi duniawi. Jadilah masyarakat ini terbentuk dari orang-orang
yang telah "menjadikan
(Tuhan) sebagai olok-olokan di balik punggung mereka" (QS. Hud, 11: 92), serupa
dengan penduduk kota Madyan yang disebutkan di dalam Al Quran. Dalam budaya
jahiliyah ini tidak ada tempat bagi rasa takut atau cinta
terhadap Tuhan, melakukan perintah-Nya, menyembah-Nya, ataupun pemikiran
tentang Hari Akhirat. Nyatanya, gagasan-gagasan ini dianggap ketinggalan zaman
dan merupakan ciri-ciri orang yang tidak terdidik. Pesan ini diulang-ulang
terus di dalam berbagai film, komik, dan novel.
Dalam upaya penipuan yang besar ini, kaum Mason terus berperan sebagai
pemimpin. Namun, banyak pula kelompok dan perseorangan lain yang terlibat di
dalam kerja serupa. Kaum Mason menerima mereka sebagai “kaum Mason kehormatan”,
dan menganggap mereka sebagai sekutu karena mereka semua adalah satu di dalam
filosofi humanis. Selami Isindag menulis:
Masonry juga menerima fakta ini: Di
dunia luar terdapat orang-orang bijak yang, walaupun mereka bukan kaum Mason,
mendukung ideologi Masonik. Sebabnya adalah karena ideologi ini
secara keseluruhan adalah milik umat manusia dan kemanusiaan. 58
Pertarungan terus-menerus melawan agama ini berlandaskan pada dua argumen
atau pembenaran yang mendasar: filosofi materialis dan teori evolusi Darwin. Maka,
kita akan dapat memahami dengan lebih jelas hal di balik layar dari
pemikiran-pemikiran ini, yang telah memengaruhi dunia semenjak abad kesembilan
belas.
-IV-
Mengkaji Ulang Materialisme
Pada
bab pertama kita telah mengamati rezim Fir'aun di Mesir Kuno dan mendapati
berbagai kesimpulan penting tentang pilar-pilar filosofis penyokongnya.
Ciri-ciri paling menarik dari pemikiran Mesir Kuno, sebagaimana telah
disebutkan, adalah bersifat materialis, yakni, memegang kepercayaan bahwa
materi bersifat kekal dan tidak diciptakan. Dalam buku mereka, The Hiram Key,
Christopher Knight dan Robert Lomas menyebutkan beberapa hal menarik, yang
layak diulangi, tentang masalah ini:
Bangsa Mesir meyakini
bahwa materi selalu ada; bagi mereka tak masuk akal ada suatu tuhan yang
mencipta dari ketiadaan sama sekali. Mereka menganggap dunia bermula ketika
keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak dulu telah ada pertarungan
antara daya pengaturan dan kekacauan…. Keadaan kacau disebut Nun, dan seperti
deskripsi…. bangsa Sumeria…, semuanya gelap, jurang dalam penuh air dan tanpa
matahari dengan sebuah kekuatan, sebuah daya penciptaan di dalamnya yang
memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten ini, yang berada di dalam zat
kekacauan tidak mengetahui bahwa ia ada; ia adalah sebuah probabilitas, sebuah
potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 59
Terdapat
kemiripan yang luar biasa antara mitos Mesir Kuno dan pemikiran kaum materialis
modern. Sebuah alasan tersembunyi bagi fakta yang menarik ini adalah bahwa, ada
sebuah organisasi modern yang telah mengambil kepercayaan Mesir Kuno ini, dan
bermaksud untuk menegakkannya di seluruh penjuru dunia. Organisasi itu adalah
Masonry....
KAUM MASON DAN MESIR
KUNO
Filosofi
materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi
tersebut diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin
Kabbalah. Di lain pihak, sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama,
dan menafsirkan ulang serta melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang
dikenal sebagai “Hermetisisme”.
Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani
bagi dewa Mesir Kuno “Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam Yunani Kuno adalah
versi lain dari filosofi Mesir Kuno.
Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi ini dan tempatnya
di dalam Masonry modern:
Di Mesir Kuno ada suatu masyarakat
keagamaan yang mewariskan sebuah sistem pemikiran dan kepercayaan terhadap
Hermetisisme. Masonry meyakini sesuatu yang serupa dengan ini. Misalnya, mereka yang
telah mencapai tingkat tertentu akan menghadiri upacara-upacara masyarakat itu,
mengungkapkan berbagai pemikiran dan perasaan spiritual mereka, serta melatih
mereka yang ada di tingkat yang lebih rendah. Pythagoras adalah seorang
pengikut Hermetis yang dilatih di antara mereka. Lagi-lagi,
organisasi dan sistem filosofis dari aliran Alexandrian dan Neoplatonisme
berasal usul dari Mesir Kuno serta terdapat sejumlah kemiripan yang signifikan
dengan berbagai ritus Masonik. .60
Isindag
jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul Masonry
dengan menyatakan, “Freemasonry
adalah organisasi sosial dan ritual yang bermula dari Mesir Kuno”. ."61
Banyak lagi sumber-sumber Masonik lain yang berpendapat bahwa asal
usul Masonry bermula dari masyarakat rahasia dari budaya-budaya pagan kuno,
semacam pada Mesir dan Yunani Kuno. Seorang Mason Turki senior, Celil Layiktez,
menyatakan dalam sebuah artikel pada majalah Mimar Sinan, di bawah judul
“Rahasia Masonik: Apa yang Bersifat Rahasia dan Apa yang Tidak?”:
Di dalam peradaban Yunani, Mesir, dan Romawi Kuno terdapat
aliran misteri (école de mysterés) yang bertemu pada konteks suatu ilmu
tertentu, gnosis, atau pengetahuan rahasia. Anggota dari aliran misteri ini diterima hanya
setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai upacara inisiasi. Di
antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal adalah aliran “Osiris” yang
didasarkan pada peristiwa seperti kelahiran, masa muda, pertarungan melawan
kegelapan, kematian dan kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema ini didramatisasi
secara ritual di dalam berbagai upacara yang diselenggarakan oleh pendeta.
Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh lebih efektif
karena partisipasi aktual….
Bertahun-tahun kemudian, ritus-ritus ini
membentuk perkumpulan pertama dari suatu rangkaian persaudaraan yang
diprakarsai dan berkelanjutan di bawah nama Masonry. Persaudaraan semacam ini selalu
menegakkan cita-cita yang sama dan, ketika berada di bawah tindasan, dapat
terus hidup secara rahasia. Mereka mampu bertahan hingga hari ini karena terus-menerus mengubah nama dan bentuk
mereka. Namun mereka tetap setia kepada simbolisme kuno dan karakter khusus
mereka, serta mewariskan cita-cita mereka. Untuk mengantisipasi
kemungkinan bahwa pemikiran mereka yang akan membahayakan kemapanan, mereka
membuat hukum rahasia di antara mereka sendiri. Untuk melindungi diri dari
kemarahan masyarakat, mereka berlindung di dalam Masonry Operatif yang berisi
peraturan-peraturan yang hati-hati. Mereka menanamkan ini dengan berbagai
pemikiran mereka yang selanjutnya memengaruhi pembentukan Masonry Spekulatif
modern yang kita kenal hari ini. 62
Dalam
kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul Masonry, dan
mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri dari
“orang-orang yang jahil”. Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini
sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas bahwa Masonry adalah
representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan
kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang
tertua adalah Mesir; karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry
adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara
tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para Templar.)
Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah salah
satu contoh sistem tanpa tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana
diungkapkan Allah di dalam Al Quran. Mesir kuno adalah pola dasar sejati dari sistem yang
jahat. Banyak ayat yang menceritakan kepada kita tentang para fir'aun yang
memerintah Mesir beserta para pembesarnya, tentang kekejaman,
kesewenang-wenangan, kejahatan, dan perbuatan mereka yang melebihi batas. Lebih
jauh lagi, bangsa Mesir adalah orang-orang ingkar, yang menyetujui sistem para
fir'aun mereka, dan mempercayai dewa-dewa palsu mereka.
Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka berasal usul dari Mesir
Kuno, dan menganggap peradaban tersebut patut dipuji. Sebuah artikel yang
diterbitkan pada Mimar Sinan menyanjung kuil-kuil Mesir Kuno sebagai
"sumber keahlian Masonik":
…Bangsa Mesir
membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis. Menurut legenda Masonik,
kedua kota ini merupakan sumber pengetahuan dan sains, yakni yang disebut kaum
Mason sebagai "Cahaya Agung." Pythagoras, yang
mengunjungi Heliopolis, banyak menyebut-nyebut tentang kuil ini. Kuil Memphis
tempat dia pernah menjalani latihan, memunyai sejarah penting. Di kota Thebes
terdapat sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras,
Plato, dan Cicero diinisiasi ke dalam Masonry di kota-kota ini.63
Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara umum saja. Mereka
mengungkapkan pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang memerintah sistem
yang kejam tersebut. Di dalam artikel lain dari majalah Mimar Sinan
dinyatakan:
Tugas utama fir'aun adalah untuk
menemukan Cahaya. Untuk memuliakan Cahaya Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat…. Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha
membangun Kuil Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun Ehram,
atau Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir Kuno
dibagi atas beberapa tingkat. Tingkatan-tingkatan ini memunyai dua bagian,
kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua, dan tiga; setelah itu
tingkat besar dimulai. 64
Dari
sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum
Masonry adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa
Masonry merupakan perwakilan dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir.
Karakteristik dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al Quran
mengenai penilaiannya terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang
yang fasik." (QS. An-Nahl, 27:12)
Pada
ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:
Dan Fir'aun berseru
kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini
kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah
kamu tidak melihat(nya)?
Bukankah aku lebih baik
dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan
(perkataannya)?
Mengapa tidak
dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia
untuk mengiringkannya."
Maka Fir'aun
memengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena
sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. Az-Zukhruf, 43: 51-54)
SIMBOL-SIMBOL MESIR KUNO DI LOGE MASON
Salah
satu hal paling penting yang menghubungkan Mesir Kuno dengan kaum Mason adalah
simbol-simbol mereka.
Simbol sangat penting dalam Masonry. Kaum Mason
mengungkapkan makna sejati filsafat mereka kepada anggota melalui alegori.
Seorang Mason, yang mendaki tahap demi tahap melalui 33 tingkat hirarki
Masonik, mempelajari makna-makna baru untuk masing-masing simbol pada tiap
tingkatnya. Dengan begini, anggota menuruni anak tangga demi anak tangga menuju
kedalaman filsafat Masonik.
Sebuah artikel dalam majalah Mimar Sinan menjelaskan fungsi dari
simbol-simbol ini:
Kita semua mengetahui bahwa Masonry
mengungkapkan gagasan dan cita-citanya melalui berbagai simbol dan kisah, yakni
alegori. Kisah-kisah ini bermula dari abad-abad awal sejarah. Kita bahkan dapat katakan bahwa kisah-kisah ini merentang jauh ke
legenda-legenda masa prasejarah. Dengan begitu, Masonry menunjukkan panjangnya
usia cita-citanya dan memperoleh sumber simbol-simbol yang kaya. 65
Konsepsi
bangsa Mesir Kuno paling menonjol dari berbagai simbol dan legenda ini, yang
merentang jauh ke abad-abad awal sejarah. Di mana-mana di dalam loge Masonik,
dan seringkali di dalam terbitan-terbitan Masonik, gambar piramid dan sphinx
serta tulisan hiroglif dapat ditemukan. Mengenai sumber-sumber kuno Masonry, di
dalam artikel pada majalah Mimar Sinan, dinyatakan:
Jika kita memilih Mesir Kuno sebagai “yang tertua”, saya kira tidak
salah. Lagipula, fakta bahwa
berbagai upacara, tingkatan, dan filosofi yang ditemukan di Mesir Kuno paling
menyerupai yang terdapat pada Masonry pertama kali menarik
perhatian kita. 66
Sekali
lagi, sebuah artikel di dalam Mimar Sinan bertajuk "Asal Usul dan
Sasaran Sosial Freemasonry" menyebutkan:
Pada
masa Mesir kuno, berbagai upacara inisiasi di kuil Memphis berlangsung lama,
diselenggarakan dengan penuh perhatian dan kemegahan, dan memperlihatkan banyak
kesamaan dengan upacara-upacara Masonik. 67
PIRAMID DI BAWAH MATA
Simbol
Masonik yang paling terkenal ditemukan pada cap Amerika Serikat, juga pada uang
kertas satu dolar. Pada cap ini terdapat setengah piramid dengan mata pada segitiga di
atasnya. Mata di dalam segitiga ini adalah simbol yang senantiasa ditemukan di
loge-loge dan semua terbitan Masonik. Sejumlah besar tulisan yang membahas
Masonry menekankan fakta ini.
Piramid di bawah mata di dalam segitiga relatif sedikit menarik perhatian.
Namun, piramid ini sangat berarti dan mencerahkan untuk memahami filsafat
Masonry. Seorang penulis Amerika, Rober Hieronimus, menulis tesis doktoral
tentang cap AS di mana ia memberikan sejumlah informasi yang sangat penting.
Judul tesis Hieronimus adalah “Analisis Historis tentang Pemeliharaan Cap Agung
Amerika dan Hubungannya dengan Ideologi Psikologi Humanis”. Tesisnya
menunjukkan bahwa para pendiri Amerika, yang semula mengadopsi cap tersebut,
adalah kaum Mason, dan karenanya mendukung filosofi humanis. Hubungan filosofi
ini dengan Mesir Kuno disimbolkan dengan piramid yang ditempatkan di pusat cap
tersebut. Piramid ini adalah representasi Piramid Cheops, kuburan Fir’aun yang
terbesar.68
MAKNA
MASONIK DARI BINTANG SEGIENAM
Simbol
Masonry yang terkenal lainnya adalah bintang segienam, yang terbentuk dengan
meletakkan satu segitiga terbalik di atas segitiga lainnya. Ini juga simbol
tradisional Yahudi, dan sekarang ini muncul pada bendera Israel. Diketahui
bahwa Nabi Sulaiman pertama kali menggunakannya sebagai cap. Oleh karena itu,
bintang segienam adalah cap seorang nabi, sebuah simbol suci.
Namun, kaum Mason memunyai konsepsi yang
berbeda. Mereka tidak menganggap bintang segienam ini sebagai simbol Nabi
Sulaiman, namun sebagai simbol paganisme bangsa Mesir Kuno. Sebuah artikel pada Mimar
Sinan yang bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol di Dalam Ritual Kita”
menceritakan sejumlah fakta menarik tentang hal ini:
Sebuah segitiga sama sisi dengan tiga ujung yang sama jaraknya satu sama
lain menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sama. Simbol yang diadopsi oleh kaum
Mason ini dikenal sebagai Bintang David; simbol ini merupakan sebuah segi enam
yang terbentuk dari peletakan sebuah segitiga sama sisi terbalik di atas
segitiga sama sisi lain. Saat ini simbol ini dikenal sebagai simbol Yahudi dan
muncul pada bendera Israel. Namun
sebenarnya, asal usul simbol ini adalah dari Mesir Kuno…. Emblem
ini pertama kali diciptakan oleh para Ksatria Templar yang mulai mereka gunakan
sebagai simbolisme pada dekorasi dinding di gereja-gereja mereka. Ini karena
merekalah yang pertama kali menemukan di Yerusalem beberapa fakta penting
tentang agama Kristen. Setelah para Templar disingkirkan, emblem ini mulai
digunakan di sinagog-sinagog. Namun
di dalam Masonry, kita tak diragukan lagi menggunakan simbol ini dengan
pengertian universal sebagaimana pada masa Mesir Kuno. Dengan
pengertian ini, kita telah menggabungkan dua kekuatan penting. Jika Anda hapus
dasar dari kedua segitiga sama sisi, Anda akan menemukan simbol aneh yang
sangat Anda kenal. 69
Sebenarnya, kita harus menafsirkan semua simbol
Masonik yang berhubungan dengan Kuil Sulaiman dengan cara ini. Sebagaimana
disebutkan di dalam Al Quran, Sulaiman adalah seorang nabi yang hendak difitnah
oleh sebagian orang dan ditampakkan seakan-akan tidak bertuhan. Di dalam ayat
Al Quran, Allah berfirman:
Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya
syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).... (QS. Al Baqarah,
2:102)
Kaum
Mason mengambil gagasan yang secara keliru dinisbahkan kepada Nabi Sulaiman
ini, dengan menganggapnya sebagai wakil dari kepercayaan pagan Mesir Kuno. Oleh karena itu, mereka
memberinya tempat penting di dalam doktrin mereka. Di dalam buku The Occult
Conspiracy, sejarawan Amerika Michael Howard menyebutkan bahwa, semenjak
Abad Pertengahan, Sulaiman telah dianggap sebagai ahli sihir dan seorang yang
memperkenalkan sejumlah gagasan pagan ke dalam Yahudi.70 Howard menjelaskan bahwa kaum Mason
menganggap Kuil Sulaiman sebagai “kuil pagan”, dan karenanya menjadi penting. 71
Gambaran palsu yang dibuat-buat atas Nabi Sulaiman, seorang abdi
Allah yang saleh dan taat, menunjukkan asal usul sejati Masonry.
TIANG GANDA
Bagian dekor loge Masonik yang sangat diperlukan adalah tiang ganda di
pintu masuk. Kata “Jachin” dan “Boaz” dipahatkan di atasnya, sebagai tiruan
dari dua tiang pada pintu masuk Kuil Sulaiman. Namun sebenarnya, kaum Mason
tidak memperuntukkan tiang-tiang ini sebagai tanda peringatan atas Sulaiman;
melainkan sebagai ungkapan tuduhan jahat mereka terhadapnya. Asal usul
tiang-tiang ini lagi-lagi berasal dari Mesir Kuno. Di dalam sebuah artikel
bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol dalam Ritual Kita”, majalah Mimar Sinan
menyebutkan:
Misalnya, di Mesir, Horus dan Set merupakan arsitek kembar dan penopang
langit. Bahkan begitu juga Bacchus di Thebes. Kedua
tiang di dalam loge kita berasal usul dari Mesir Kuno. Salah satu tiang ini
berada di selatan Mesir, di kota Thebes; yang lainnya berada di
utara Heliopolis. Di pintu masuk kuil Amenta yang dipersembahkan untuk Ptah,
dewa kepala Mesir, disebutkan dua tiang, dinamai kecerdasan dan
kekuatan, yang didirikan di depan gerbang masuk keabadian. 72
TERMINOLOGI MESIR DI LOGE
Pada
buku mereka, The Hiram Key, kedua penulis Masonik Inggris, Christopher
Knight dan Robert Lomas, menujukan perhatian kepada akar Masonry di Mesir Kuno.
Salah satu poin penting yang mereka ungkapkan adalah bahwa kata-kata yang
digunakan di dalam upacara kenaikan tingkat seorang Mason menjadi Imam Mason
adalah:
Ma'at-neb-men-aa,
Ma'at-ba-aa'. 73
Knight
dan Lomas menjelaskan bahwa kata-kata ini seringkali digunakan tanpa memikirkan
artinya. Namun, ini adalah kata-kata Mesir Kuno dan memunyai arti,
Agunglah
Imam Freemansory yang tak dapat dipungkiri, Agunglah jiwa Freemasonry. 74
Kedua penulis tersebut menyatakan bahwa kata "Ma'at"
berarti keahlian membangun tembok, dan bahwa terjemahan terdekatnya adalah
"Masonry". Ini berarti bahwa kaum Mason modern, ribuan tahun
setelahnya, masih melestarikan bahasa Mesir Kuno di loge-loge mereka.
SULING AJAIB MOZART
Salah
satu produk Masonry yang lebih menarik adalah Suling Ajaib (Magic Flute),
sebuah opera karya komposer terkenal, Mozart. Mozart adalah seorang Mason, dan
merupakan sebuah fakta yang diakui bahwa banyak bagian dari operanya mengandung
pesan-pesan Masonik. Yang menarik, pesan-pesan Masonik ini sangat erat berhubungan dengan
paganisme Mesir Kuno. Mimar Sinan menjelaskan hal ini:
Telah diketahui bahwa ada hubungan yang sangat jelas antara Mesir Kuno
dengan upacara-upacara ritual Masonik. Meskipun begitu banyak orang yang
mencoba menginterpretasikan Suling Ajaib sebagai "cerita tentang
Timur Jauh", pada pondasinya terdapat ritual-ritual Mesir. Para dewa dan
dewi dari kuil-kuil Mesirlah yang memengaruhi penciptaan karakter pada Suling
Ajaib. 75
Simbol
penting Masonry lainnya adalah wujud yang pernah menjadi unsur penting dalam
arsitektur Mesir — obelisk. Obelisk adalah sebuah menara tinggi, tegak lurus
dengan piramid sebagai puncaknya. Obelisk dipahat dengan hiroglif Mesir Kuno,
dan terkubur selama berabad-abad di bawah tanah sampai ditemukan di abad
kesembilan belas, dan dipindahkan ke kota-kota di Barat seperti New York,
London, dan Paris. Obelisk terbesar dikirimkan ke AS. Pengiriman ini diatur
oleh kaum Mason. Ini karena obelisk, sebagaimana huruf-huruf Mesir Kuno yang
terpahat padanya, diklaim oleh kaum Mason benar-benar sebagai simbol-simbol
mereka sendiri. Mimar Sinan menegaskan tentang obelisk setinggi 21 meter di New York sebagai berikut :
Contoh yang paling mengejutkan tentang penggunaan simbolik arsitektur
adalah monumen yang disebut Jarum
Cleopatra, diberikan kepada AS sebagai hadiah di tahun 1878 oleh
Gubernur Mesir, Ismail. Monumen ini sekarang berada di Central Park. Permukaannya penuh dengan
lambang-lambang Masonik. Monumen ini aslinya didirikan pada abad
ke-16 SM di pintu masuk
ke kuil dewa Matahari, sebuah pusat inisiasi di Heliopolis. 76
LEGENDA TENTANG ISIS — SANG JANDA
Ide simbolis penting di dalam Masonry adalah ide tentang sang janda. Kaum
Mason menyebut diri mereka anak-anak sang janda, dan gambar-gambar janda muncul
di berbagai publikasi mereka. Apakah asal usul gagasan ini? Siapakah janda ini?
Jika kita mengkaji sumber-sumber Masonik, kita menemukan
bahwa simbol sang janda asalnya diturunkan dari legenda Mesir. Legenda ini
adalah salah satu mitos Mesir Kuno yang paling penting — kisah Osiris dan Isis.
Osiris adalah dewa kesuburan dan Isis adalah istrinya. Menurut legenda
tersebut, Osiris adalah korban kejahatan nafsu yang menyebabkan Isis menjadi
janda. Maka, janda Masonik adalah Isis. Sebuah artikel pada Mimar Sinan
menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:
Legenda Osiris-Isis adalah topik dari banyak artikel dan ceramah serta
merupakan mitos Mesir Kuno yang terdekat dengan Masonry. Ujian untuk menjadi pendeta kuil
Isis adalah inisiasi Masonik itu sendiri. Akan membosankan jika harus
mengulanginya. Di sana, cahaya adalah salah satu unsur terpenting; agar
terkubur di dalam kegelapan Timur, matahari pagi mulai turun di sore hari dan
menggantikan tugas Osiris setiap hari, sebagaimana Horus yang dengan lebih cemerlang
menggantikan tempat ayahnya yang terbunuh. Maka, “janda”
yang anak-anaknya adalah kita tak lain dari janda Osiris, Isis.77
Tampaklah
bahwa Masonry, yang menggambarkan dirinya sebagai berdiri di atas logika dan
sains, sebenarnya adalah sebuah doktrin mitologis yang penuh dengan kepercayaan
takhyul.
Di
antara simbol Masonry yang paling dikenal adalah sebuah jangka yang menangkupi
siku-siku. Jika kaum Mason ditanya, mereka menjelaskan bahwa simbol ini
mewakili konsep sains, keteraturan geometrik dan pemikiran rasional. Namun,
jangka dan siku-siku tersebut sebenarnya memunyai makna yang sangat berbeda.
Kita
dapat memahami dari sebuah buku yang ditulis oleh salah seorang Mason terbesar
sepanjang masa. Di dalam bukunya Morals and Dogmas, Albert Pike menulis
sebagai berikut tentang jangka dan siku-siku:
Siku-siku…
adalah suatu simbol yang alamiah dan tepat dari bumi ini…. Figur hemaproditik
adalah simbol dari alam ganda yang sejak dahulu diberikan kepada Dewa,
sebagaimana Pembangkit dan Penghasil, sebagaimana Brahma dan Maya bagi bangsa
Arya, Osiris dan Isis bagi bangsa Mesir. Sebagaimana Matahari adalah pria, maka
Bulan adalah wanita. 78
Ini
berarti bahwa jangka dan siku-siku, simbol Masonry yang paling terkenal, adalah
sebuah simbol dari paganisme Arya dan berawal sejak zaman Mesir Kuno atau
sebelum kedatangan agama Kristen. Bulan dan matahari pada bagian yang dikutip
dari Pike, merupakan simbol-simbol penting pada loge Masonik,
dan tak lain daripada sebuah refleksi keyakinan keliru masyarakat pagan kuno
yang menyembah bulan dan matahari itu.
FILOSOFI PAGAN MASONRY
Sejauh
ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu doktrin
pagan yang merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna sejati
dari konsep-konsep dan simbol-simbolnya tersembunyi. Oleh sebab inilah, Masonry
bertentangan dengan agama-agama Monoteistik. Masonry adalah humanis,
materialis, dan evolusionis. Sejarawan Amerika Michael Howard menguraikan rahasia
ini yang hanya diungkapkan sepenuhnya kepada kaum Mason dari tingkat tertinggi.
Mengapa orang Kristen seharusnya sangat kritis terhadap Freemasonry…? …
Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada “rahasia-rahasia” Freemasonry.
Kalaupun rahasia-rahasia ini terbuka bagi masyarakat umum, diragukan apakah
makna-maknanya akan dimengerti oleh mereka yang tidak benar-benar mengetahui
berbagai doktrin klenik dan agama kuno. Nyatanya, diragukan jika banyak dari
anggota loge biasa memahami apa yang diwakili rahasiara-hasianya. Di kalangan
dalam Masonry, di antara mereka yang telah mencapai tingkat inisiasi yang lebih
tinggi, terdapat para Mason yang memahami bahwa mereka
adalah pewaris dari suatu tradisi kuno dan pra-Kristen yang diteruskan dari
masa pagan. 79
Jika kita mengamati tulisan-tulisan dari Masonry Turki, kita
memahami bahwa tingkat tertinggi memiliki pengetahuan yang mereka jaga tetap
tersembunyi dari saudara-saudara lain. Imam Mason Necdet Egeran menjelaskan apa pendapat para
Mason tingkat tinggi tentang hal ini:
Sebagian Mason bahkan memahami bahwa Masonry hanya sebagai sebentuk
setengah agama, setengah lembaga persaudaraan amal di mana mereka dapat membina
hubungan sosial yang menyenangkan dan memperlakukannya sesuai dengan itu. Yang
lainnya menganggap bahwa tujuan Masonry hanyalah untuk membuat orang baik
menjadi lebih baik. Masih ada lainnya yang menganggap bahwa Masonry adalah
tempat untuk membangun karakter. Pendeknya, mereka yang tidak mengetahui
bagaimana membaca atau menulis bahasa keramat Masonry memahami bahwa makna dari
berbagai simbol dan alegorinya seperti itu atau yang serupa. Tetapi bagi sebagian kecil kaum Mason
yang mampu masuk lebih dalam, Masonry dan sasaran-sasarannya sangat berbeda.
Masonry berarti sebuah pengetahuan yang ditampakkan, suatu inisiasi dan sebuah
awal. Ini berarti meninggalkan cara hidup lama dan memasuki yang baru dan
lebih-lebih lagi, lebih mulia…. Di
balik simbolisme dasar dan utama dari Masonry terdapat serangkaian pengungkapan
rahasia yang membantu kita memasuki kehidupan dalam yang lebih tinggi dan
mempelajari rahasia-rahasia keberadaan kita. Maka, pada kehidupan
bagian dalam dan pintu masuknya inilah dimungkinkan untuk mencapai Pencerahan
Masonry. Setelah itulah menjadi mungkin untuk mempelajari karakter dan kondisi
dari kemajuan dan evolusi. 80
Kutipan
ini menggarisbawahi bahwa walaupun sebagian kecil kaum Mason tingkat rendah
menganggap Masonry sebagai suatu organisasi amal dan sosial, namun Masonry
sebenarnya menyangkut rahasia keberadaan manusia. Artinya, tampilan luar
Masonry sebagai organisasi amal atau sosial sebenarnya adalah penyamaran untuk
menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam kenyataannya, Masonry adalah
sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara sistematik
kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya.
Sebagaimana
telah dikemukakan di awal, unsur fundamental filosofi ini, yang telah
berkembang menjadi Masonry dari budaya pagan, khususnya dari Mesir Kuno, adalah
materialisme.
MATERIALISME DI DALAM
SUMBER-SUMBER MASONIK
I. KEYAKINAN AKAN MATERI ABSOLUT
Kaum Mason masa kini, sebagaimana para fir’aun, pendeta, dan kelas-kelas
lain dari Mesir Kuno, memercayai bahwa materi kekal dan tidak diciptakan, dan
bahwa dari materi tak berjiwa ini makhluk hidup dapat muncul secara kebetulan.
Di dalam tulisan-tulisan Masonik kita dapat membaca penjelasan
terperinci dari unsur-unsur dasar filosofi materialis.
Di dalam bukunya, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirasi dari Freemasonry),
Imam Mason Selami Isindag menulis tentang filosofi materialis Masonry yang
sebenarnya:
Seluruh angkasa, atmosfer, bintang-bintang, alam, seluruh makhluk hidup dan
tak hidup tersusun dari atom-atom. Manusia tidak lebih dari kumpulan atom-atom
yang terbentuk secara spontan. Keseimbangan pada arus listrik di antara
atom-atom memastikan kelangsungan hidup makhluk hidup. Ketika keseimbangan ini
rusak (bukan listrik di dalam atom itu), kita mati, kembali ke bumi dan
mengurai menjadi atom-atom. Artinya,
kita berasal dari materi dan energi, dan kita akan kembali menjadi materi dan
energi. Tumbuhan memanfaatkan atom-atom kita, dan semua makhluk
hidup termasuk kita memanfaatkan tumbuhan. Segala sesuatu terbuat dari zat yang
sama. Namun karena otak kita mengalami
evolusi tertinggi dibandingkan semua hewan, muncullah kesadaran.
Jika kita amati hasil-hasil psikologi eksperimental, kita melihat bahwa
pengalaman psikis tiga sisi dari emosi-pikiran-kemauan adalah hasil dari
sel-sel lapisan luar otak dan hormon-hormon yang berfungsi seimbang…. Sains positif memercayai bahwa tidak ada
yang menjadi ada dari ketiadaan, dan tidak ada yang akan musnah. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak perlu bersyukur atau menurut kepada kekuatan
apa pun. Alam semesta adalah sebuah totalitas energi tanpa awal dan akhir.
Segala sesuatu lahir dari totalitas energi ini, berevolusi dan mati, tetapi
tidak pernah benar-benar sirna. Benda-benda berubah dan
bertransformasi. Sama sekali tidak ada hal-hal semacam kematian atau
kehilangan, yang ada ialah perubahan yang terus-menerus, transformasi dan
formasi. Namun mustahil menjelaskan pertanyaan besar dan rahasia universal ini
dengan hukum-hukum ilmiah. Walau demikian penjelasan ekstra-ilmiah adalah
deskripsi khayalan, dogma dan kepercayaan yang sia-sia. Menurut
sains dan logika positivis, tidak ada jiwa di luar tubuh.81
Anda
akan menemukan pandangan-pandangan yang identik dengan kutipan di atas pada
buku-buku pemikir materialis seperti K. Marx, F. Engels, V.I. Lenin, G.
Politzer, C. Sagan, dan J. Monod. Mereka semua memercayai mitos utama materialis bahwa alam
semesta selalu ada, materi adalah satu entitas keberadaan yang mutlak, materi
berevolusi di dalam dan di luar dirinya, dan kehidupan muncul sebagai hasil
dari perubahan. Tepat sekali penggunaan istilah mitos di sini karena,
berlawanan dengan klaim Isindag bahwa “proses-proses ini adalah hasil dari
sains dan logika positif”, semua pandangan ini telah digugurkan oleh
penemuan-penemuan ilmiah di paro kedua abad kedua puluh. Misalnya, teori Big
Bang yang telah diterima di kalangan ilmiah menunjukkan bahwa
alam semesta diciptakan dari ketiadaan jutaan tahun yang lalu. Hukum
Termodinamika menunjukkan bahwa materi tidak memunyai kemampuan untuk
mengorganisasi dirinya sendiri, sehingga keseimbangan dan keteraturan di alam
semesta adalah hasil dari suatu penciptaan sadar. Dengan menunjukkan desain
luar biasa pada makhluk hidup, biologi membuktikan keberadaan sang Pencipta
yang menciptakan kesemuanya. (Untuk perincian, lihat karya Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme yang Terbantahkan, Keruntuhan
Teori Evolusi)
Di dalam artikel ini, Isindag selanjutnya menjelaskan bahwa pada
kenyataannya kaum Mason adalah materialis dan karenanya, ateis; juga bahwa
mereka menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta” dengan merujuk kepada
evolusi materi:
Saya ingin menyinggung secara amat singkat beberapa prinsip, pemikiran yang
diadopsi oleh kaum Mason: Menurut Masonry, kehidupan bermula dari sebuah sel
tunggal, berubah, bertransformasi dan berevolusi menjadi manusia. Sifat,
penyebab, tujuan, atau kondisi dari permulaan ini tidak diketahui. Kehidupan datang dari kombinasi materi
dan energi dan kembali kepadanya. Jika kita menerima sang Arsitek Agung Alam
Semesta sebagai suatu prinsip yang luhur, suatu horison kebaikan dan keindahan,
puncak dari evolusi, tahapan tertinggi dan idealnya yang dituju oleh kerja
keras manusia, dan jika kita tidak membuatnya sesuai ukuran
tertentu, kita mungkin terselamatkan dari dogmatisme. 82
Sebagaimana
kita pahami, filosofi Masonik memunyai salah satu prinsip paling dasar bahwa
segala sesuatu berasal dari materi dan kembali kepada materi. Segi menarik dari
pandangan ini adalah bahwa kaum Mason tidak menganggap filosofi ini khusus bagi
diri mereka saja, mereka ingin menyebarkan pemikiran ini kepada keseluruhan
masyarakat. Isindag melanjutkan:
Seorang
Mason yang terlatih dengan prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin ini menerima
tugas untuk mendidik masyarakat… dan
untuk memajukan mereka dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains
positif kepada mereka. Dengan begitu, Masonry disampaikan kepada
masyarakat. Ia bekerja
atas nama masyarakat tanpa menghiraukan masyarakat. 83
Kata-kata
ini menunjukkan dua aspek peran Masonry yang dirasakan di masyarakat;
1. Di
balik samaran sains positif dan logika, Masonry berusaha memaksakan filosofi
materialis yang dipercayainya (yakni, mitos Mesir Kuno) kepada masyarakat.
2.
Mereka bermaksud melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat. Artinya, walaupun
suatu masyarakat memercayai Tuhan dan tidak berminat menerima filosofi
materialis, Masonry akan berkeras dengan upaya mengubah pandangan masyarakat
tanpa persetujuan mereka.
Ada hal
penting lainnya yang harus diperhatikan di sini: terminologi yang digunakan
kaum Mason kerap memerdaya. Di dalam tulisan-tulisan mereka, terutama yang
ditujukan kepada masyarakat selebihnya, bahasa yang mereka gunakan dirancang
untuk menunjukkan bahwa filosofi mereka tidak berbahaya, cerdas, dan toleran.
Contohnya dapat dilihat pada kutipan di atas, di dalam gagasan “memajukan
masyarakat dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains positif”.
Nyatanya, filosofi Masonik tidak ada hubungannya dengan “sains dan logika”; ia
adalah sebuah mitos kuno yang terbang di depan wajah sains. Tujuan Masonry bukanlah
untuk memajukan masyarakat; namun untuk memaksakan filosofi mereka kepada
masyarakat. Ketika mereka menyatakan bahwa mereka bertekad untuk melakukan ini
tanpa menghiraukan masyarakat, kita saksikan bahwa mereka tidaklah toleran,
namun berpandangan totaliter.
RUH DAN AKHIRAT
Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum Mason tidak menerima
keberadaan roh manusia dan menolak sepenuhnya gagasan tentang hari akhirat.
Walau demikian, tulisan-tulisan Masonik terkadang menyebut tentang mereka yang
meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau ungkapan spiritual sejenisnya.
Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak, karena semua
rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah simbolik. Mimar Sinan
menyinggung topik ini di dalam sebuah artikel bertajuk, “Setelah Kematian
menurut Masonry”:
Di dalam mitos Master Hiram, kaum Mason meyakini kebangkitan setelah mati
secara simbolik. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa kebenaran selalu menang atas
kematian dan kegelapan. Masonry
tidak menganggap penting keberadaan roh yang berada di luar jasad. Di dalam
Masonry, kebangkitan setelah kematian adalah dengan meninggalkan karya
spiritual dan material sebagai warisan kepada umat manusia.
Inilah yang mengekalkan manusia. Barang siapa yang tidak mampu mengabadikan
nama di kehidupan manusia yang jelas-jelas singkat ini adalah orang yang gagal.
Kita menganggap barang siapa yang telah mengabadikan nama sebagai mereka yang
telah mengerahkan segenap daya upayanya, baik bagi orang-orang sezamannya
maupun generasi setelah mereka, untuk memberi kebahagiaan dan memastikan sebuah
dunia yang lebih ramah bagi manusia. Tujuan mereka adalah untuk memuliakan
gerak hati yang ramah yang memengaruhi kehidupan manusia.… Manusia yang telah
berupaya selama berabad-abad untuk memperoleh kekekalan dapat mencapainya
dengan karya yang ia lakukan, pelayanan yang ia berikan, serta pemikiran yang ia hasilkan; dan ini akan memberi arti pada kehidupannya.
Seperti dijelaskan oleh Tolstoy, “Surga akan tercipta di dunia ini dan manusia
akan mencapai kebajikan tertinggi yang dapat diraih” 84
Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis:
HAKIKAT SEGALA SESUATU: Masonry memahami ini sebagai energi dan materi.
Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap demi tahap dan akan kembali
kepada materi: Secara ilmiah, ini didefinisikan sebagai kematian. Mistisisme
tentang hal ini, yaitu kepercayaan tentang kedua daya yang membentuk manusia —
roh dan jasad — bahwa tubuh
akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh itu berpindah ke alam roh, meneruskan
keberadaan mereka di situ dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak,
tidak sesuai dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry.
Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini: “Setelah kematian, satu-satunya hal yang
tersisa dari Anda, dan tidak mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan
apa yang telah Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara
berpikir filosofis yang didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan
logika. Keyakinan religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali
setelah mati tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry telah mengambil
prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan positif. Maka,
dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara berpikir dan penjelasan
yang berbeda dari agama. 85
Mengingkari
kebangkitan setelah mati dan mencari kekekalan dengan warisan duniawi…. Bahkan
jika kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan bersesuaian dengan sains modern,
nyatanya ia tak lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak bertuhan
sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran menyebutkan tentang orang-orang yang tak
bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan indah dengan maksud supaya
kekal.” Hud (’alaihi salam), salah seorang nabi di masa silam, memperingatkan
kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan ini, sebagaimana ayat-ayat berikut:
Ketika saudara
mereka Hud berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
Sesungguhnya
aku adalah seorang rasul kepercayaan kepadamu,
Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Dan
sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Apakah kamu
mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main,
dan kamu
membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal?
Dan apabila
kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis.
Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. Asy-Syu'araa, 26:
124-131)
Kesalahan yang dilakukan kaum tak bertuhan ini bukanlah mendirikan
gedung-gedung indah. Umat muslim juga memandang seni sebagai sesuatu yang
penting; dengan membuatnya, mereka mencoba memperindah dunia. Perbedaannya
terletak pada niat. Seorang muslim yang tertarik akan seni sejauh itu
mengekspresikan keindahan dan gagasan estetik yang telah diberikan Allah kepada
manusia. Orang-orang yang tak bertuhan keliru dengan menganggap seni sebagai
sebuah jalan menuju kekekalan.
KEGANJILAN ILMIAH DARI PENGINGKARAN JIWA
Penolakan kaum Mason atas keberadaan roh, dan klaim mereka bahwa kesadaran
manusia tersusun dari materi, tidak bersesuaian dengan sains. Sebaliknya,
penemuan-penemuan ilmiah modern menunjukkan bahwa kesadaran manusia tidak dapat
direduksi menjadi materi, dan bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dengan
syarat-syarat fungsi otak.
Pengamatan atas literatur yang relevan menunjukkan bahwa
para ilmuwan tidak mencapai kesimpulan apa pun sebagai hasil upaya mereka, yang
didorong oleh keyakinan materialis, untuk mereduksi kesadaran menjadi otak, dan
banyak yang akhirnya menyerah. Saat ini, banyak peneliti yang berpendapat bahwa
kesadaran manusia datang dari sebuah sumber yang tak diketahui di luar
neuron-neuron di dalam otak dan molekul-molekul serta atom-atom yang membentuk
mereka.
Setelah kajian bertahun-tahun, salah seorang peneliti, Wilder Penfield,
mencapai kesimpulan bahwa keberadaan ruh adalah fakta yang tak terbantahkan:
Setelah bertahun-tahun berupaya keras untuk menjelaskan pikiran berbasiskan
kegiatan otak saja, saya mencapai kesimpulan bahwa lebih sederhana (dan jauh
lebih mudah menjadi logis) jika kita mengambil hipotesis bahwa keberadaan kita
memang meliputi dua unsur fundamental (otak dan pikiran [atau jiwa]).… Karena
tampaknya pasti bahwa untuk menjelaskan pikiran dengan basis kegiatan neuron di
dalam otak akan selalu sangat mustahil…. Saya
terpaksa memilih dalil bahwa keberadaan kita akan terjelaskan atas landasan dua
unsur fundamental. [otak dan pikiran, atau tubuh dan jiwa] 86
Yang membawa para ilmuwan kepada kesimpulan ini adalah
fakta bahwa kesadaran tidak akan pernah dapat dijelaskan dengan
ketentuan-ketentuan berbagai faktor materi belaka. Otak manusia bagaikan sebuah
komputer yang luar biasa, tempat informasi dari pancaindera kita dikumpulkan
dan diproses. Namun, komputer ini tidak memunyai perasaan “diri”; ia tidak
dapat memahami, merasa, atau berpikir tentang sensasi yang diterimanya. Ahli
fisika Inggris terkemuka, Roger Penrose, di dalam bukunya The Emperor's New
Mind, menuliskan:
Apa yang memberikan seseorang identitas pribadinya?
Apakah, hingga batas tertentu, atom-atom
yang menyusun tubuhnya? Apakah identitasnya tergantung pada
pilihan tertentu elektron, proton, dan partikel lainnya yang menyusun atom itu?
Setidaknya ada dua alasan mengapa hal ini tidak mungkin. Pertama, terjadi
pergantian yang terus-menerus pada material tubuh setiap manusia yang hidup.
Ini terjadi terutama pada sel-sel pada otak seseorang, walaupun faktanya tidak
ada sel-sel otak yang benar-benar baru yang diproduksi setelah lahir.
Kebanyakan atom di dalam masing-masing sel hidup (termasuk setiap sel otak) dan
tentu saja sebenarnya, keseluruhan material tubuh kita telah berganti berulang
kali sejak lahir. Alasan kedua datang dari fisika kuantum…. Jika elektron dari
otak seseorang dipertukarkan dengan elektron dari batu bata, maka keadaan
sistem akan tepat sama keadaannya dengan sebelumnya, tidak sekadar tak dapat
dibedakan! Hal serupa berlaku bagi proton dan jenis partikel apa saja, dan
untuk keseluruhan atom, molekul, dan seterusnya. Jika keseluruhan kandungan material
seseorang dipertukarkan dengan partikel yang sepadan pada batu bata rumahnya,
maka dalam pengertian yang kuat, tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi.
87
Penrose
jelas-jelas mengatakan bahwa jika semua atom manusia dipertukarkan dengan atom
batu bata, kualitas yang membuat seseorang manusia berkesadaran akan tetap sama.
Atau kita dapat balikkan. Jika kita pertukarkan partikel-partikel atom di otak
dengan atom di batu bata, tidaklah batu bata itu akan memiliki kesadaran.
Singkatnya,
yang membuat seseorang menjadi manusia bukanlah sifat material; namun sifat
spiritual, dan jelaslah bahwa sumbernya adalah suatu entitas yang berada di
luar materi. Pada kesimpulan bukunya, Penrose berkomentar:
Kesadaran bagi saya merupakan suatu fenomena penting yang tak dapat saya
percayai begitu saja sebagai sesuatu yang “secara kebetulan” muncul dengan
perhitungan yang rumit. Ini adalah fenomena untuk mengetahui keberadaan alam
semesta itu sendiri. 88
Lalu
apa pendirian materialisme di bawah sorotan berbagai temuan ini? Bagaimana
mungkin kaum materialis mengklaim bahwa manusia tersusun semata dari materi,
dan bahwa seorang manusia dengan kecerdasan, perasaan, pemikiran, ingatan, dan
indera, dapat muncul melalui komposisi kebetulan dari atom-atom yang tidak
hidup dan tanpa kesadaran? Bagaimana mereka dapat berpikir bahwa proses
sedemikian itu mungkin terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan
ini penting bagi semua materialis. Namun, berbagai tulisan Masonik dengan
topik-topik ini berisi gagasan-gagasan yang jauh lebih aneh dari apa yang
ditemukan pada tulisan kaum materialis. Jika kita amati berbagai tulisan ini,
kita melihat dengan jelas bahwa di balik filosofi materialis terdapat
“penyembahan materi”.
MATERIALISME MASONIK: PENUHANAN MATERI
Perlu
dipahami dengan jelas apa itu filosofi materialis: Pendukung filosofi ini
memercayai bahwa adanya keteraturan dan keseimbangan luar biasa di alam
semesta, serta jutaan spesies makhluk hidup di dunia, termasuk manusia,
semata-mata disebabkan oleh aktivitas atom-atom pembentuk materi. Dengan kata
lain, mereka memercayai atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran sebagai
pencipta.
Betapa
modern pun tampaknya, pada kenyataannya gagasan ini adalah pembangkitan kembali
kepercayaan yang telah ada sejak abad-abad awal sejarah: Keberhalaan.
Orang-orang yang menyembah berhala percaya bahwa patung-patung dan totem-totem
yang mereka sembah memunyai roh dan kekuatan. Dengan kata lain, mereka
menyifatkan kesadaran dan kekuatan yang besar kepada materi yang tidak hidup
dan tanpa kesadaran. Tentu saja, ini benar-benar tidak masuk akal. Di dalam Al Quran, Allah
menyebutkan irasionalitas paganisme ini. Di dalam kisah para Nabi, lancungnya
kepercayaan pagan ditekankan secara khusus. Misalnya, Ibrahim bertanya kepada
ayahnya, “Ayah, mengapa
engkau menyembah apa yang tidak dapat mendengar atau melihat dan tidak memberi
manfaat apa-apa bagimu?” (QS. Maryam, 19: 42)
Jelaslah bahwa memberikan sifat ketuhanan kepada materi yang tidak bernyawa,
yang tidak dapat mendengar ataupun melihat, “tidak memberi manfaat apa-apa bagi
siapa pun”, dan tidak punya kekuatan, nyata-nyata sangat bodoh.
Kaum materialis adalah contoh modern dari penyembah
berhala. Mereka tidak menyembah patung dan totem yang terbuat dari kayu dan
batu, namun memercayai gagasan bahwa materi membentuk, tidak hanya ini, tetapi
semua benda, dan menganggap bahwa materi ini memunyai kekuatan, kecerdasan, dan
pengetahuan yang tidak terbatas. Tulisan-tulisan Masonik menyebutkan beberapa
hal menarik tentang ini, yang merupakan esensi materialisme. Sebuah artikel di
majalah Mimar Sinan menyatakan:
Agar objek material mewujud, atom-atom berkumpul dalam susunan tertentu. Kekuatan yang menyebabkan organisasi ini
adalah roh yang dimiliki setiap atom. Karena setiap roh memiliki
kesadaran, setiap benda yang tercipta memiliki kesadaran yang cerdas. Dan
setiap benda yang tercipta memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama. Manusia,
hewan, bakteri, dan molekul semuanya memiliki kecerdasan pada tingkat yang
sama. 89
Kita
memperhatikan di sini adanya klaim bahwa setiap atom memiliki kecerdasan dan
kesadaran. Para penulis Masonik yang membuat klaim ini mengajukan bahwa segala
sesuatu memiliki kesadaran karena atom-atom memilikinya dan karena ia menolak
keberadaan roh manusia, dia menganggap manusia sebagai massa atom-atom, sama
seperti hewan atau molekul-molekul yang tidak hidup.
Namun,
inilah faktanya: materi tidak hidup (atom-atom) tidak memunyai roh, kesadaran,
ataupun kecerdasan. Inilah fakta yang dibuktikan kepada kita oleh pengamatan dan percobaan.
Hanya makhluk hidup yang memiliki kesadaran, yang merupakan hasil dari “jiwa”
yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Dari semua makhluk hidup, manusia
dianugerahi tingkat kesadaran tertinggi karena mereka memiliki roh yang unik
yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Dengan kata lain, kesadaran tidak ditemukan pada materi tidak hidup,
sebagaimana dipercayai kaum Mason, namun pada makhluk yang berjiwa. Namun,
untuk menolak keberadaan Tuhan, kaum Mason mengambil kepercayaan bodoh yang
menyifatkan “roh” kepada atom-atom.
Kepercayaan materialis yang didukung oleh kaum Mason ini
adalah tampilan baru dari kepercayaan pagan bernama “animisme”, yang menganggap
setiap material di alam (batu, gunung, angin, air, dan sebagainya) memiliki
jiwa dan kesadarannya sendiri. Filosof Yunani Aristoteles menggabungkan
kepercayaan ini dengan materialisme (kepercayaan bahwa materi tidak diciptakan
dan merupakan satu-satunya bentuk absolut). Bahkan saat ini, penyifatan
kesadaran kepada benda tak bernyawa — karena merupakan esensi dari materialisme
— telah menjadi sebentuk paganisme kontemporer.
Tulisan-tulisan Masonik penuh dengan penuturan menarik tentang kepercayaan
ini. Sebuah artikel pada Mimar Sinan bertajuk “Jalan Kebenaran”
menyatakan:
Jika kita menerima hirarki animis bahwa
roh ada di dalam atom, bahwa molekul mengarahkan roh di dalam atom, bahwa sel
mengarahkan roh di dalam molekul, bahwa organ mengarahkan roh di dalam sel,
bukankah roh utama yang mengarahkan keseluruhan tubuh merupakan tuhan dari
roh-roh yang lebih kecil ini? 90
Doktrin palsu dan primitif ini membuat kaum Mason percaya bahwa
keseimbangan dan keteraturan di alam semesta dipengaruhi oleh materi tak
bernyawa. Lagi,
di Mimar Sinan, sebuah artikel muncul tentang perkembangan geologis
dunia. Dinyatakan:
Kehancuran permukaan ini terjadi begitu halusnya sehingga kita dapat
katakan bahwa keadaan
kehidupan sekarang ini tercapai sebagai hasil dari kecerdasan tersembunyi pada
magma. Jika tidak demikian, air tidak akan berkumpul di cekungan
dan bumi akan sepenuhnya ditutupi air. 91
Artikel
lain di majalah Mimar Sinan mengklaim bahwa sel-sel hidup pertama, dan
sel-sel yang kemudian berkembang dari mereka memiliki kesadaran, membuat
perencanaan, dan melaksanakannya:
Awal
kehidupan di bumi terjadi ketika sebuah sel tunggal muncul. Sel tunggal ini segera
mulai bergerak dan di bawah impuls yang vital dan sangat pemberontak, membelah
dua dan meneruskan pembelahan tak berhingga ini sepanjang jalannya. Namun
sel-sel terpisah ini tidak merasakan tujuan apa-apa dari pergerakannya dan di
bawah dorongan naluriah yang kuat untuk mempertahankan diri, sel-sel terpisah
ini bekerja sama, berkumpul, dan bekerja di dalam keselarasan yang sangat
demokratis dan pengorbanan diri dalam pembentukan organ-organ yang penting bagi
kehidupan itu. 92
Namun,
berlawanan dengan apa yang ditegaskan oleh kutipan ini, tidak ada kesadaran
pada sel hidup. Kepercayaan ini tak lain dari takhyul. Lagi, sebagaimana tampak
pada kutipan di atas, untuk menyangkal keberadaan Tuhan dan tindakan
penciptaan-Nya, mereka memberikan sifat yang menggelikan kepada atom, molekul,
dan sel, seperti kecerdasan, kemampuan berencana, pengorbanan diri, dan bahkan
“keselarasan demokratik”. Sama tak masuk akalnya dengan mengatakan bahwa
terciptanya sebuah lukisan cat minyak karena “cat-cat bersama-sama menyusun
diri menurut sebuah rencana, dan melakukannya secara demokratis dan penuh
harmoni,” begitu pula klaim kaum Mason tentang asal usul kehidupan adalah
nonsens.
Ungkapan
umum lainnya tentang ajaran takhyul Masonry dan materialismenya adalah gagasan
“Ibu Alam” (Mother
Nature). Kita menemukan ungkapan ini dalam berbagai film dokumenter, buku,
majalah, bahkan iklan; digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan bahwa materi
tak bernyawa yang menyusun alam (nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon, dan
lain-lain) memiliki kekuatan sadar, dan bahwa dengan sendirinya menciptakan
manusia dan semua makhluk hidup. Mitos ini tidak didasarkan pada observasi
ataupun pemikiran logis, tetapi dimaksudkan untuk memengaruhi orang-orang
melalui indoktrinasi massal. Tujuannya adalah agar manusia melupakan Tuhan,
Pencipta sebenarnya, berpaling kepada paganisme, di mana “alam” dianggap
sebagai pencipta.
Masonry berupaya keras membentuk kredo ini, memperkuat, dan
menyebarkannya, serta menyokong semua kekuatan sosial yang dianggapnya sebagai
sekutu. Sebuah artikel di Mimar Sinan, bertajuk “Pemikiran tentang
Konsep dan Evolusi Solidaritas dari Sudut Pandang Ilmiah”, berbicara tentang
“keselarasan misterius yang ditata oleh ibu alam” dan menyatakan bahwa ini
adalah basis dari filosofi humanis Masonry. Lebih jauh dikatakan bahwa Masonry
akan menyokong gerakan-gerakan yang mendukung filosofi ini:
Jika dipandang
dari sudut pemberian dan pengambilan material dalam dunia makhluk hidup, bahwa
mikroba-mikroba yang bermanfaat yang hidup di bumi dan di dalam tubuh kita,
semua tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia ada dalam sebuah
keselarasan misterius yang diatur oleh ibu alam, dan bahwa semuanya
terus-menerus sibuk dengan solidaritas organik, saya ingin
meyakinkan sekali lagi bahwa Masonry akan memandang setiap jenis gerakan
psikososial yang didedikasikan untuk kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman,
dan kebahagiaan, singkatnya setiap gerakan yang berada di jalan menuju
humanisme dan kesatuan universal umat manusia, sebagai sarana dan aksi yang
memajukan cita-citanya juga. 93
Yang
terpenting di antara “sarana dan aksi” yang “memajukan cita-cita Masonry” itu
adalah teori evolusi yang diaku-aku berlandasan ilmiah, sebuah dukungan modern
bagi materialisme dan humanisme.
Pada bab
selanjutnya kita akan melihat lebih dekat lagi teori evolusi dari zaman Darwin
hingga propaganda evolusionis modern, dan kita akan menemukan hubungan rahasia
Masonry dengan kesalahan ilmiah terbesar sepanjang masa ini.
-V-
Mengkaji Ulang
Teori Evolusi
TAHUN 1832
HMS Beagle melintasi Lautan Atlantik yang luas. Kapal itu tampak seperti
kapal barang atau penumpang biasa saja, namun perjalanannya adalah perjalanan
untuk melakukan penemuan, yang akan berlangsung bertahun-tahun. Dari Inggris,
ia akan menyeberangi lautan dan mencapai pantai Amerika Selatan.
Beagle, sebuah kapal dengan kepentingan yang sedikit diketahui hingga saat
itu, berangkat untuk perjalanan lima tahun lamanya.
Yang pada akhirnya akan membuat kapal itu terkenal adalah penumpangnya, Charles
Robert Darwin, seorang penyelidik alam berusia 22 tahun. Dia tidak benar-benar mempelajari
biologi namun menjadi mahasiswa teologi di Universitas Cambridge.
Walaupun anak muda ini mendalami teologi secara luas, zamannya kuat
dipengaruhi oleh pemikiran materialis. Memang, setahun sebelum memulai
perjalanannya dengan Beagle, ia telah menolak sejumlah ajaran dasar agama
Kristen.
Darwin muda menafsirkan semua penemuan yang diperoleh selama perjalanannya
dalam kerangka pemikiran materialis, dan berusaha menjelaskan makhluk hidup
yang diselidikinya tanpa merujuk kepada penciptaan oleh Tuhan. Selama
tahun-tahun selanjutnya, ia mengembangkan, memperhalus, dan akhirnya
menerbitkan gagasan-gagasan ini. Teorinya diajukan tahun 1859, di dalam sebuah
buku berjudul Origin of Species (Asal Usul Spesies), yang tidak diterima secara
baik di dunia intelektual abad kesembilan belas, walaupun akhirnya akan
menyediakan basis yang seolah ilmiah yang telah dicari-cari ateisme selama
berabad-abad.
Apakah teori evolusi penemuan asli Darwin? Apakah ia sendiri mengembangkan
sebuah teori yang membuka jalan kepada salah satu penipuan terbesar dalam
sejarah dunia?
Sebenarnya, Darwin tidak melakukan apa-apa selain mengubah gagasan yang
landasannya telah dibangun sebelumnya.
MITOS EVOLUSI, DARI YUNANI
KUNO KE EROPA MODERN
Intisari dari teori evolusi Darwin adalah klaim bahwa di bawah kondisi
alamiah murni, materi tak hidup secara spontan memunculkan makhluk hidup
pertama, dan bahwa dari mereka, lagi-lagi di bawah kondisi serupa, semua
spesies lain berkembang oleh kebetulan belaka. Dengan kata lain, teori evolusi
mengajukan keberadaan sebentuk sistem yang swakelola, yang telah mengorganisasi
dirinya sendiri tanpa pencipta, dan secara spontan menciptakan makhluk hidup. Gagasan bahwa alam
mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta ini disebut “naturalisme”.
Teori naturalisme sama absurdnya dengan gagasan bahwa sebuah perpustakaan
dapat menciptakan dirinya sendiri tanpa para pengarang. Namun, semenjak
abad-abad awal sejarah, gagasan ini telah dipertahankan oleh banyak pemikir
dengan dilandaskan semata pada dorongan filosofis dan ideologis mereka, dan
telah diadopsi oleh sejumlah peradaban.
Naturalisme lahir dan tumbuh subur di dalam masyarakat
pagan seperti Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Namun, dengan tersebarnya agama
Kristen, filosofi pagan ini banyak ditinggalkan, dan gagasan bahwa Tuhan
menciptakan seluruh alam dan semesta mulai mendominasi. Begitu pula, begitu
Islam tersebar di Timur, gagasan naturalis dan berbagai kepercayaan pagan,
seperti Zoroasterianisme dan persihiran tersingkir, dan fakta penciptaan
diterima.
Walaupun demikian, filosofi naturalis tetap bertahan di bawah tanah.
Filosofi ini dipelihara oleh masyarakat-masyarakat rahasia dan bangkit kembali
di bawah keadaan yang lebih sesuai. Pada dunia Kristen, sebagaimana disebutkan
di awal buku ini, naturalisme dipelihara oleh kaum Mason, dan
masyarakat-masyarakat rahasia lainnya yang mengikuti mereka. Sebuah majalah
Turki bernama Mason, yang diterbitkan untuk anggota ordo, memberikan informasi
menarik berikut ini:
Mereka yang sampai pada berbagai penemuan baru di dunia peristiwa dan
fenomena alam tanpa memperhitungkan Tuhan terpaksa menyimpan penemuan mereka
untuk diri sendiri. Riset yang dilakukan secara rahasia dan bahkan mereka yang
terlibat di riset serupa harus menyembunyikan hubungan mereka. Kerahasiaan ini
membutuhkan pemakaian beberapa tanda dan simbol sepanjang proyek yang
dilaksanakan. 94
Apa
yang dimaksud dengan “penemuan baru” di sini adalah pemahaman sains yang
bersekutu dengan naturalisme, sebuah teori yang tidak menerima keberadaan
Tuhan. Pendekatan kajian sains yang menyimpang ini dikembangkan secara rahasia
di dalam masyarakat bawah tanah yang perlu menggunakan tanda-tanda dan
simbol-simbol untuk tujuan ini dan begitulah akar Masonry dibentuk.
Salah
satu dari yang disebut masyarakat rahasia ini, yang bertanggung jawab atas
penanaman akar Masonry adalah ordo Mawar-Salib (Rosicrucian), sebentuk titik
temu antara Templar dan Mason. Ordo ini, pertama kali terdengar di abad kelima
belas, menciptakan gelombang minat akan alkimia, khususnya di Eropa, yang para
anggotanya dikatakan memiliki pengetahuan rahasia. Namun warisan terpenting
dari ordo Mawar Salib adalah filosofi naturalis, dan gagasan tentang evolusi,
yang menjadi bagiannya. Majalah Mason menyatakan bahwa akar Masonry merentang
kepada para Templar dan Rosicrucian, yang menekankan filosofi evolusionis:
Masonry Spekulatif atau organisasi Masonry kontemporer didirikan di
serikat-serikat pekerja bangunan Abad Pertengahan yang kita sebut sebagai
Masonry Operatif. Namun, mereka yang membawa unsur-unsur spekulatif utama ke
pondasi ini adalah anggota dari organisasi-organisasi tertentu yang mempelajari
sistem-sistem bawah tanah masa prasejarah dan pengetahuan mereka. Di antara
organisasi ini yang terpenting adalah Templar dan Rosicrucian….
Tidak
diketahui di mana dan bagaimana ordo Rosicrucian didirikan. Jejak pertamanya
terdapat di Eropa abad kelima belas, tapi jelas bahwa ordo itu lebih tua lagi.
Jauh dari para Templar, minat utama Rosicrucian bersifat ilmiah.
Anggotanya secara luas melibatkan diri dalam alkimia…. Karakteristik terpenting
anggota-anggotanya adalah fakta bahwa mereka memercayai bahwa setiap tahap
perkembangan adalah tahapan dalam proses evolusi. Oleh karena itu, mereka
menempatkan naturalisme sebagai dasar filosofi mereka sehingga dikenal sebagai
“kaum naturalis.” 95
Organisasi
Masonik lainnya yang mengembangkan gagasan evolusi tidak berada di Barat tetapi
dibangun di Timur. Imam Besar Selami Isindag menyebutkan informasi berikut ini
di dalam sebuah artikel berjudul “Masonry dan Kita: Dari Pembentukannya hingga
Hari Ini”:
Di dalam dunia Islam terdapat padanan Masonry yang disebut
Ikhwan as-Safa' (Persaudaraan Suci). Perkumpulan ini didirikan di Basrah pada zaman
Abbasiyah dan menerbitkan sebuah ensiklopedia yang terdiri dari 54 jilid besar.
Tujuh belas di antaranya berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam dan berisi penjelasan ilmiah yang sangat
mirip dengan penjelasan Darwin. Pemikiran ini bahkan berkembang hingga ke
Spanyol dan memengaruhi pemikiran Barat.96
Walaupun berkembang di dunia Islam, perkumpulan ini
menjauhkan diri dari ajaran-ajaran Islam yang utama. Ia dipengaruhi oleh
filosofi Yunani Kuno, yang diungkapkannya melalui simbolisme rahasia. Selami
Isindag melanjutkan:
Perkumpulan ini berasal dari sekte Ismailiyah dan tujuan utamanya adalah
membuat dogma-dogma agama dapat diterima dengan berbagai penjelasan alegoris
dan simbolik. Filosofinya
dipengaruhi oleh Pythagoras dan Plato. Untuk memasuki perkumpulan
ini, pertama seseorang dipikat dengan petunjuk mistik dan kemudian dibersihkan dari berbagai kepercayaan
dan dogma agama yang sia-sia. Selanjutnya ia dibiasakan dengan
metoda-metoda filosofis dan simbolik. Calon anggota yang melewati masa
penerimaan ini kadang-kadang diajarkan tentang pemikiran neo-Platonik, dan
kemudian kimia, astrologi, dan numerology, ilmu tentang makna angka-angka.
Tetapi semua pengetahuan ini dirahasiakan dan diberikan hanya kepada mereka
dianggap layak menerimanya. Sebagian dari arti simbolik dari unsur-unsur ini
tidak berlawanan dengan ilmu pengetahuan dan logika sehingga dapat bertahan
pada berbagai ritual kita saat ini. 97
Kata-kata
yang dikutip di atas, “dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama
yang sia-sia” berarti bahwa calon anggota dibuat menolak agama sama sekali.
Begitulah Isindag sang Mason mendefinisikan agama. Namun, sebagaimana dikaji
pada bagian sebelumnya, “kepercayaan dan dogma yang sia-sia” adalah eufemisme
khusus dari filosofi Masonik. Harus dipahami bahwa Masonry, atau kelompok
materialis lainnya, mengungkapkan gagasan antiagama semacam itu tanpa
pembenaran logis; mereka hanya bersandar pada propaganda dan sugesti. Karena
mereka tidak dapat mencela agama secara rasional, mereka menggunakan cara
sugesti dan kata-kata pilihan ini untuk menciptakan efek psikologis tertentu.
Dari
kutipan di atas, kita memahami bahwa Ikhwan as-Safa', sebuah padanan
masyarakat Masonry dalam dunia Islam, melakukan berbagai aktivitas yang
menyerupai kaum Masonry modern. Metoda mereka adalah mendukung filosofi pagan
yang bertolak belakang dengan agama sejati, mengungkapkannya dengan
simbol-simbol, dan memperkenalkan filosofi rahasia ini kepada anggotanya sedikit
demi sedikit.
Di
dalam sejarah Islam terdapat beragam pemikir yang dengan cara ini menjauhkan
diri dari Islam, dan dipengaruhi oleh mitos-mitos materialis dan evolusionis
Yunani Kuno. Fakta bahwa aliran pemikiran ini, yang begitu dibenci dan disangkal
oleh imam besar Islam Al Ghazali di dalam karya-karyanya, memunyai karakter
Masonik sudah tentu memperjelas sebagian masalah ini. Di dalam karyanya Al
Munqidh min al-Dalal (Membebaskan Diri dari Kesesatan), Ghazali secara langsung
mengkritik perkumpulan Ikhwan as-Safa, menjelaskan bahwa perkumpulan itu
mendukung filosofi sesat yang dipengaruhi oleh pemikiran Yunani Kuno. Dan, di
dalam karyanya Fadaidh al Bathiniyyah, ia menunjukkan penyimpangan ajaran sekte
Ismailiyah, di mana Ikhwan as-Safa tergabung.
ZAMAN PENCERAHAN DAN KEBANGKITAN
MITOS EVOLUSI
Gagasan materialis dan evolusionis dari organisasi Masonik semacam
Rosicrucian atau Ikhwan as-Safa yang diungkapkan secara rahasia, namun paling
sering secara simbolis, menjadi lebih terbuka begitu kekuatan sosial Gereja
Katolik melemah di Eropa. Akibatnya, ajaran-ajaran pagan ini, yang berada di
bawah tanah selama 1000 tahun oleh karena dominasi politis dan intelektual
agama Kristen, menjadi mode lagi di tengah-tengah para pemikir Eropa abad
ketujuh belas dan delapan belas.
Periode ketika pemikiran materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan
luas di masyarakat Eropa, dan memengaruhinya agar menjauhkan diri dari agama
dikenal sebagai Zaman Pencerahan. Sudah barang tentu, mereka yang memilih
kata ini (yakni mereka yang menganggap positif perubahan pemikiran ini bagaikan
perpindahan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka
menggambarkan periode sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama
sebagai penyebabnya. Mereka mengklaim Eropa menjadi tercerahkan ketika
dilakukan sekularisasi dan dijauhkan dari agama. Sudut pandang yang bias dan
palsu ini sampai hari ini masih menjadi salah satu mekanisme propaganda utama
bagi mereka yang menentang agama.
Memang benar bahwa agama Kristen abad pertengahan sebagiannya “gelap”
dengan takhyul dan kefanatikan, dan hampir semuanya telah dibersihkan pada
pascaabad pertengahan. Nyatanya, Zaman Pencerahan pun tidak membawa banyak
hasil positif bagi Barat. Hasil terpenting dari Zaman Pencerahan, yang terjadi
di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan
darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan memuji Revolusi Prancis;
namun, Revolusi banyak membebani Prancis dan ikut berperan atas terjadinya
konflik sosial yang berlanjut hingga ke abad kedua puluh. Analisis tentang
Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh pemikir Inggris terkenal, Edmund Burke,
sangat informatif. Dalam bukunya yang terkenal, Reflection on the Revolution in
France, yang terbit pada tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan Pencerahan
maupun buahnya, Revolusi Prancis. Menurutnya, gerakan itu menghancurkan
nilai-nilai dasar yang menyatukan masyarakat, seperti agama, moralitas, dan
struktur keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan anarki. Akhirnya,
dia memandang Pencerahan, sebagaimana disitir seorang penafsir, sebagai sebuah
“gerakan destruktif kecerdasan manusia.” 98
Para pemimpin gerakan destruktif ini adalah pengikut Masonry. Voltaire,
Diderot, Montesquieu, dan pemikir-pemikir antiagama lain yang mempersiapkan
jalan ke Revolusi, semuanya pengikut Masonry. Kaum Mason akrab dengan para
Jacobin yang memimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian sejarawan berpendapat
bahwa sulit untuk membedakan antara ajaran Jacobin dan Masonry pada periode
ini. (Lihat Ordo Masonik Baru karya Harun Yahya)
Selama Revolusi Prancis, banyak kekerasan yang ditujukan terhadap agama.
Banyak pastor dikirim ke guillotine, banyak gereja dihancurkan, dan lebih jauh
lagi, ada sejumlah orang yang hendak menghapuskan agama Kristen sama sekali dan
menggantikannya dengan sebuah agama yang bersifat simbolik, pagan, dan
menyimpang yang disebut “Agama Akal Budi”. Para pemimpin Revolusi juga menjadi
korban dari kegilaan ini, satu per satu dari mereka akhirnya terpenggal
kepalanya di bawah pisau guillotine, yang telah mereka sendiri gunakan untuk
menghukum begitu banyak orang. Bahkan hari ini, banyak orang Prancis yang terus
mempertanyakan apakah revolusi itu baik atau tidak.
Sentimen antiagama pada Revolusi Prancis menyebar ke seluruh Eropa dan,
sebagai hasilnya, abad kesembilan belas menjadi salah satu periode propaganda
antiagama yang paling berani dan paling agresif.
Oleh karena itu, proses ini
memungkinkan munculnya gagasan-gagasan materialis dan evolusionis ke permukaan
, setelah bergerak di bawah tanah selama berabad-abad dengan menggunakan
berbagai simbol. Para materialis seperti Diderot dan Baron d'Holbach mengangkat
bendera antiagama, sementara mitos evolusi dari mitos Yunani Kuno diperkenalkan
kepada kalangan ilmiah.
ERASMUS
DARWIN
Mereka yang secara umum dianggap sebagai pendiri teori evolusi adalah ahli
biologi Prancis Jean Lamarc dan ahli biologi Inggris Charles Darwin. Menurut
kisah klasik, Lamarc pertama kali mengajukan teori evolusi, namun ia melakukan
kesalahan dengan melandaskannya pada pewarisan sifat-sifat yang dibutuhkan. Di
kemudian hari, Darwin mengajukan teori kedua yang berlandaskan pada ahli teori
yang berperan penting dalam asal usul teori evolusi, yakni kakeknya sendiri,
Erasmus Darwin.
Erasmus Darwin dan Lamarc sama-sama hidup di abad kedelapan belas. Sebagai
seorang ahli ilmu fisika, ahli ilmu jiwa, dan penyair, ia diakui sebagai
seorang yang memiliki otoritas. Penulis biografinya, Desmond King-Hele bahkan
menyebutnya orang Inggris terbesar di abad kedelapan belas.99
Namun Erasmus Darwin memunyai kehidupan pribadi yang sangat gelap. 100
Erasmus
Darwin utamanya dicatat sebagai salah satu naturalis paling terkemuka di
Inggris. Sebagaimana disebutkan di bagian awal, naturalisme adalah pandangan
yang tidak menerima bahwa Tuhanlah yang menciptakan makhluk hidup.
Sesungguhnya, pandangan ini, yang dekat dengan materialisme, adalah titik tolak
dari teori evolusi Erasmus Darwin.
Pada
tahun 1780-an dan 90-an, Erasmus Darwin mengembangkan kerangka dasar teori
evolusi, yang menyebutkan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek
moyang tunggal secara kebetulan dan mengikuti hukum-hukum alam. Ia melakukan
risetnya di sebuah taman botani seluas delapan akre yang telah ia siapkan, dan
berusaha membuktikan idenya. Dia menjelaskan teorinya pada dua bukunya, Temple of
Nature (Kuil Alam) dan Zoonomia. Lebih jauh lagi, pada tahun 1784 ia mendirikan
sebuah komunitas untuk menyebarkan gagasannya, yang dikenal sebagai Masyarakat
Filosofis.
Bertahun-tahun kemudian, Charles Darwin mewarisi
gagasan-gagasan kakeknya dan kerangka dasar dari pengajuannya tentang teori
evolusi. Teori
evolusi Charles Darwin dikembangkan dari struktur yang dikembangkan kakeknya,
sementara Masyarakat Filosofis menjadi salah satu pendukung teorinya yang
terbesar dan paling bersemangat. 101
Singkatnya, Erasmus Darwin adalah pelopor sebenarnya
dari teori yang kita kenal sebagai teori evolusi yang telah dipropagandakan di
seluruh penjuru dunia selama 150 tahun terakhir.
Setelah pencarian saksama akan
jawaban pertanyaan ini, kami menemukan fakta penting bahwa Erasmus Darwin
adalah seorang Mason. Namun, ia pun bukan sekadar Mason biasa, ia adalah salah
seorang Imam tertinggi di organisasi ini.
Ia adalah Imam dari loge
Canongate yang terkenal di Edinburg, Skotlandia.102
Lebih jauh lagi, ia memiliki hubungan erat dengan kaum Mason Jacobin yang
menjadi pengorganisir revolusi di Prancis saat itu, dan dengan ‘Illuminati’,
yang tujuan utamanya adalah membantu pengembangan kebencian terhadap agama.103
Artinya, Erasmus Darwin adalah nama penting dalam organisasi-organisasi
antiagama di Masonik Eropa.
Erasmus
mendidik anaknya Robert (ayah Charles Darwin), yang juga menjadi anggota loge
Masonik. 104
Oleh karena itu, Charles Darwin menerima pewarisan ajaran Masonik dari ayah dan
kakeknya.
Erasmus
Darwin berharap anaknya Robert mengembangkan dan menerbitkan teorinya, namun
ternyata cucunya Charles yang meneruskan kegiatan tersebut. Walaupun baru
setelah beberapa lama, karya Erasmus Darwin, Temple of Nature akhirnya
direvisi oleh Charles Darwin. Pandangan-pandangan Darwin tidak memiliki bobot
teori ilmiah; namun lebih berupa ungkapan doktrin naturalis yang memandang alam
memiliki daya penciptaan.
KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS
Adapun
teori seleksi alam yang dianggap sebagai satu kontribusi khusus Darwin, juga
semata merupakan teori yang telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan.
Namun, para ilmuwan sebelum era Darwin tidak menjadikan teori seleksi alam
sebagai argumen terhadap penciptaan; sebaliknya, mereka memandangnya sebagai
mekanisme yang dirancang oleh sang Pencipta untuk melindungi spesies dari
distorsi yang turun-temurun. Seperti Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel
tentang “dialektika”, dan membengkokkannya agar sesuai dengan filosofinya
sendiri, begitu pula Darwin mengambil teori seleksi alam dari ilmuwan
kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa hingga memenuhi gagasan
naturalisme.
Oleh
karenanya, kontribusi pribadi Darwin dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak
berlebihan. Konsep-konsep filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof
naturalisme sebelumnya. Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan ada
orang lain yang melakukannya. Pada kenyataannya, sebuah teori yang mirip dengan
ini diajukan pada periode yang sama oleh ilmuwan natural Inggris lainnya yang
bernama Alfred Russel Wallace; itulah sebabnya Darwin bergegas menerbitkan
Origin of the Species.
Akhirnya, Darwin muncul di panggung ketika perjuangan panjang telah dimulai
di Eropa untuk menghancurkan keimanan akan Tuhan dan agama, menggantinya dengan
filosofi naturalis dan sebuah model humanis untuk kehidupan manusia. Kekuatan
yang paling signifikan di balik perjuangan ini bukanlah pemikir yang ini atau
yang itu, melainkan organisasi Masonik, yang memunyai begitu banyak anggota
dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik.
Fakta ini diakui dan diungkapkan oleh sejumlah tokoh Kristen masa itu. Paus
Leo XIII, pemimpin Katolik dunia, mengeluarkan sebuah dekrit yang terkenal pada
tahun 1884, berjudul Humanus Genus di mana ia menyampaikan banyak pernyataan
penting tentang Masonry dan aktivitas-aktivitasnya. Ia menulis:
Pada periode ini para pendukung setia setan
tampaknya sedang menggabungkan diri, dan berjuang dengan gelora yang padu,
dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan terorganisasi kuat
yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan tujuan-tujuan mereka,
mereka sekarang sedang bangkit dengan berani melawan Tuhan sendiri.
… Karena, dari yang ditunjukkan dengan jelas oleh apa telah kami sebutkan
di atas, apa yang merupakan tujuan utama mereka mendesakkan diri ke depan mata
yakni, penggulingan total keseluruhan tatanan politik dan agama di dunia yang
dihasilkan ajaran Kristen, dan penggantian dengan sebuah tatanan baru sesuai
dengan gagasan mereka “di mana pondasi dan hukum akan diambil dari
naturalisme saja.” 105
Fakta penting yang dinyatakan oleh Leo XIII pada
kutipan di atas adalah upaya untuk menghancurkan sama sekali nilai-nilai moral
yang diajarkan oleh agama. Apa yang coba dilakukan oleh Masonry dengan bantuan
Darwinisme adalah menghasilkan masyarakat yang bobrok secara moral dan tidak
mengakui hukum ketuhanan, tidak takut akan Tuhan, dan mudah terbujuk untuk
melakukan segala macam kejahatan. Apa yang dimaksud di atas dengan “sebuah
tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka di mana pondasi dan hukum akan
diambil dari naturalisme saja” adalah sejenis model sosial.
Kaum Mason, karena menganggap Darwinisme dapat
memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan penting dalam penyebarannya ke tengah
massa. Segera setelah teori Darwin diterbitkan, sekelompok propagandis sukarela
terbentuk di sekitarnya; yang paling terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut
”bulldog” Darwin. Huxley, “dengan pembelaannya yang berapi-api adalah faktor
tunggal yang paling bertanggung jawab akan penerimaan yang pesat terhadap
Darwinisme”106 menggiring perhatian dunia kepada teori
evolusi pada debat di Museum Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal
30 Juni 1860 dengan bishop Oxford, Samuel Wilberforce.
Dedikasi
Huxley yang luar biasa dalam menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang
kuat, semakin nyata dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society,
salah satu lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua
anggota lembaga ini, adalah Mason senior.107
Anggota lain Royal Society memberi Darwin dukungan yang signifikan, baik
sebelum maupun sesudah bukunya diterbitkan.108
Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin dan Darwinisme sampai ke wujud
penganugerahan medali Darwin, seperti halnya Hadiah Nobel, setiap tahun untuk
ilmuwan yang dianggap berhak menerimanya.
Pendeknya,
Darwin tidak berjalan sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima
dukungan dari kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya
adalah kaum Mason. Dalam bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton
Pannekoek menuliskan tentang fakta penting ini dan menggambarkan dukungan yang
diberikan kepada Darwin oleh “kaum borjuis”, yaitu kelas kapitalis Eropa yang
kaya-raya:
Bahwa
Marxis meraih posisi penting semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas
proletarian, diketahui semua orang…. Namun sulit memahami kenyataan bahwa
Darwinisme telah mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme
bukan sekadar teori abstrak yang diadopsi oleh dunia ilmiah setelah
mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak, segera
setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang antusias
dan penentang yang berapi-api…. Darwinisme juga memainkan peran dalam
perjuangan kelas, dan berkat peranannya ini ia menyebar begitu pesatnya dan
mendapatkan pembela yang antusias dan penentang yang tajam.
Darwinisme bertindak
sebagai sarana bagi kaum borjuis dalam pertarungannya melawan kelas feodal,
melawan para bangsawan, pemegang hak kepasturan, dan tuan-tuan tanah feodal…. Yang diinginkan oleh kaum borjuis adalah
menyingkirkan kekuatan lama yang berkuasa yang menghadang jalan mereka…. Dengan bantuan agama,
para pendeta menguasai massa ramai dan siap menentang tuntutan kaum borjuis….
Ilmu alam menjadi senjata melawan kepercayaan dan tradisi; sains dan
hukum-hukum alam yang baru ditemukan diajukan; dengan senjata-senjata inilah
kaum borjuis berjuang….
Darwinisme datang pada saat dibutuhkan; teori Darwin bahwa manusia adalah
keturunan dari hewan yang lebih rendah menghancurkan seluruh landasan dogma
Kristen. Karena itulah, segera setelah
Darwinisme menunjukkan diri, kaum borjuis menyambarnya dengan penuh semangat.
…Di bawah kondisi-kondisi ini, bahkan diskusi-diskusi ilmiah
diselenggarakan dengan semangat dan gairah pertarungan kelas. Karenanya,
tulisan-tulisan yang tampak pro dan kontra terhadap Darwin berkarakter polemik
sosial, walaupun pada kenyataannya membawa nama para penulis ilmiah…. 109
Walaupun
Anton Pannekoek, yang berpikir dengan kerangka analisa kelas Marxis,
mendefinisikan kekuatan yang menyebarkan Darwinisme dan menciptakan sebuah
pertarungan terorganisasi melawan agama sebagai “borjuis”, jika kita kaji
masalahnya di bawah terangnya bukti-bukti historis, akan tampak bahwa ada
organisasi di dalam kaum borjuis yang memanfaatkan Darwinisme untuk mengusung
perang mereka melawan agama. Organisasi itu tak lain tak bukan adalah Masonry.
Fakta
ini jelas baik dari bukti historis maupun sumber-sumber Masonik. Salah satu sumber ini
adalah sebuah artikel karya Imam Mason Selami Isindag yang berjudul
"Hambatan bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Masonry", yang
muncul pada Buletin Tahunan Loge Besar Mason Turki yang Bebas dan Disetujui
pada tahun 1962. Pada awal artikel ini, Isindag mengulangi klaim klasik Masonik
bahwa agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia, dan monoteisme
bertentangan dengan logika dan sains. Selanjutnya, ia menguraikan penghasut
sebenarnya dari perang melawan agama yang dilakukan di bawah kedok “sains”:
Akan teramati bahwa di dalam perjuangan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan
ini kaum Mason dikenal telah
berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya adalah karena
Masonry di dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika, ilmu
pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh kebijaksanaan. Sejak berdirinya, ia
telah berperang melawan takhyul dan mitos. 110
Namun faktanya, yang merupakan “takhyul dan mitos” itu bukanlah agama,
sebagaimana diklaim kaum Mason; melainkan landasan dari kepercayaan materialis,
naturalis, dan evolusionis yang mereka dukung. Bukti terjelas dari fakta ini adalah
gagasan-gagasan mereka yang ketinggalan zaman, pengulangan-pengulangan mereka
tentang berbagai keyakinan kosong dari peradaban pagan Mesir dan Yunani, yang
telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains modern.
Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan asal usul kehidupan
dan keyakinan Masonik tentangnya akan memadai bagi kita untuk menarik
kesimpulan akan hal ini.
TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
Sebagaimana dinyatakan di awal, teori evolusi bersandar pada klaim bahwa
makhluk hidup tidak diciptakan, tetapi muncul dan berkembang karena kebetulan
dan hukum-hukum alam. Untuk menguji teori ini secara ilmiah, perlu diperhatikan
setiap tahapan dari proses yang direka ini, dan mengkaji dapat tidaknya proses
semacam itu terjadi di masa lampau dan apakah proses demikian itu mungkin.
Langkah pertama dari proses ini adalah kondisi hipotetis di mana materi tak
hidup dapat memunculkan organisme hidup.
Sebelum mengamati kondisi ini, kita harus mengingat hukum yang telah diakui
di dalam biologi sejak masa Pasteur: “Kehidupan berasal dari kehidupan”.
Artinya, organisme hidup hanya dapat dimunculkan dari organisme hidup lainnya.
Misalnya, mamalia lahir dari induknya. Spesies-spesies hewan lainnya menetas
dari telur yang dierami induknya. Tumbuhan berkembang dari biji. Organisme
bersel tunggal seperti bakteri membelah diri dan berkembang biak.
Tidak pernah sekali pun terjadi sebaliknya. Sepanjang sejarah dunia, tidak
seorang pun pernah menyaksikan materi tak hidup melahirkan makhluk hidup. Tentu
saja, ada sebagian dari mereka yang hidup di Mesir dan Yunani Kuno, serta pada
Abad Pertengahan yang mengira telah mengamati hasil seperti itu: orang Mesir
percaya bahwa katak melompat keluar dari lumpur Nil, kepercayaan yang juga
didukung oleh para filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles. Di
Abad Pertengahan, diyakini bahwa tikus lahir dari gandum di lumbung. Namun,
semua keyakinan ini terbukti sebagai hasil dari kebodohan, dan akhirnya, dalam
percobaannya yang terkenal di tahun 1860, Pasteur membuktikan bahwa bahkan
bakteri, bentuk kehidupan yang paling dasar, tidak muncul tanpa pendahulu,
artinya, mustahil benda tak bernyawa menghasilkan kehidupan.
Namun, teori evolusi tergantung pada kemustahilan ini karena klaimnya bahwa
makhluk-makhluk hidup lahir dan berkembang tanpa keterlibatan sebentuk
pencipta, dan ini mensyaratkan bahwa pada tahap-tahap awal skenario rekaan ini,
makhluk hidup muncul dari kebetulan.
Darwin berusaha menjelaskan asal usul kehidupan, yang hanya sedikit
diketahuinya, dalam sebuah kalimat pendek, di mana ia menyatakan bahwa
kehidupan pertama kali mestilah berupa “semacam kolam kecil yang hangat”, 111 namun para evolusionis setelahnya merasa khawatir untuk
memperdalam masalah ini. Walau demikian, berbagai upaya yang dilakukan
sepanjang abad kedua puluh untuk memberikan penjelasan evolusionis tentang asal
usul kehidupan hanya kian memperdalam kebuntuan yang menjebak
para evolusionis. Selain tidak mampu memberikan bukti ilmiah sedikit pun bahwa
kehidupan dapat bermula dari materi tak hidup, para evolusionis juga tidak
mampu memberikan satu pun penjelasan teoretis. Ini karena struktur organisme hidup
bersel tunggal yang paling dasar pun teramat kompleks. Secara matematis bahkan
mustahil bahwa unsur pokok sel protein, DNA atau RNA dapat muncul secara
kebetulan, apalagi sel itu sendiri.
Fakta tentang mustahilnya kehidupan muncul melalui peristiwa kebetulan
sendiri membuktikan adanya rancangan, dan ini pada gilirannya membuktikan fakta
penciptaan. Tentang masalah ini, ahli astronomi dan matematika terkenal dari
Inggris, Fred Hoyle, berkomentar:
Tentu saja, teori semacam itu (bahwa kehidupan
disusun oleh sebentuk kecerdasan) begitu jelas sehingga siapa pun
akan bertanya-tanya mengapa tidak diterima sebagai terbukti dengan sendirinya.
Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah. 112
“Alasan psikologis” yang disebutkan Hoyle ini adalah watak para
evolusionis, di mana mereka berkeras menolak sejak awal, setiap hasil yang akan
membuat mereka menerima keberadaan Tuhan dan mengondisikan diri mereka dengan
ini.
Pada buku lain yang berfokus pada ketidaksahihan teori
evolusi, kami mengutip banyak pengakuan para evolusionis tentang fakta ini dan
mengkaji hipotesis tidak masuk akal yang diajukan para evolusionis secara
membuta semata untuk menolak keberadaan Tuhan. Namun pada titik ini, kita akan
memfokuskan perhatian kepada loge Masonik untuk memahami pandangan mereka akan
hal ini. Walau demikian jelas bahwa “kehidupan diciptakan oleh Pencipta yang
cerdas”, bagaimana pendapat para Mason?
Imam Mason, Selami Isindag, dalam bukunya yang ditujukan untuk kalangan
Mason berjudul Evrim Yolu (Jalan Evolusi) menjelaskan sebagai berikut:
Karakteristik terpenting dari ajaran moralitas kita adalah tidak memisahkan
diri dari prinsip-prinsip logika dan tidak memasuki teisme (ketuhanan),
makna-makna rahasia, atau dogma yang tidak diketahui. Dengan
landasan ini kita menegaskan bahwa penampakan kehidupan pertama
bermula di dalam kristal-kristal pada kondisi-kondisi yang tidak dapat kita
ketahui atau temukan saat ini. Makhluk hidup lahir sesuai dengan hukum evolusi
dan perlahan-lahan menyebar di seluruh dunia. Sebagai hasil dari evolusi,
manusia sekarang ini muncul dan berkembang melampaui hewan baik dalam kesadaran
maupun kecerdasan. 113
Penting
kita perhatikan hubungan sebab akibat yang diajukan dalam kutipan di atas:
Isindag menekankan bahwa karakteristik Masonry yang terpenting adalah menolak
teisme, yakni kepercayaan akan Tuhan. Dan segera setelahnya, dia mengklaim
“berlandaskan ini” bahwa kehidupan muncul secara spontan dari materi tak hidup,
dan kemudian mengalami evolusi yang menghasilkan kemunculan manusia.
Kita
akan amati bahwa Isindag tidak mengajukan bukti ilmiah apa pun untuk mendukung
teori evolusi. (Fakta tiadanya bukti ilmiah diisyaratkan dengan kata-kata
tumpul bahwa ini adalah fakta “yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat
ini”). Satu-satunya penyokong yang diberikan Isindag untuk teori
evolusi adalah penolakan Masonik akan teisme.
Dengan kata lain, kaum Mason adalah evolusionis karena
mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan. Inilah satu-satunya alasan mereka
menjadi evolusionis.
Di dalam konstitusi “Konsili Agung Turki” yang
diselenggarakan oleh Mason Turki tingkat ke-33, skenario evolusionis sekali
lagi disebutkan, dan penolakan kaum Mason akan penjelasan kreasionis terungkap
dalam kata-kata berikut ini:
Pada masa yang amat awal dan
sesuai dengan proses inorganik, kehidupan organik muncul. Untuk menghasilkan
organisme seluler, sel-sel berkumpul. Kemudian, kecerdasan melesat maju dan
lahirlah manusia. Tapi dari mana? Kita terus bertanya-tanya. Apakah ia berasal
dari tiupan nafas Tuhan kepada lumpur tak berbentuk? Kita
menolak penjelasan dari bentuk penciptaan yang abnormal; bentuk penciptaan yang
memisahkan manusia. Karena kehidupan dan silsilahnya ada, kita
harus mengikuti jalur filogenetis dan merasakan, memahami dan mengakui bahwa
ada sebuah roda yang menjelasan perilaku luar biasa ini, yakni aksi “lompatan”.
Kita harus meyakini bahwa terdapat sebuah tahapan perkembangan dengan serbuan
besar aktivitas yang menyebabkan kehidupan berlanjut pada sebuah momen tertentu
dari tahapan itu ke tahapan lainnya. 114
Di sini
sangat mungkin kita mengenali fanatisme Masonik. Ketika menyebutkan bahwa
mereka “menolak bentuk penciptaan yang mengecualikan manusia”, penulis
mengulangi dogma dasar humanisme, bahwa “manusia adalah makhluk tertinggi yang
ada,” dan mengumumkan bahwa kaum Mason menolak penjelasan selain itu. Ketika menyebutkan, “bentuk penciptaan yang tidak normal”, yang ia maksud
adalah turut campur Tuhan dalam penciptaan makhluk hidup, dengan menolak
kemungkinan ini secara apriori. (Namun, yang sesungguhnya tidak normal adalah
bagaimana kaum Mason menerima, tanpa observasi maupun eksperimen, keyakinan
tidak masuk akal bahwa materi tidak hidup menjadi hidup secara kebetulan dan
membentuk kehidupan di muka bumi, termasuk manusia.) Akan tampak bahwa dalam
penjelasan Masonik tidak ada lontaran berupa bukti ilmiah. Kaum Mason tidak
berkata, “Ada bukti evolusi dan karenanya kami menolak penciptaan.” Mereka
semata dibutakan oleh fantisme filosofis.
Publikasi-publikasi
Masonik berkeras dengan pendirian ini. Master Mason Selami Isindag mengklaim
bahwa, “Selain alam tidak ada kekuatan
lain yang membimbing kita, dan bertanggung jawab atas pemikiran dan tindakan
kita.” Dia segera melanjutkan, “kehidupan berawal dari satu sel dan mencapai
tahapannya saat ini sebagai hasil dari berbagai perubahan dan evolusi.”115
Selanjutnya dia menyimpulkan apa arti teori evolusi bagi kaum Mason:
Dari
sudut pandang evolusi, manusia tidak berbeda dengan binatang. Dalam pembentukan
manusia dan evolusinya tidak ada kekuatan khusus selain dari yang berlaku pada
binatang. 116
Penegasan
ini menunjukkan dengan jelas mengapa kaum Mason menganggap teori evolusi begitu
penting. Tujuan mereka adalah untuk mempertahankan gagasan bahwa manusia tidak
diciptakan dan untuk menunjukkan kebenaran filosofi materialis humanis mereka
sendiri.
Jadi,
dengan alasan inilah kaum Mason, hingga tingkat apa pun, memercayai teori
evolusi dan berusaha menyebarkannya ke seluruh masyarakat.
Ini
menunjukkan bahwa kaum Mason, yang tak henti-hentinya menuduh mereka yang
memercayai Tuhan sebagai dogmatis, justru bersikap dogmatis.
DUKUNGAN
PALSU KAUM MASON
TERHADAP
HAECKEL
Ketika
kita mengamati literatur Masonik, di luar kesetiaan buta mereka akan teori
evolusi, kita ditohok oleh kejahilannya yang amat dalam. Misalnya, jika kita
mengkaji sumber-sumber Turki, kita temukan bahwa klaim-klaim evolusionis yang
terbukti palsu di seperempat pertama abad kedua puluh masih dipertahankan
dengan penuh semangat. Salah satunya adalah kisah Haeckel dan teorinya tentang
embrio yang disebutkan nyaris di semua terbitan Masonik.
Kisahnya
adalah tentang seorang ahli biologi Jerman yang bernama Ernst Haeckel, yang
merupakan teman dekat dan pendukung Charles Darwin, dan salah satu pendukung
utama teori ini setelah kematian Darwin. Untuk membangun kesahihan teori ini,
Haeckel mengkaji embrio dari bermacam-macam makhluk hidup, dan mengutarakan
bahwa mereka semua saling menyerupai dan sebelum kelahiran masing-masingnya
mengalami proses miniatur dari evolusi. Untuk mendukung klaim ini, dia
menggambar sejumlah perbandingan antara embrio-embrio yang berbeda, dengan
tujuan untuk meyakinkan banyak orang dari kesahihan teori evolusi di paro
pertama abad kedua puluh.
Sebagaimana
telah disebutkan, sumber-sumber Masonik memandang tesis embriologi ini luar
biasa pentingnya, yang dinamakan “ontogeni merekapitulasi filogeni”. Imam Naki
Cevad Akkerman, di dalam sebuah artikel berjudul “Konsep Kebenaran dan
Prinsip-Prinsip Masonry” di Mimar Sinan, menyebut tesis ini sebagai sebuah
“hukum”, artinya, ia mengangkatnya ke tingkat fakta ilmiah yang tak
terbantahkan. Ia menulis:
…Kita akan
mengkaji sebuah hukum alam yang sangat penting. Inilah rumusan yang diajukan oleh Haeckel, "ontogeni
merekapitulasi filogeni". Jika kita mengambil manusia sebagai contoh, arti
hukum ini adalah sebagai berikut: Berbagai perubahan morfologis serta perubahan
susunan dan fungsi organ-organ yang dialami manusia, dari pembentukan sel
pertama di dalam rahim ibunya, sampai ia lahir dan selama hidupnya, hingga dia
mati, tidak lebih dari sebuah rekapitulasi dari perubahan yang telah dialaminya
sejak permulaan, dari pembentukan sel awalnya di darat dan di air hingga kini.1
Imam Selami
Isindag juga memandang teori Haeckel ini sangat penting. Di dalam sebuah
artikel bertajuk "Doktrin-Doktrin Masonik", ia menulis, “Di dalam
percobaannya, Darwin membuktikan bahwa beragam spesies hewan pertama kali
berkembang dari sebuah sel tunggal dan kemudian dari sebuah spesies tunggal.”
Lalu ia menambahkan:
Haeckel
melakukan kajian-kajian yang medukung semua penemuan eksperimental ini. Dia
percaya bahwa hewan yang paling dasar, Monera, menjadi suatu makhluk hidup
organik dari unsur-unsur materi inorganik. Dia menunjukkan bahwa terdapat
kesatuan pada dasar segala sesuatunya. Monisme ini adalah kombinasi dari materi
dan jiwa. Terdapat dua aspek zat yang membentuk dasar mereka. Apa yang
dipercayai Masonry tentang ini bersesuaian dengan penemuan-penemuan ilmiah dan
eksperimental ini.2
Di dalam teks
Masonik lainnya, Haeckel disebutkan sebagai seorang “sarjana besar”, dan
tesisnya bahwa “ontogeni merekapitulasi filogeni”diklaim sebagai bukti dari
teori evolusi.3
Akan tetapi,
Ernst Haeckel yang diyakini kaum Mason sebagai seorang sarjana besar tak lain
dari seorang penipu yang lihai yang dengan sengaja memalsukan penemuan-penemuan
ilmiah, dan tesis yang mereka terima sebagai "hukum" (ontogeni
merekapitulasi filogeni) adalah salah satu kebohongan terbesar di dalam sejarah
ilmu pengetahuan.
Kebohongan ini
ditemukan pada gambar-gambar embrio yang dibuat oleh Haeckel. Untuk menunjukkan
kesamaan antara embrio manusia, ayam, kelinci, salamander, yang pada
kenyataannya tidak punya kemiripan semacam itu, ia memalsukan gambar-gambar
tersebut. Pada sebagian kasus ia membuang organ dari embrio, pada yang lainnya
ia menambahkan organ. Lebih jauh lagi, ia mengubah ukuran aktual dari embrio-embrio
itu dalam upayanya untuk menunjukkan bahwa semuanya berukuran sama. Pendeknya,
Haeckel melakukan pemalsuan ini untuk membuat bukti bagi hal yang tidak ada.
Ada artikel pada Science, sebuah jurnal ilmiah yang bereputasi, dalam edisi 5
September 1997 menyebutkan: “Pada kenyataannya… bahkan embrio yang berhubungan
sangat rapat seperti pada ikan cukup bervariasi dalam tampilan dan tahapan
perkembangannya…. (Gambar-gambar Haeckel) tampaknya menjadi salah satu penipuan
paling terkenal di dalam biologi.”4
Menariknya,
penipuan ini telah diketahui selama bertahun-tahun. Gambar-gambar buatan
Haeckel telah ditunjukkan sebagai pemalsuan pada masa hidupnya sendiri (1910),
dengan pengakuannya pula. Di dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam
American Scientist terbaca, “Sudah jelas hukum biogenetik telah benar-benar
mati…. Sebagai topik penyelidikan teoreitis serius, ia telah punah pada tahun
dua puluhan….” 5
Walau
demikian, para evolusionis terus menggunakan gambar-gambar ini selama
berpuluh-puluh tahun dengan tujuan semata untuk memerdayakan massa yang tidak
memahami masalah ini.
Hanya ada satu
alasan mengapa kaum Mason memandang teori Haeckel sebagai bukti untuk teori
evolusi, dan menganggapnya sebagai seorang sarjana besar: dedikasi kaum Mason
terhadap teori evolusi tidak dilandaskan pada hasrat mereka akan pengetahuan
dan kebenaran, sebagaimana klaim mereka, namun sebaliknya, berasal dari
kejahilan.
1 Naki Cevad
Akkerman, Mimar Sinan, No. 1, hal.13
2 Selami Isindag, Masonluk Öðretileri, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul, hal.137
3 Selami Isindag, Din Açýsýndan Mason Öðretisi (Masonic Doctrine According to Religion), Akasya Tekamül Mahfili Publications, hal.10
4 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, September 5, 1997
5 Keith S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recaputilated", American Scientist, vol. 76, hal.273
2 Selami Isindag, Masonluk Öðretileri, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul, hal.137
3 Selami Isindag, Din Açýsýndan Mason Öðretisi (Masonic Doctrine According to Religion), Akasya Tekamül Mahfili Publications, hal.10
4 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, September 5, 1997
5 Keith S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recaputilated", American Scientist, vol. 76, hal.273
DOGMATISME DAN TRADISIONALISME MASONIK
Dogmatisme
artinya secara membuta dan tanpa henti mendukung suatu pandangan yang tanpa bukti
kesahihannya, oleh karena kecenderungan psikologis tertentu. Seorang dogmatis
tidak menyelidiki atau memikirkan ulang sesuatu yang dipercayainya ada atau
tidak ada buktinya. Dia menerima hal itu sepenuhnya dan bersikukuh meyakininya.
Kaum
Mason dan kelompok-kelompok antiagama lainnya yang biasa menggunakan istilah
“dogmatis” untuk menyebut mereka yang memercayai Tuhan. Kita seringkali
menemukan tuduhan ini sekarang. Misalnya, di dalam sebuah debat tentang teori
evolusi, pihak evolusionis mungkin akan menuduh mereka yang tidak menerima
teori itu sebagai dogmatis, dan menyatakan diri mereka ilmiah dengan
mempertahankan bahwa sains tidak punya kepentingan dengan “dogma-dogma”.
Namun,
tuduhan ini keliru. Kepercayaan akan keberadaan Tuhan, dan bahwa Dia menciptakan
segala sesuatu, adalah keyakinan yang didukung oleh banyak bukti ilmiah dan
rasional. Ada keseimbangan, keteraturan, dan desain di alam, dan jelas bahwa
ini dibangun secara cerdas dan dengan sengaja.
Karena
itulah Al Quran menyeru manusia untuk menemukan tanda-tanda kebesaran Allah,
dan mengajak mereka memikirkan keseimbangan, keteraturan, dan desain ini. Pada
banyak ayat mereka disuruh untuk memikirkan bukti-bukti keberadaan Allah di
langit dan di bumi. Bukti-bukti yang ditunjukkan di dalam Al Quran tersebut
tidak hanya keseimbangan dan keteraturan di alam semesta, tetapi juga fenomena
semacam kesesuaian dunia untuk kehidupan manusia, desain pada tumbuhan dan
hewan, desain pada tubuh manusia, dan kualitas spiritual manusia, yang semuanya
telah dibenarkan oleh sains modern. (Untuk perincian, lihat buku-buku Harun
Yahya Mengenal Allah Lewat Akal,
Penciptaan Alam Raya, Darwinisme Terbantahkan, Menyingkap Rahasia Alam Semesta,
Desain di Alam).
Sebaliknya,
dogmatisme adalah ciri dari mereka yang menolak untuk mempertimbangkan hal-hal
ini, dan menolak Tuhan sembari terus mempertahankan pandangan bahwa alam
semesta ada dengan sendirinya dan bahwa makhluk hidup muncul dari peristiwa
kebetulan. Kaum Mason adalah contoh nyata dari cara pandang ini. Walaupun
bukti-bukti keberadaan Allah begitu jelasnya, mereka lebih suka untuk
mengabaikan dan menolaknya demi filosofi humanis dan materialis.
Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan mereka yang bermentalitas demikian:
“Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang
di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa
ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
Dan apabila
dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka
menjawab, "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka (akan mengikuti
bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang
menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqman, 31: 20-21)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tak bertuhan, “memperdebatkan
tentang Tuhan” walaupun mereka melihat bukti-bukti tentang-Nya. Artinya, mereka berperang melawan
agama-Nya. Penyebabnya adalah orang-orang tak bertuhan ini mengikuti apa mereka
dapati dilakukan oleh nenek moyang mereka, artinya, mereka terperosok ke dalam
tradisionalisme buta.
Jelaslah,
bahwa tradisionalisme dengan tepat mendefinisikan sejarah dan filosofi Masonry
sebagaimana telah kita kaji sejak awal buku ini.
Memang,
tradisionalisme adalah kata yang pas untuk menggambarkan Masonry karena ia
tidak lebih dari sebuah “organisasi tradisi”, yang akarnya merentang hingga
ribuan tahun ke masyarakat-masyarakat pagan awal. Masonry dengan membuta
mengikuti tradisi-tradisi Mesir Kuno dari para fir’aun dan tukang-tukang
sihirnya, para filsuf materialis Yunani Kuno, Hermetisme, Kabbalah, para
Templar, Rosicrucian, dan kaum Mason sebelum mereka.
Tradisionalisme
ini penting untuk dikenali. Pada loge Masonik modern masih digunakan berbagai
legenda, simbol, dan kata-kata yang telah berumur ribuan tahun. Walau pada
kenyataannya hampir semua Mason berpendidikan tinggi, dan menduduki
posisi-posisi tertinggi di masyarakat, mereka menyelenggarakan upacara-upacara
di mana mereka memegang pedang berkilat dan tengkorak, menggumamkan kata-kata
Mesir Kuno, berdiri di hadapan tiang-tiang bermodel kuil-kuil Mesir Kuno dengan
mengenakan jubah perak, sarung tangan putih dan bahkan pakaian-pakaian yang
lebih aneh lagi, dan mengangkat sumpah. Jika seseorang yang tidak mengetahui
apa pun tentang Masonry dibawa ke loge ini, mungkin dia akan mengira sedang
mengunjungi sebuah pentas film komedi, dan boleh jadi tidak sanggup menahan
tawa menyaksikan kaum Mason di tengah upacara inisiasi, dengan mata tertutup
rapat, tali di sekeliling lehernya, dan berjalan dengan satu kaki telanjang.
Namun, kaum Masonry, yang hidup di dalam dunia rahasia mereka, menganggap
upacara-upacara aneh ini sangat normal, dan mendapatkan kepuasan psikologis
dalam suasana mistis loge mereka. Setelah berbagai upacara ini, mereka duduk
dan berbincang-bincang sesamanya tentang keyakinan mereka bahwa “atom memiliki
jiwa dan berkumpul membentuk makhluk hidup”, bahwa “dunia mencapai
keseimbangannya karena kecerdasan yang tersembunyi di dalam magma”, atau bahwa
“Ibu Alam telah menciptakan kita dengan begitu sempurna” serta mitos-mitos
lainnya. Keseluruhan permainan ini dipanggungkan hanya untuk melestarikan
tradisi, dan begitu jelas tanpa logika sama sekali sehingga menakjubkan bahwa
sistem semacam itu dapat terus bertahan hidup dan dipertahankan.
Keterikatan buta kaum Mason akan tradisi mereka jelas
menunjukkan keutamaan yang mereka berikan kepada gagasan tentang “landmark”.
Landmark adalah sebuah tempat atau objek yang melambangkan sesuatu yang
memiliki arti atau kepentingan historis. Di dalam bahasa Masonik, landmark
adalah peraturan-peraturan yang telah diturunkan tanpa perubahan sejak
berdirinya organisasi itu. Mengapa tidak berubah? Kaum Mason memberikan
penjelasan yang menarik. Sebuah artikel yang terbit di Mimar Sinan pada
tahun 1992 menyebutkan:
Landmark
Masonry adalah hukum-hukum yang sangat tua yang telah diteruskan dari masa ke
masa dan generasi ke generasi. Tidak seorang pun tahu kapan munculnya dan tidak
seorang pun berhak mengubah atau membatalkannya. Landmark itu adalah hukum-hukum
masyarakat yang tertulis dan tidak tertulis. Hukum-hukum yang tidak tertulis
dapat dipelajari hanya dari berbagai ritual dan upacara loge. Ada enam hukum
tertulis yang dapat ditemukan dengan nama “Kewajiban Freemason” yang pertama
kali diterbitkan dalam Konstitusi Inggris tahun 1723. 117
Mari kita kaji kata-kata di atas lebih saksama: Ada
sebuah organisasi bernama Masonry. Anggota organisasi ini selama berabad-abad
telah menaati sejumlah hukum yang asal usulnya tidak diketahui. Lebih jauh
lagi, mereka bersikeras bahwa tidak seorang pun dapat mengubah hukum-hukum ini.
Tidak seorang pun dari mereka yang maju untuk mempertanyakan mengapa mereka
mengikutinya!... Dan, demi menaati hukum-hukum ini, mereka siap sedia
mengabaikan penemuan-penemuan sains dan kesimpulan logis mereka. Dapatkah
masyarakat seperti itu mengikuti jalan "logika" dan
"sains"?
Bagian lain dari artikel yang dikutipkan di atas, menyatakan secara harfiah
bahwa seorang Mason harus mematuhi hukum-hukum tersebut tanpa bertanya:
Menurut
pendapat saya, landmark adalah semacam bagian Masonry masa lalu yang saya tak pernah ingin tahu tentang asal
usulnya, baik di loge maupun dalam aktivitas saya sebagai seorang
freemason. Saya tidak tahan untuk menganalisa mengapa saya merasa demikian
tetapi saya kira jika struktur Freemasonry tidak diubah, maka ia akan
bertahan…. Saya
menjalaninya tanpa perlu upaya khusus apa pun. 118
Bagaimana
mungkin sebuah organisasi memunyai pengikut-pengikut yang memercayai dan
mematuhi hukum-hukum yang tidak mereka ingin tahu asal usulnya dapat dipandang
masuk akal?...
Sudah
tentu, klaim Masonry sebagai masuk akal dan ilmiah adalah kosong belaka.
Seperti para materialis lainnya, walaupun senantiasa menggunakan
istilah-istilah logika dan sains, mereka pun dengan teguh mempertahankan sebuah
filosofi yang tidak punya dukungan logis ataupun ilmiah, dan berpaling dari
fakta-fakta yang telah ditemukan sains. Pada dasarnya, yang membawa para Mason
ke dalam kesalahan seperti itu, atau mengguna-guna mereka, adalah keterikatan
yang membuta akan tradisi mereka.
Ini
menunjukkan bahwa ajaran Masonry bersifat memerdayakan. Ia menjauhkan manusia
dari kepercayaan akan Tuhan mereka, menjerumuskan mereka ke dalam takhyul
dengan mengikuti berbagai hukum, mitos, dan legenda kosong. Apa yang dikatakan
Al Quran tentang kaum pagan di Saba, yang mengingkari Allah untuk menundukkan
diri kepada Matahari, juga berlaku bagi Masonry: “Setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga
mereka tidak dapat petunjuk…..” (QS. An-Naml, 27: 24). Kaum Mason
mengingkari agama Allah demi sebuah doktrin yang ketinggalan zaman yang mereka
kembangkan dengan berbagai simbol dan unsur mistis.
Lebih
jauh lagi, tidak cukup hanya dengan mengingkari Tuhan, mereka memerangi
agama-Nya, sebuah pertarungan yang telah mereka lakukan sejak lama.
-VI-
Keberadaan Masonry pertama kali diumumkan di Inggris
pada tahun 1717. Sebelumnya, Masonry telah menyebar pertama di Inggris, lalu di
Prancis dan seluruh Eropa. Masonry menjadi tempat pertemuan utama para
penentang agama. Banyak kaum Mason Eropa bertemu di loge mereka, menyebut diri
mereka sebagai “pemikir bebas”, yang bagi mereka berarti tidak mengakui
agama-agama ilahiah. Sebuah artikel bertajuk “Periode-Periode Awal Freemasonry”
dalam Mimar Sinan menyebutkan, “Tempat
di mana kaum Mason berkumpul untuk mencari kebenaran di luar gereja menjadi
tempat perlindungan."119
Walau
demikian, kelompok yang mencari kebenaran di luar agama ini juga menyembunyikan
permusuhan terhadap agama. Oleh karena itu, organisasi tersebut segera menjadi
pusat kekuatan yang membuat risau Gereja, khususnya Gereja Katolik. Konflik
antara Masonry dan Gereja terus tumbuh, meninggalkan jejak di Eropa abad
kedelapan belas dan kesembilan belas. Masonry mulai menyebar ke negara-negara
lain di luar Eropa, pada paro kedua abad kesembilan belas, dan ke mana pun
perginya, Masonry menjadi pusat filosofi dan aktivitas antiagama.
Sebuah artikel berjudul “Politik dan Freemasonry”,
yang muncul di Mimar Sinan, menjelaskan tentang pertarungan melawan
agama sebagai berikut:
Sejalan
dengan tidak menjadi partai politik, Freemasonry menjadi terorganisir di awal
abad kedelapan belas sebagai sebuah lembaga sosial berskala internasional
sesuai dengan arus sosial politik. Untuk menyokong sekte-sekte dalam upaya
untuk melaksanakan kebebasan beragama, Freemasonry
melibatkan diri dalam pertarungan melawan kekuatan dan pengaruh kependetaan dalam
upaya untuk menggapai sasaran tunggal mereka meruntuhkan kekuatan dan pengaruh
Gereja atas masyarakat. Karena itulah, di tahun 1738 dan 1751
Freemasonry dinyatakan Paus sebagai tak bertuhan….Di negara-negara yang
menerapkan prinsip kebebasan beragama itu, Freemasonry merupakan sebuah
masyarakat misterius dan rahasia yang hanya dikenal namanya; di negara-negara
ini Freemasonry diabaikan tapi juga didorong, mendapatkan anggota di antara
kelas menengah dan pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai waktu dan sarana,
serta memasang pejabat-pejabat negara terkemuka di posisi-posisi kepemimpinan
dalam organisasi-organisasinya. Di negara-negara selatan, di mana semua orang
harus menganut Katolik, mereka
mempertahankan karakter sebagai organisasi rahasia, terlarang, dan revolusioner
yang menjadi sasaran pengawasan hukum. Di negara-negara ini,
orang-orang muda yang berpikiran bebas dan para pegawai yang tidak puas dengan
administrasi pemerintahan mulai memasuki loge-loge Masonik dan dengan demikian
dimulailah rencana-rencana
revolusioner dan diarahkan kepada rezim Spanyol, Portugal, dan Italia yang
berada di bawah dominasi Vatikan.120
Tidak
diragukan bahwa di sini para penulis Masonik menggunakan bahasa yang mendukung
organisasinya sendiri ketika menyebutkan bahwa Masonry sedang melakukan
perlawanan terhadap dominasi Gereja. Namun, jika kita kaji masalah ini lebih
dekat, kita akan melihat bahwa di banyak negara, “dominasi” yang sama juga
cocok untuk rezim-rezim yang didirikan atau didukung oleh kaum Mason. Oleh
karena itu, kita dapat dengan mudah memahami bahwa Masonry mengklaim berjuang
melawan “dominasi” adalah kepura-puraan. Di luar fakta bahwa Gereja —karena
agama Kristen telah menyimpang — mempertahankan gagasan-gagasan skolastik dan
praktik-praktik yang menindas, permusuhan Masonry terhadap Gereja tidaklah
didasarkan pada hal ini namun pada kebenciannya terhadap agama-agama monoteisme
tradisional.
Cukuplah
dengan mengamati struktur Masonry dan berbagai ritual serta upacaranya untuk
memahami hal ini.
CONTOH SEBUAH LOGE MASONIK:
HELL-FIRE CLUB
Untuk
memahami bagaimana Masonry abad kedelapan belas diorganisir, dan apa yang
menjadi targetnya, salah satu hal yang harus terus kita lakukan adalah mengkaji
berbagai masyarakat Masonik rahasia yang muncul pada periode itu. Salah satunya adalah Klub
Api Neraka (“Hell-Fire Club”), yang aktif di Inggris di pertengahan abad
kedelapan belas. Struktur Masonik klub ini dan karakter pagan dan antiagama
digambarkan oleh penulis Masonik Daniel Willens dalam artikelnya, “Hell-Fire
Club: Sex, Politics and Religion in Eighteenth-Century in England”. Inilah
sepotong bagian yang menarik dari artikel yang diterbitkan dalam Gnosis, sebuah
jurnal tentang tradisi-tradisi dalam di Barat.
Pada malam-malam yang diterangi cahaya bulan selama pemerintahan Raja
George III dari Inggris, anggota-anggota Pemerintahan yang sangat berkuasa,
para intelektual penting, dan artis-artis yang berpengaruh kadang dapat
terlihat melintasi Sungai Thames dengan gondola ke sebuah reruntuhan biara di
dekat Wycombe Barat. Di sana, di bawah bunyi nyaring bel biara yang ternoda,
mereka mengenakan jubah biarawan dan bersenang-senang dengan segala bentuk
kebejatan, yang berpuncak pada Misa Hitam yang diselenggarakan pada tubuh
telanjang seorang wanita ningrat yang asusila dengan diketuai oleh bandot
tersohor Sir Francis Dashwood. Kebaktian setan berakhir, lingkaran dalam akan
berpindah tempat untuk merencanakan perjalanan Kerajaan Inggris.
“Persaudaraan nista” ini, begitu sebutannya, memberi pilihan nama Gotik
yang sesuai untuk diri mereka, “Rahib-rahib St. Francis dari Medmenham”,
walaupun mereka telah diabadikan dengan julukan populer “Klub Api Neraka” .
Pada abad penuh gunjingan itu banyak spekulasi tentang kegiatan-kegiatan buruk
masyarakat ini, dan di tahun 1765, Charles Johnstone menerbitkan sebuah roman
berjudul Chrysal, or the Adventure of a Guinea, yang secara populer diyakini
mengungkap rahasia-rahasia “Para Biarawan Medmenham”.…
… Perintis terpenting Para Biarawan itu adalah Klub Api Neraka yang
didirikan sekitar tahun 1719 di London oleh Philip, Duke of Wharton
(1698-1731). Wharton adalah seorang politikus Whig yang terkemuka, seorang
Freemason, dan ateis yang berupaya memperolok-olok agama dengan memimpin
keramaian dengan hiasan-hiasan “satanik” di muka umum.... Dan Wharton
selanjutnya menjadi Imam Besar Mason dari Loge Besar London pada tahun 1722....
Menjelang tahun 1739, dalam perjalanan pulang Dashwood mampir di Florence
untuk menemui Abbe Nicolini, dan di sana pula ia berjumpa dengan Lady Mary
Wortley Montagu… (yang) akhirnya kelak bergabung dengan Dashwood dalam Klub
Divan. … Sayang, kondisinya tidak berjalan baik bagi Freemasonry di Italia.
Paus Clement XII baru saja mengeluarkan dekrit In Eminenti Apostalatus
Specula, yang mengungkapkan Inkuisisi atas Loge. Menjelang awal 1740, Paus
meninggal, dan Dashwood pergi ke pertemuan tertutup untuk memilih paus baru di
Roma. Di sana ia secara bermain-main memakai identitas Kardinal Ottiboni, salah
seorang ketua penentang kaum Mason, dan memperoloknya di muka umum dengan
ritual ejekan yang keji….
“Chapter room” adalah kunci untuk memahami kegiatan para Biarawan itu.
Perabot isinya masih tidak diketahui, sehingga kegunaannya pun tetap menjadi
misteri. Penulis-penulis penggemar sensasi memperkirakannya sebagai tempat
persembunyian satanik, walau agaknya lebih masuk akal jika disimpulkan bahwa
ruang itu digunakan untuk upacara-upacara Masonik. John Wilkes, seorang
mantan anggota penting perkumpulan Medmenham yang tidak menjadi Freemason,
mengeluh dalam sebuah artikel yang mencemarkan teman lamanya: “Tidak ada mata
biasa yang berani menembus misteri Eleusinian Inggris chapter room. Sementara
para biarawan berkumpul dalam semua upacara khidmat, lebih banyak lagi
ritus-ritus rahasia dilaksanakan dan korban yang dipersembahkan dalam banyak
kemegahan kepada BONA DEA”... Putra Sir Robert Walpole, Horace, salah satu
musuh politik Dashwood dan tentu saja seorang yang asing dengan biara,
mencemooh: “Apa pun doktrin mereka, praktik-praktik mereka sebenarnya adalah
pagan: Bacchus* dan Venus adalah dewa-dewi yang hampir umum diketahui sebagai
tujuan pengorbanan mereka; dan para peri serta tong bir yang diletakkan pada
perayaan gereja baru ini, cukup menginformasikan para tetangga tentang corak
para pertapa itu”….
Keseluruhan pertanyaan tentang
agama adalah pokok pesona yang terus dipraktikkan Dashwood.… Penafsiran yang
lebih canggih mungkin meliputi rumor tentang ilmu gaib yang bernuansa seksual,
kitab kabbalis biara, gambaran Harpokrates yang berulang, koneksi lemah
Dashwood dengan Ordo Masonik Kuil, dan tentu saja motto Thelemik di Biara
Medmenham untuk menyimpulkan bahwa Klub Api Neraka adalah manifestasi awal dari
“Crowleyanitas”. Suatu pendekatan yang lebih berkepala dingin akan
memperhatikan kontak-kontak Masonik Dashwood dan menyimpulkan, dengan
kemungkinan besar tepat, bahwa “chapter
room” adalah sebuah kuil Masonik. 121
Alasan
menyertakan kutipan panjang ini adalah untuk mendapatkan gambaran suasana
berkembangnya Masonry abad kedelapan belas dan pengaruhnya terhadap masyarakat.
Masonry tampil sebagai sebuah organisasi rahasia yang memancing rasa penasaran,
dengan oposisinya terhadap keyakinan umum masyarakat memberikan semacam
kepuasan psikologis bagi anggota-anggotanya. Karakteristik dasar ritus Masonik,
sebagaimana ditekankan dalam kutipan di atas, adalah penyucian simbol dan
konsep pagan, alih-alih agama-agama Monoteistik tradisional. Maka,
mereka yang menjadi kaum Mason, dan memalingkan wajah dari agama Kristen,
terwarnai pagan, walaupun tidak selalu berarti mengambil paganisme sebagai keyakinan,
namun paling tidak dengan mengambil simbol-simbolnya.
Namun, Masonry tidak puas hanya untuk mempraktikkan
upacara-upacara aneh; ia juga mengikuti sebuah strategi yang dirancang untuk
mengasingkan Eropa dari agama-agama ketuhanan, dan memikatnya ke dalam
paganisme. Di dalam bagian berikut kita akan mencermati beberapa titik puncak
dari sejarah Eropa, negara per negara, dan mengikuti jejak perang Masonik ini
melawan agama. Negara pertama yang mesti kita kaji adalah Prancis.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI PRANCIS
Pada
kajian-kajian sebelumnya kami telah membahas peranan penting Masonry dalam
Revolusi Prancis. Sejumlah besar filsuf Pencerahan, terutama mereka yang paling
kuat berpandangan antiagama adalah pengikut Mason. Kaum Jacobin, yang membangun
panggung revolusi, dan menjadi pemimpinnya, adalah anggota loge. 122
Peran
yang dimainkan kaum Mason di dalam revolusi diakui oleh seorang “agen
provokator” bernama Count
Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Inkuisisi pada tahun 1789,
dan mengakui beberapa hal penting selama interogasi. Dia mengawali dengan
menyatakan bahwa kaum Mason di seluruh penjuru Eropa telah merencanakan
serangkaian revolusi. Disebutkan bahwa sasaran utama kaum Mason adalah
menghancurkan Kepausan atau menguasainya. Dalam pengakuannya, Cagliostro juga
menyebutkan bahwa para bankir Yahudi mendukung semua kegiatan revolusioner ini
secara finansial, dan bahwa uang Yahudi juga memainkan peran penting di dalam
Revolusi Prancis. 123
Revolusi
Prancis pada dasarnya adalah sebuah revolusi melawan agama. Dalam upaya
mati-matian kaum revolusioner untuk menyingkirkan kependetaan dan aristokrasi,
banyak pendeta yang terbunuh, institusi agama yang dihancurkan, dan
tempat-tempat ibadah yang diruntuhkan. Kaum Jacobin bahkan ingin menghancurkan
sama sekali agama Kristen, dan menggantikannya dengan sebuah kepercayaan pagan
yang mereka sebut “agama logika”. Namun, dalam waktu singkat, mereka kehilangan
kendali atas revolusi dan Prancis terjerumus ke dalam kekacauan total.
Misi Masonry di negara itu tidak berhenti dengan revolusi. Kekacauan yang
tercipta oleh revolusi akhirnya reda ketika Napoleon meraih kekuasaan. Namun,
stabilitas ini tidak berlangsung lama; ambisi Napoleon untuk menguasai seluruh
Eropa akhirnya mengakhiri pemerintahannya. Setelahnya, konflik di Prancis
berlanjut antara kaum monarkis dan revolusionis. Terjadi tiga kali revolusi
lagi di tahun 1830, 1848, dan 1871. Di tahun 1848, “Republik Kedua” didirikan;
dan di tahun 1871 dibentuk “Republik Ketiga”.
Kaum Mason sangat aktif sepanjang periode agitasi ini.
Sasaran utama mereka adalah melemahkan Gereja dan lembaga-lembaga keagamaannya,
menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruhnya atas masyarakat, dan
menghapuskan pendidikan agama. Kaum Mason memandang “antiklerikalisme”
(antikependetaan) sebagai pusat aktivitas sosial dan politik.
The Catholic Encyclopedia memberikan informasi penting
tentang misi antiagama dari Timur Raya — begitulah Masonry Prancis dikenal.
Dari dokumen-dokumen resmi Masonry Prancis yang terutama tercakup dalam
“Buletin” dan “Compterendu (Ikhtisar)” resmi Timur Raya, terbukti
bahwa semua undang-undang antiklerikal yang disahkan di dalam parlemen Prancis
telah diputuskan sebelumnya di loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah
arahan dari Timur Raya, dengan sasarannya diakui untuk
mengendalikan segala hal dan semua orang di Prancis. “Saya menyatakan di dalam
majelis tahun 1898,” ungkap deputi Masse, pembicara resmi Majelis tahun 1898,
“bahwa adalah tugas tertinggi Freemasonry untuk semakin hari semakin banyak
mencampuri pertarungan politis dan duniawi.” “Keberhasilan
(dalam peperangan antiklerikal) dalam Freemasonry berskala luas;
karena spiritnya, programnya, metodenyalah yang menang.” “Jika
Blok telah terbentuk, ini adalah berkat Freemasonry dan disiplin yang
dipelajari di loge-loge”… “Kita membutuhkan kewaspadaan dan, di
atas segalanya, kepercayaan timbal balik, jika ingin menuntaskan kerja yang
belum selesai. Kerja ini, Anda tahu… pertempuran anti-klerikal, sedang
berlangsung. Republik harus membersihkan dirinya dari jemaah agama, menyapu
habis mereka dengan sebuah hantaman dahsyat. Di mana saja,
sistem yang setengah-setengah adalah berbahaya; musuh harus dihancurkan dengan
sebuah pukulan tunggal.” 124
The
Catholic Encyclopedia
melanjutkan penjelasannya tentang pertarungan Masonry Prancis melawan agama:
Sejatinya,
semua reformasi Masonik yang terlaksana di Prancis sejak 1877, seperti
sekularisasi pendidikan, undang-undang menentang sekolah-sekolah privat Kristen
dan pembinaan amal, penindasan atas ordo-ordo keagamaan, dan pembusukan Gereja,
tampak berpuncak pada sebuah
reorganisasi masyarakat manusia yang anti-Kristen dan tidak beragama,
tidak hanya di Prancis namun di seluruh penjuru dunia. Jadi, Freemasonry
Prancis, sebagai tolok ukur bagi seluruh Freemasonry, berpura-pura membuka era
keemasan republik universal Masonik, yang mencakup persaudaraan Masonik semua
manusia dan semua negara. ”Kemenangan orang Galilea,” kata Presiden Timur Raya,
Senator Delpech, pada tanggal 20 September 1902, ”telah berlangsung selama dua
puluh abad. Tetapi sekarang gilirannya mati.... Gereja Romawi, yang dibangun
atas mitos Galilea, mulai runtuh dengan cepat sejak hari pertama Perkumpulan
Masonik didirikan.” 125
Yang
dimaksud dengan ”orang Galilea” oleh kaum Mason adalah Almasih, karena menurut
injil, Almasih lahir di kota Galilea di Palestina. Oleh karena itu, kebencian
kaum Mason terhadap Gereja adalah ekspresi kebencian mereka terhadap Almasih
dan semua agama monoteistik. Mereka mengira telah menghancurkan pengaruh agama
ketuhanan dengan filosofi materialis, Darwinis, dan humanis yang mereka bangun
di abad kesembilan belas, dan mengembalikan Eropa kepada paganisme pra-Kristen.
Ketika kata-kata ini disampaikan di tahun 1902, serangkaian undang-undang
disahkan di Prancis memperluas jangkauan oposisi agama. Tiga ribu sekolah agama
ditutup dan pendidikan agama apa pun terlarang untuk diberikan di
sekolah-sekolah. Banyak pendeta ditangkapi, sebagian diasingkan dan orang-orang
agama mulai dianggap sebagai warga negara kelas dua. Karena itulah, pada tahun
1904 Vatikan memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Prancis. Namun ini
tidak mengubah sikap negara itu. Setelah kematian ratusan ribu warga Prancis
melawan tentara Jerman pada Perang Dunia I barulah kesombongan negara itu jinak
dan sekali lagi mengakui pentingnya nilai-nilai religius.
Sebagaimana diyakini The Catholic Encyclopedia,
perang melawan agama dari Revolusi Prancis hingga abad kedua puluh dilakukan
oleh ”undang-undang antiklerikal yang disahkan oleh Parlemen Prancis” yang
telah diputuskan sebelumnya di loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah
arahan Timur Raya.” 126
Fakta ini tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, kutipan dari
terbitan berbahasa Turki bertajuk ”Sebuah Pidato dari Saudara Gambetta pada
tanggal 5 Juli 1875 di Loge Clémente Amitié” menyebutkan:
Sementara
momok reaksi mengancam Prancis, dan doktrin keagamaan serta ide-ide terbelakang
berkembang ofensif terhadap berbagai prinsip dan undang-undang sosial modern,
di lingkungan organisasi-organisasi seperti Masonry yang tekun dan berpandangan
jauh serta mengabdi kepada prinsip-prinsip persaudaraan, kita menemukan
kekuatan dan konsolidasi dalam perjuangan melawan klaim-klaim Gereja yang
berlebihan, pernyataannya yang dibesar-besarkan dan menggelikan serta berbagai
perbuatannya yang keterlaluan dan menjadi kebiasaan... kita harus terus
berjaga-jaga dan melanjutkan perjuangan. Untuk mewujudkan gagasan tentang
tatanan manusia dan kemajuan, mari kita tetap bertahan sehingga perisai-perisai
kita tidak dapat ditembus. 127
Akan
terlihat bahwa literatur Masonik secara konsisten menampilkan
gagasan-gagasannya sebagai ”berpandangan jauh” sembari menuduh orang-orang
beragama sebagai ”terbelakang”. Namun, ini tak lebih dari permainan kata-kata
belaka. Ungkapan ”momok reaksi”, yang disebutkan pada kutipan di atas, adalah
sesuatu yang juga ditentang orang-orang beragama yang tulus, namun menjadi
eksploitasi sasaran oleh Masonry terhadap agama sejati dalam upaya mereka untuk
menjauhkan manusia darinya. Apalagi, harus ditekankan sekali lagi bahwa
filosofi materialis-humanis yang dianut kaum Masonlah yang sesungguhnya
merupakan sistem pemikiran yang bertakhyul dan terbelakang, sebuah tempat bergantung
bagi peradaban pagan Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Oleh
karena itu, penggunaan istilah ”berpandangan jauh” dan ”terbelakang” oleh kaum
Mason tidak berpijak pada kenyataan. Memang, hal ini tidak berdasar karena
konflik antara kaum Mason dan masyarakat beragama tidak lebih daripada
pelestarian konflik antara dua pemikiran yang telah ada semenjak abad-abad awal
sejarah. Agamalah yang memproklamirkan pertama kali gagasan-gagasan ini: bahwa
manusia diciptakan oleh kehendak Tuhan dan manusia bertanggung jawab untuk
menyembah-Nya. Inilah kebenaran. Gagasan sebaliknya, bahwa manusia tidak
diciptakan namun menjalani hidup yang sia-sia dan tanpa tujuan, diajukan oleh
mereka yang menolak keberadaan Tuhan. Jika dipahami dengan tepat, tampaklah
bahwa penggunaan istilah-istilah dangkal ”keterbelakangan” dan ”pandangan jauh”
tidak memiliki landasan apa-apa.
Dengan
menggunakan gagasan ”kemajuan”, kaum Mason berupaya menghancurkan agama. The
Catholic Encyclopedia menyatakan:
Yang
berikut ini dianggap sebagai cara-cara utama (dari freemasonry):
(1) Menghancurkan secara radikal
semua pengaruh sosial Gereja dan agama, yang secara busuk disebut
”klerikalisme”, dengan penyiksaan terbuka terhadap Gereja atau dengan sistem
pemisahan antara Negara dan Agama yang bermuka dua dan curang, serta sejauh
mungkin menghancurkan Gereja dan semua agama yang benar, yakni yang
supramanusia, yang lebih dari sekadar bentuk pemujaan yang samar-samar terhadap
tanah air dan umat manusia;
(2)
Sekulerisasi, yakni dengan sistem ”non-sektarianisme” yang sama yang bermuka
dua dan curang, semua kehidupan publik dan pribadi dan, di atas segalanya,
pengajaran dan pendidikan populer. ”Non-sektarianisme” sebagaimana dipahami
oleh golongan Timur Raya adalah sektarianisme
yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen, ateistik, positivistik, atau agnotis
dalam genggaman non-sektarianisme. Kebebasan berpikir dan hati nurani anak-anak
harus dikembangkan secara sistematis pada diri mereka di rumah dan dilindungi,
sejauh mungkin, dari semua pengaruh yang mengganggu, tidak hanya dari Gereja
dan para pendeta, tetapi juga dari orang tua anak itu sendiri, jika perlu,
bahkan melalui cara tekanan moral dan fisik. Golongan
Timur Raya menganggapnya sangat diperlukan dan sebuah jalan pasti
yang sempurna untuk pewujudan final
dari republik sosial universal.... 128
Tampaklah
bahwa Masonry telah menggerakkan sebuah program, yang disebut ”pembebasan
masyarakat”, dengan tujuan untuk menghapuskan agama, sebuah program yang masih
terus diterapkan. Program ini harus dibedakan dari model yang berusaha
memberikan kesempatan bagi setiap warga negara, dari keyakinan religius apa
pun, untuk mempraktikkan keyakinannya secara bebas. Alih-alih, model yang
diimpikan oleh Masonry adalah bentuk cuci otak yang dirancang untuk melenyapkan
agama sepenuhnya dari masyarakat dan pikiran individu serta, jika perlu,
menyiksa para penganutnya.
Di
negara mana saja ia berkembang, Masonry berupaya menggerakkan program ini,
walaupun dengan cara menyesuaikan diri dengan budaya dan kondisi yang lazim di
negara tersebut.
Salah
satu negara itu adalah Jerman.
KAMPANYE ANTI-AGAMA DI JERMAN:
“KULTURKAMPF”
Seratus
lima puluh tahun yang lalu, negara Jerman belum ada. Wilayah yang sekarang
disebut Jerman dikuasai oleh sejumlah kerajaan. Yang terluas di antaranya
adalah Prussia, yang menempati bagian timur Jerman saat ini dan sebagian besar
Polandia. Di
tahun 1860, Prussia mulai mencaplok negara-negara kecil Jerman lainnya dan
mendirikan Kekaisaran Jerman pada tahun 1871. Penguasa negara baru ini adalah
Perdana Menteri Prussia dan Kanselir dari Kekaisaran Jerman baru, Otto van
Bismarck.
Bismarck adalah seorang negarawan yang sukses, terutama di bidang politik
luar negeri, tetapi tidak mencapai sukses serupa dalam urusan dalam negeri.
Salah satu penyebabnya adalah sekelompok intelektual yang dikenal sebagai ”kaum
Liberal Nasional” yang mirip dengan antiklerikal di Prancis, serta menjalankan
politik antiagama. Untuk mencapai persatuan Jerman, kaum Liberal Nasional
meyakini perlunya menyingkirkan orang-orang yang memiliki bentuk afiliasi apa
pun di luar perbatasan mereka, dan menganggap hubungan antara sepertiga
populasi dengan Paus Katolik sebagai sandungan terbesar bagi persatuan ini.
Karena didorong oleh kaum Liberal Nasional, Bismarck memulai sebuah kampanye
anti-Katolik yang dikenal sebagai Kulturkampf, atau ”perang budaya”. Kampanye ini juga digambarkan sebagai
suatu perjuangan untuk mengontrol pikiran bangsa Jerman. 129
Selama Kulturkampf,
kaum Katolik, terutama di Jerman bagian selatan, mengalami penindasan.
Di
tahun 1872, untuk menegakkan sebuah undang-undang yang telah disahkan, semua
pendeta Jesuit di negara ini ditahan dalam satu malam dan institusi-institusi
mereka disita. Untuk menegakkan ”undang-undang Mei” (meigesetze) yang disahkan
pada tahun 1873, semua pendeta yang bekerja kepada pemerintah dipecat, Gereja
dilarang terlibat dalam semua hal yang berhubungan dengan pernikahan dan
pendidikan, dan topik-topik khotbah dibatasi. Sejumlah uskup besar ditahan dan
1300 gereja akhirnya ditemukan tanpa pendeta.
Namun,
karena taktik-taktik ini menimbulkan reaksi keras di kalangan Katolik di negara
itu terhadap pemerintah, Kulturkampf dikendurkan. Bismarck mengabaikan
usulan-usulan kaum Liberal Nasional, yang telah membawanya ke dalam kampanye
ini, dan mengurangi Kulturkampf sedikit demi sedikit sampai akhirnya ia
batalkan sepenuhnya. Keseluruhan kampanye ini tidak menghasilkan apa pun selain
penindasan atas kaum Katolik Jerman, dan kehancuran rasa kesejahteraan sosial
negara itu. Banyak sejarawan hari ini meyakini bahwa hal itu adalah sebuah
kegagalan yang merobek-robek rasa keamanan sosial bangsa Jerman. Apalagi,
setelah Jerman, gelombang Kulturkampf melanda Austria, Swiss, Belgia,
dan Belanda, menimbulkan ketegangan sosial yang luar biasa di negara-negara
ini.
Menariknya, para intelektual Masonlah yang memikat
Bismarck ke dalam kebijaksaan ini. The Catholic Encyclopedia
menyebutkan:
Namun mereka (kaum Mason) tentu saja memajukan gerakan yang oleh Prussia,
yang secara bertahap menjadi negara pemimpin di Jerman, dianggap sebagai
”representasi dan pelindung evolusi modern” melawan ”Ultramontanisme”,
”kefanatikan”, dan ”perebutan kuasa kepausan”. Mereka
juga menghasut munculnya ”Kulturkampf”.
Jurisconsult yang juga Mason tersohor, Imam Besar Bluntschli, adalah salah satu
penghasut terdepan dalam konflik ini; dia juga menggerakkan ”Kulturkampf”
Swis.... Para Freemason Jerman dengan upaya-upaya tak kenal lelah memaksakan
pengaruh yang menentukan atas hidup bangsa secara keseluruhan sejalan dengan
prinsip-prinsip Masonik, dan dengan demikian mempertahankan sebuah ”Kulturkampf”
yang diam-diam dan abadi. Sarana-sarana terpenting yang mereka
gunakan adalah aneka perpustakaan, konferensi, afiliasi dari berbagai
perkumpulan dan lembaga dengan perhatian yang sama, dan jika perlu, pembentukan
lembaga-lembaga baru, sebagai sarana bagi semangat Masonik untuk merasuki
bangsa. 130
Artinya,
walaupun dihentikan secara resmi oleh Bismarck, Kulturkampf diteruskan
oleh kaum Mason, sebagai kampanye propaganda antiagama berkelanjutan yang
ditujukan kepada masyarakat luas. Buah paling pahit dari perjuangan ini dituai
pada tahun 1920: kaum Nazi, yang bertujuan mengembalikan bangsa Jerman kepada
paganisme pra-Kristen mereka, sedikit demi sedikit memperoleh kekuatan dan
berkuasa di tahun 1933. Salah satu aksi Nazi yang paling penting adalah
memprakarsai sebuah Kulturkampf kedua melawan otoritas agamis.
Komentator Amerika Elbridge Colby menjelaskan bahwa ”kaum Nazi membuka sebuah Kulturkampf
baru melawan Gereja Katolik, memenjarakan para pendeta dan memecat para uskup;
namun berbeda dengan tahun 1874, Hitler juga bergerak menentang kemapanan
Protestan.” 131
Singkatnya,
aktivitas-aktivitas yang diprakarsai oleh kaum Mason untuk menjauhkan
masyarakat dari agama telah membangkitkan salah satu kediktatoran paling brutal
dalam sejarah, ”Reich” Nazi, dan menyeret dunia ke dalam Perang Dunia II yang
membinasakan 55 juta jiwa.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI ITALIA
Negara
lain yang jelas menampakkan aktivitas Masonik adalah Italia.
Hingga
tahun 1870, wilayah Italia diduduki oleh beberapa negara kecil sisa-sisa masa
feodal. Salah satu yang terpenting adalah Negara Kepausan. Negara ini berpusat
di Roma, diperintah oleh Paus, dan mengontrol sebagian besar Italia pusat.
Mason di Italia didirikan sebagai perpanjangan dari Mason Prancis, dan mulai
berpengaruh di Italia pada awal abad kesembilan belas. Mereka bermaksud
menghancurkan Negara Kepausan dan menghapuskan otoritas Gereja di Italia secara
keseluruhan. Menurut penulis buku berjudul The Roman Catholic Church and the
Craft, Imam Freemason Alec Mellor: ” Di
Italia, asal usul loge-loge luar biasa sebagian besar bersifat politis; mereka
membingungkan Masonry dengan pertarungan melawan kekuasaan duniawi Paus.” 132
Masonry
mengawali pertarungannya melawan agama di Italia melalui masyarakat rahasia
lain yang didirikan dan dikendalikannya. Masyarakat ini dikenal sebagai ” Carbonari.”
Masyarakat
ini, yang pertama kali terdengar di Naples pada awal abad kesembilan belas,
mengambil namanya dari para pembakar arang. Sebagaimana para Mason memakai
lambang pembangun dinding dan mengekspresikan pemikiran mereka dengan
simbol-simbol, maka Carbonari mengambil lambang dari para pembakar arang.
Namun, masyarakat tersebut punya tujuan-tujuan tersembunyi. Anggota-anggota
masyarakat tersebut berupaya mengawali sebuah program politik, pertama di
Italia, dan kemudian di Prancis, untuk menghancurkan pengaruh Gereja, membangun
sebuah pemerintahan baru dan menyekulerkan semua lembaga sosial.
Koneksi
antara Masonry dan Carbonari begitu nyata. Kaum Mason secara otomatis menjadi
anggota masyarakat Carbonari; bahkan, sejak saat memasuki masyarakat itu mereka
meraih derajat imam. (Sementara, anggota-anggota Carbonari lainnya harus
melewati proses kenaikan yang panjang sebelum mencapai derajat ini). Dua
kardinal bernama Consalvi dan Pacca mengeluarkan sebuah maklumat pada tanggal
15 Agustus 1814 yang menuduh kaum Mason dan Carbonari diorganisir untuk campur
tangan sosiopolitik dan penggalangan permusuhan terhadap agama.
Tuduhan
ini terbukti karena anggota-anggota Carbonari telah mengorganisir tipu muslihat
politis dan pemberontakan bersenjata. Pemberontakan bersenjata yang berlangsung
di Macerata pada 25 Juni 1817 diorganisir oleh Carbonari, namun diberangus oleh
aparat keamanan Negara Kepausan. Pada tahun 1820, di Spanyol dan Naples, dan pada
tahun 1821 di Piedmont, pemberontakan revolusioner diorganisir oleh Carbonari
terhadap Gereja dan ketenteraman publik.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang terlibat
bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli di
Prancis pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara
bertahap menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda”
yang didirikan oleh Guiseppe Mazzini.
Mazzini,
seorang ateis tersohor, selama bertahun-tahun telah bertarung melawan Negara
Kepausan dan Gereja dan pada akhirnya menjadi seorang Mason ranking atas yang
akan menjadi pendiri Persatuan Italia. Dengan dukungan dua orang Mason
terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di Cavour, ia mendirikan Persatuan
Italia pada tahun 1870, serta menggariskan perbatasan Negara Kepausan di
belakang batas-batasnya yang telah ada. Setelahnya, Italia memasuki sebuah
proses yang membuatnya kian menjauh dari agama, dan mempersiapkan pondasi bagi
kediktatoran fasis Mussolini di tahun 1920-an.
Singkatnya,
dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour merupakan tiga pemimpin
terkemuka yang meakukan fungsi penting dalam pertarungan melawan agama di
Eropa. Mazzini bukan saja sekadar pemimpin politik dalam pertarungan melawan
agama, ia juga memegang peranan sebagai ideolog. Slogannya ”setiap bangsa
sebuah negara” adalah percikan yang memicu pemberontakan kaum minoritas, yang
menjadi penyebab keruntuhan kekaisaran-kekaisaran multietnis, seperti Austo-Hungaria
dan Kesultanan Utsmani. Slogan Mazzini ini menjauhkan orang dari rasa
persaudaraan keagamaan mereka; merupakan sebuah seruan yang mendorong mereka ke
dalam konflik etnik antar sesamanya dan menginspirasikan mereka dengan ” kesombongan jahiliyah.”
(QS. Al Fath, 48: 26)
Fakta
bahwa seruan ini datang dari kaum Mason, tepatnya, para Mason ranking atas,
tentu saja sangat signifikan. Menurut informasi dari publikasi loge 10.000
Freemason Terkenal, Mazzini tumbuh di dalam loge Masonik, dan bertahun-tahun
kemudian, pada 1867, terpilih sebagai Imam Mason Timur Raya Italia. Pada tahun
1949, pada sebuah upacara untuk menandai pembukaan selubung
patung Mazzini di Roma, 3.000 orang Mason dengan penuh terima kasih mengenang
Imam Besar mereka. Garibaldi, tangan kanan Mazzini, mencapai tingkat ke-33
Dewan Tertinggi Italia di tahun 1863, dan di tahun 1864 terpilih sebagai Imam
Mason Italia. Untuk mengenang Imam Mason ini, sebuah loge dinamai Garibaldi,
yang diberikan kepada ”lembah” New York dengan nomor 542.
AGENDA REVOLUSIONER MASONIK DI RUSIA
Selain
di Italia, jejak-jejak kegiatan revolusioner Masonik juga dapat ditemui di
banyak negara lain di Eropa. The Catholic Encyclopedia menyebutkan: ” Di dalam... gerakan-gerakan revolusioner
setelahnya di Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, Amerika Tengah dan Selatan,
badan-badan Masonik diklaim berperanan kurang lebih aktif... Di Rusia,
Freemasonry pun akhirnya muncul sebagai ‘konspirasi politis’ dari klub-klub di
wilayah itu yang terorganisir secara Masonik.” 133
Persekongkolan
Masonik di Rusia khususnya, menarik untuk dikaji.
Masonry
memasuki negara ini pada paro kedua abad kedelapan belas dan menyebar luas di
kalangan intelektual. Walaupun di luar tampak sebagai klub budaya semata, di
dalam loge-loge ini didiskusikan gagasan-gagasan antiagama dan antipemerintah
dari bagian-bagian Eropa lainnya. Yang pertama kali menaruh perhatian adalah
pendeta-pendeta dari Gereja Ortodoks. Para pendeta mengirimkan informasi yang
telah mereka peroleh kepada Tsar Alexander I, yang berhubungan baik dengan
Gereja, membeberkan persekongkolan Masonik untuk menggulingkan rezim Tsar.
Menanggapi itu, Tsar mengeluarkan undang-undang di tahun 1822 untuk menutup
seluruh loge Masonik di negara itu dan menetapkannya sebagai organisasi
terlarang. Walau demikian, tindakan ini tidak dapat menyingkirkan kaum Mason;
mereka terus saja bergerak di bawah tanah.
Tiga tahun setelah memberangus loge-loge tersebut, Tsar
Alexander I sakit dan mangkat. Penggantinya adalah Tsar Nicholas I. Namun,
pergantian Tsar Nicholas diwarnai serangkaian perselisihan dan intrik, serta
menimbulkan situasi kacau di negara itu. Orang-orang tertentu yang ingin
mengembalikan stabilitas dengan menumbangkan rejim tersebut berencana
mengkudeta sang Tsar baru. Mereka mempunyai banyak pendukung di kalangan
tentara. Merasa percaya diri dengan dukungan ini, sejumlah serdadu revolusioner
bersama sejumlah orang sipil bergerak ke istana Tsar di ibukota St. Petersburg pada tanggal 14 Desember 1825. Dalam kontak senjata
melawan tentara Tsar, kelompok revolusioner itu dikalahkan. Mereka dinamai
”kelompok Desember” sesuai dengan bulan terjadinya upaya revolusi mereka. Para
pemimpin kelompok ini dibekuk dan lima orang digantung.
Kelompok Desember tak lain daripada para Mason.... Para perwira,
intelektual, dan penulis yang membentuk kelompok tersebut adalah anggota dari
loge-loge yang dilarang oleh Tsar Alexander tiga tahun sebelumnya. Salah satu
dari Mason yang revolusioner ini adalah penulis terkemuka Count Pushkin. 134
Meski
usaha Kelompok Desember berakhir dengan kegagalan, para Mason tidak
menghentikan niat mereka untuk menggulingkan Tsar. Mereka senantiasa memainkan
peran penting dalam kelompok-kelompok penentang rezim Tsar. Pada Revolusi
Pebruari 1917, pemimpinnya, Alexander Karensky, dan hampir semua pendukung
dekatnya adalah Mason. 135 Begitu pula,
pemerintahan yang baru mayoritas terdiri dari orang-orang Mason. 136
Satu-satunya kontribusi historis Pemerintahan Kerensky di usianya yang pendek
itu adalah menyerahkan negara ke tangan Lenin dan kaum Bolsheviks pimpinannya.
MASONRY ABAD KEDUA PULUH:
DIAM-DIAM DAN DARI KEJAUHAN
Tentunya
tampak bahwa sejauh yang telah kita kaji, aktivitas kaum Mason di negara
seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Rusia, jelas-jelas menunjukkan sasaran
Masonry berupa revolusi sosiopolitis. Masonry hendak membangun sebuah tatanan
baru di mana lembaga-lembaga keagamaan dan keyakinan religius dihapuskan, dan
untuk mencapai tujuan ini mereka telah berupaya menggulingkan monarki-monarki
pendukung agama. Pada banyak negara Eropa, loge-loge Masonik menjadi pusat
berkumpulnya para penentang agama, di sana disusun konspirasi untuk berbagai
kudeta, pemberontakan, pembunuhan, plot politis dan politik antiagama. Di balik
aneka aktivitas tersebut, baik berskala kecil atau besar, yang telah
berlangsung sejak Revolusi Prancis di tahun 1789 hingga abad kedua puluh,
ditemukan pengaruh Masonry.
RITUS ANEH DI KUIL HUMANISME
Kaum Mason ingin
menjadikan seluruh dunia sebagai sebuah “kuil”. Namun, kuil yang mereka
mimpikan bukan kuil agama sejati melainkan kuil humanisme. Mereka mengimpikan
sebuah dunia tempat humanitas diberhalakan, dan manusia telah sepenuhnya
mengingkari agama sejati, serta filosofi evolusionis dianggap sebagai
satu-satunya filosofi yang benar.
Di dalam teks Masonik, sebuah upacara
aneh yang diselenggarakan untuk maksud ini dijelaskan:
Saat ini, sebuah agama universal sedang mewujud, seperlahan-lahan mungkin, sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya…. Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven, komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Saat ini, sebuah agama universal sedang mewujud, seperlahan-lahan mungkin, sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya…. Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven, komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Alih-alih
daging dan darah banteng sebagaimana pada upacara-upacara Mithra, kita
merayakan kelahiran ini dengan memakan roti dan meminum anggur merah. Di sini
kita bersatu di dalam kepercayaan bersama yang mempunyai karakter sebuah
komuni. Di sebuah tahun baru, Saya ingin membaptiskan perjuangan suci kita ini
dan mengakhirinya: Makanlah sepotong roti lagi, saudara-saudaraku, kalian
adalah misionaris agama ini, biarlah semua orang suci yang berbagi roti ini
menjadi teman. Saudara-saudaraku, untuk menjadi saudara sedarah, minumlah
seteguk nyala lagi dari gelas anggur kalian. ( Mason, Tahun, 29, No. 40-41, 1981, hal. 105-107)
Menurut sejarawan Inggris Michael Howard, loge-loge Masonik memfokuskan
upaya mereka pada paro kedua abad kesembilan belas untuk menumbangkan dua
Kekaisaran penting yang tersisa: Kekaisaran Austro-Hungaria dan Rusia, dan
dapat mencapai sasaran mereka sebagai akibat Perang Dunia I.
Dengan kata lain, pada awal abad kedua puluh, dalam skala luas, Masonry
telah mencapai sasaran revolusi sosiopolitiknya.
Oleh karena itu, abad kedua puluh bukanlah sasaran revolusi Masonik. Karena
beranggapan tidak menghadapi halangan lagi, alih-alih merencanakan plot-plot
politik, kaum Mason lebih suka menyebarkan filosofi mereka. Mereka menebarkan
filosofi materialis dan humanis kepada massa dengan kedok sains, atau melalui
seni, media, sastra, musik dan semua wahana budaya populer. Dengan propaganda
ini kaum Mason tidak bermaksud menghapuskan agama-agama ilahiah melalui sebuah
revolusi seketika; mereka hendak mencapainya melalui jangka panjang, dan
memperkenalkan filosofi mereka kepada semua orang sedikit demi sedikit.
Freemasonry bekerja dengan diam-diam, namun ini adalah
kerja bagaikan sebuah sungai yang dalam, yang diam-diam mendorong menuju
lautan. .137
Pendeta tinggi J.W. Taylor, dari negara bagian Georgia
di AS, membuat komentar menarik ini tentang hal yang sama:
Pengalihan
tema-tema lama dan pembentukan yang baru tidak selalu timbul dari penyebab yang
segera tampak yang ditetapkan dunia, namun
merupakan kulminasi dari prinsip-prinsip yang telah bekerja selama
bertahun-tahun dalam pikiran manusia, sampai akhirnya waktu yang
tepat dan lingkungan yang sesuai menghidupkan kebenaran laten itu...
menggairahkan semua dengan sebuah penyebab umum yang kuat dan menggerakkan
bangsa-bangsa laksana satu diri menuju pewujudan akhir yang agung. Dengan
prinsip inilah Lembaga Freemasonry menyebarkan pengaruhnya ke dunia manusia.
Freemasonry bekerja secara diam-diam dan rahasia, namun menerobos semua celah
masyarakat dalam banyak relasinya, dan
mereka yang menerima banyak kebaikannya terpesona akan pencapaiannya yang luar
biasa, tetapi tidak dapat menduga dari mana datangnya. 138
Menurut majalah Voice yang diterbitkan oleh Loge Besar
di Chicago, ” Maka, secara
diam-diam namun pasti dan berkesinambungan, Masonry mengisi struktur besar
masyarakat manusia” 139 ”Pengisian struktur besar” ini akan
terwujud ketika dasar-dasar filosofi Masonik materialisme, humanisme, dan
Darwinisme diterima masyarakat.
Aspek
paling menarik dari strategi diam-diam dan jauh ini adalah bahwa para Mason
yang melaksanakannya hampir tidak pernah mengungkapkan bahwa hal itu
dilaksanakan atas nama Masonry. Mereka melakukan pekerjaannya di bawah berbagai
identitas, judul, posisi kekuatan yang berbeda, namun mereka menyebarkan
filosofi yang mereka ambil melalui Masonry kepada masyarakat. Seorang Imam
Mason Turki, Halil Mulkus, menjelaskan ini dalam sebuah wawancara beberapa
tahun yang lalu:
Masonry
sebagai Masonry tidak melakukan sesuatu pun. Masonry menuntun pribadi-pribadi;
dan pribadi-pribadi yang terlatih di sini, serta para Mason yang berkontribusi
bagi produksi perkembangan intelektual berada pada berbagai tingkat dalam karir
mereka di tempat tinggal mereka di dunia. Mereka adalah rektor-rektor
universitas, profesor, menteri negara, dokter, kepala administrasi di rumah
sakit, pengacara, dan sebagainya. Di mana pun mereka hidup, mereka bertekad
keras untuk menyebarkan ide-ide Masonik yang telah membentuk mereka ke tengah
masyarakat. 140
Namun,
ide-ide ini, yang dengan gigih dikaji dan coba diindoktrinasikan kepada
masyarakat, sebagaimana telah kita pahami pada bagian-bagian sebelumnya, tidak
lebih dari kebohongan. Filosofi Masonry berakar dari berbagai sumber seperti
mitos-mitos Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Kabbalah. Dalam hasrat mereka untuk
menyampaikan mitos-mitos ini kepada masyarakat, terkemas dalam paket sains dan
logika, Mason menipu baik diri mereka maupun orang lain. Dalam era globalisasi,
inilah peran ”Freemasonry Global”.
Hasil
dari kebohongan ini sangat merusak. Program menjauhkan masyarakat dari agama
yang dijalankan oleh Masonry di abad kedelapan belas dan kesembilan belas,
membangkitkan berbagai ideologi neo-pagan seperti rasisme dan fasisme, serta
ideologi sekuler dan kejam seperti komunisme. Penyebaran Darwinisme sosial
mengubah manusia menjadi hewan yang berjuang untuk keberadaannya, yang hasil
brutalnya muncul di paro kedua abad kesembilan belas dan kedua puluh. Perang
Dunia I adalah hasil karya para pemimpin Eropa yang, atas anjuran Darwin,
memandang perang dan pertumpahan darah sebagai kebutuhan biologis. Selama
perang, sepuluh juta orang mati sia-sia. Perang Dunia II yang mengikutinya,
yang menyebabkan kematian 55 juta orang, juga merupakan hasil karya
totalitarianisme, seperti fasisme dan komunisme, yang merupakan hasil dari
benih sekularisme militan yang ditaburkan oleh kaum Mason. Di seluruh penjuru
dunia, selama abad kedua puluh, semua perang, konflik, kekejaman,
kesewenang-wenangan, eksploitasi, kelaparan, dan kemerosotan moral yang
destruktif, pada dasarnya adalah produk dari berbagai filosofi dan ideologi tak
beragama. (Untuk rinciannya, lihat karya Harun Yahya, Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme).
Singkatnya,
filosofi Masonry telah berbuah kepahitan. Kejadiannya tidak bisa sebaliknya
sebagaimana pada hukum ilahiyah. Secara historis, orang-orang pagan yang
menolak agama Tuhan itu, dengan merujuk pada berbagai mitologi tradisional dan
agama nenek moyang mereka, menempuh jalan menuju kehancuran. Freemasonry,
sebuah pewujudan masa kini dari paganisme ini, sedang menyeret diri mereka, dan
seluruh dunia kepada jurang kebinasaan.
Oleh
karena itulah umat manusia harus melindungi diri dari potensi malapetaka ini,
dengan mengatasi intimidasi dari apa dirujuk oleh Bediuzzaman Said Nursi,
seorang sarjana Islam, sebagai ”penyakit yang bernama materialisme dan
naturalisme”, dan dengan begitu mempertahankan keimanan masyarakat.
Kesimpulan
Masonry
telah menjadi salah satu fenomena paling menarik pada dua abad terakhir. Dengan mudah, Masonry
menarik peminat karena karakternya yang tertutup, eksklusif, dan mistis.
Sementara itu, timbul antipati terhadapnya; saat Masonry berupaya mengiklankan
dirinya sebagai sebuah ”lembaga amal yang tidak berbahaya”, oposisi yang gigih
pun tumbuh sebagai akibat berbagai klaimnya yang kontradiktif.
Namun, yang semestinya dilakukan untuk menghadapi Masonry
bukanlah dengan menjalankan agenda anti-Masonik yang membuta, namun dengan
mengkaji dan menunjukkan ketidaksahihan dari filosofi jahat yang dianut dan
dipaksakan organisasi ini kepada umat manusia.
Sarjana Islam yang terkemuka, Bediuzzaman Said Nursi menguraikan dalam
sebuah alinea kerangka utama tugas ini:
Kelahiran arus tiranik filosofi naturalis dan materialis secara bertahap
akan menjadi kuat dan menyebar pada akhir zaman, melalui filosofi materialis
yang mencapai derajat pengingkaran akan Tuhan.... Cukup jelaslah kiranya betapa
bodoh lawakan dari manusia yang lemah, yang dapat dikalahkan oleh seekor lalat
dan tidak dapat menciptakan walaupun sebuah sayap lalat, untuk mengklaim posisi
ketuhanan. 141
Dengan
kata lain, arus gagasan materialis yang akan muncul pada akhir zaman akan
bertindak sampai sejauh menolak keberadaan Tuhan. Sebagai jawaban, harus ditunjukkan
betapa ini merupakan ”lawakan bodoh”, dan bukti-bukti keberadaan Tuhan
sebagaimana diungkapkan di dalam Al Quran harus ditunjukkan.
Inilah cara untuk mendekati pertarungan melawan Masonry. Yang penting untuk
dilakukan adalah menggugurkan dan mengatasi filosofi Masonik. Perlu dihancurkan
pengaruh pemikiran organisasi ini, yang secara diam-diam dan dari jarak jauh
melakukan kampanye propaganda massa, dan menjauhkan manusia dari keimanan
mereka dan membawa mereka meninggalkan agama mereka kepada mitos-mitos
materialis, humanis, dan Darwinis. Apalagi, aliran ini perlu dibalikkan, dan
orang-orang perlu diinformasikan tengan keberadaan Tuhan, keesaan-Nya, dan
kebenaran agama. Dan, ini harus dilakukan setidaknya setenang dan sesabar para
Mason.
Seberarnya, ini bukanlah pertarungan melawan Masonry karena sasarannya juga
untuk menyelamatkan para Mason yang juga tertipu. Perintah di dalam Al Quran
kepada kaum 'Ad dan Tsamud berlaku bagi para Mason: ”Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan
mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan, sedangkan mereka adalah
orang-orang berpandangan tajam.” (QS. Al Ankabuut, 29: 38)
Sasarannya adalah untuk menunjukkan kebenaran kepada semua orang, termasuk
para Mason, dan menyelamatkan mereka dari kesalahan.
Sebuah ciri dari akhir zaman adalah mudahnya pertarungan ini bagi orang
yang beriman. Ini karena sains, yang telah digunakan kaum Mason untuk mendukung
filosofi mereka selama dua ratus tahun terakhir, sekarang telah berbalik
menentang mereka. Teori evolusi, yang telah memberikan dukungan bagi
materialisme dan humanisme, telah berada dalam kemerosotan tajam semenjak tahun
1970-an. Catatan fosil dengan jelas menyangkal klaim-klaim teori ini, dengan
mengungkapkan bahwa spesies muncul secara seketika dan sudah terbentuk
sempurna, tanpa ”nenek moyang evolusioner”. Biokimia, yang mengkaji aspek-aspek
halus dari makhluk hidup, telah menunjukkan contoh-contoh menakjubkan dari
perancangan yang tidak dapat dijelaskan dengan kerangka sebab alamiah. Perbandingan
genetik telah mengungkapkan bahwa spesies yang dianggap kerabat dekat menurut
”pohon kehidupan” Darwinis, pada kenyataannya sangat berbeda dalam susunan
genetik. Sains telah memberontak melawan teori evolusi, sebuah fakta yang tidak
dapat disembunyikan lebih jauh lagi oleh para evolusionis. Penting untuk
menggunakan bukti-bukti yang diajukan sains dan menginformasikan kepada
masyarakat ketidaksahihan filosofi materialis-humanis.
Masonry dengan
berbagai metode propaganda yang efektif telah mampu sekian lama membuat
masyarakat menerima sebuah pemikiran keliru. Menjelaskan kebenaran dan menolong
manusia menerimanya jauh lebih mudah.
Ketika orang Muslim mengambil alih tugas ini, dengan izin Allah, pernyataan
berikut ini akan terwujud: ” Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.
Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati.” (QS. Al
Anbiyaa’, 21: 18)
Maka, abad kedua puluh satu tidak akan menjadi abad ”Freemasonry Global”
sebagaimana diharapkan oleh para Mason, namun menjadi abad moralitas Islam.
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah, 2: 32)
Daftar Pustaka:
1 World Book Encyclopedia, "Crusades," Contributor:
Donald E. Queller, Ph.D., Prof. of History, Univ. of Illinois,
Urbana-Champaign, World Book Inc., 1998
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131
23 Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub., 1996,
hal. 130-31
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?), Istanbul, 1992, hal. 298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.
33 Encarta® World English Dictionary © 1999 Microsoft
Corporation. Developed for Microsoft by Bloomsbury Publishing Plc.
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal. 241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima Publishing, California, 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos. La Salle IL, Open Court Publishing, 1992, hal. 241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World, Prima Publishing, California, 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)
59 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow
Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)
62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)
63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)
64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)
65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)
66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)
67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26
68 Robert Hieronimus, America's Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont, Destiny Books, 1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)
69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34
70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 8
71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 9
72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)
73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46
76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)
77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)
78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839
79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan ditambahkan)
80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press, Ankara, 1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)
81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189, (penekanan ditambahkan)
82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 190, (penekanan ditambahkan)
83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189-190, (penekanan ditambahkan)
84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57
85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 97, (penekanan ditambahkan)
86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)
87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)
88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448
89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)
90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)
91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)
92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23
93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About The Concept and the Evolution of Solidarity from the Scientific Point of View II), Mimar Sinan, 1976, No. 20, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)
62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)
63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)
64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)
65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)
66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)
67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26
68 Robert Hieronimus, America's Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont, Destiny Books, 1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)
69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34
70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 8
71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 9
72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)
73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46
76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)
77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)
78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839
79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed., London, Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan ditambahkan)
80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press, Ankara, 1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)
81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189, (penekanan ditambahkan)
82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 190, (penekanan ditambahkan)
83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 189-190, (penekanan ditambahkan)
84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57
85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 97, (penekanan ditambahkan)
86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)
87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)
88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448
89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)
90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)
91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)
92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23
93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About The Concept and the Evolution of Solidarity from the Scientific Point of View II), Mimar Sinan, 1976, No. 20, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
94 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London, 1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria, Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29, 1963
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 274-275
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France, ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber, London, 1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in Bavaria, Germany in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage institution and to establish a communal education system for children, 4- To abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry, New York: The Masonic History Company, 1921, Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles Darwin to J. Do Hooker, March 29, 1963
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 107, (penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)
119 Neset Sirman, "Masonlugun Ilk Devirleri" (The
First Periods of Masonry), Mimar Sinan, 1997, No. 104, hal. 41,
(penekanan ditambahkan)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal. 30)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta, October 13, 1985, vol. 40, hal. 30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar